7

744 75 28
                                    

"Sshhh..." Yeonjun mendesis pelan, pinggulnya serasa remuk saat ia mengubah posisi tidurnya, rasa linu pada kedua kakinya juga tak kunjung mereda, seharian ini ia hanya mampu berbaring di ranjang dan terpaksa mengesampingkan tugasnya untuk menuntut ilmu.

"Bagaimana bisa pelacur melayani lebih dari 1 pelanggan setiap harinya." Lirih Yeonjun sembari menahan sakit pada lubang analnya, apalagi saat ia berjalan, sakitnya terasa semakin luar biasa. Bahkan kemarin ia pulang dengan berlinang air mata karena terus menahan sakit sepanjang jalan pulang, beruntungnya Beomgyu mengantarnya sampai di depan gang masuk ke rumahnya. Sebenarnya pemuda itu berbaik hati ingin mengantarnya sampai rumah, namun mobil tidak bisa masuk ke gang menuju rumahnya.

"Setidaknya sekarang aku tidak memiliki hutang lagi kepadanya." Baru saja Yeonjun menghela nafas lega, waktu istirahatnya kini terancam bahaya saat mendengar teriakan dan langkah gaduh dari dua bocah kesayangannya. Ia segera bangun dengan perlahan saat langkah kaki tersebut semakin mendekat.

Cleck!

"KAKAK!!!" Kedua bocah tersebut langsung menghambur ke dalam pelukannya dengan raut sedih, bahkan kantung plastik berisi buah yang mereka bawa sampai terjatuh dan isinya berserakan.

"Hei, kenapa wajah kalian sedih seperti ini?" Tanya Yeonjun sembari mengusap surai kedua bocah tersebut, namun keduanya malah terisak.

"Hei, kenapa malah menangis? Ada apa? Ceritakan kepada Kakak, apa kalian mengalami kesulitan di sekolah?" Keduanya menggelengkan kepala sembari menyeka air mata.

"Bibi memberitahu kami jika Kakak sedang sakit, jadi Tyun dan Kai sedih."

"Iya, Kai dan Tyun membelikan buah-buahan ini untuk Kakak."

"Wah, terima kasih banyak ya. Kalian tidak perlu repot-repot seperti ini. Kakak sudah merasa jauh lebih baik." Yeonjun terkekeh saat melihat kedua bocah tersebut memunguti buah-buahan yang jatuh berserakan.

"Kakak, kami membeli buah-buahan ini menggunakan uang tabungan kami, jadi Kakak harus memakannya sampai habis." Yeonjun mengangguk dengan wajah berseri.

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita memakan buah-buahan ini bersama-sama?" Kedua bocah tersebut mengangguk antusias.

"Kalau begitu kalian bawa buah-buahan ini ke ruang tengah ya. Kakak akan mengambil pisau dulu di dapur."

"Kakak? Kenapa Kakak berjalan seperti itu?" Tanya Hueningkai. Yeonjun menghentikan langkahnya, lantas menatap kedua bocah yang juga tengah menatapnya dengan raut khawatir.

"Kaki Kakak terkilir saat pelajaran olahraga kemarin, kalian tidak perlu khawatir, semalam Bibi sudah memijat kaki Kakak, jadi sekarang sudah lebih baik."

"Lain kali Kakak harus lebih hati-hati, tidak boleh sakit seperti ini lagi." Ujar Taehyun dengan wajah garang, namun malah terlihat menggemaskan.


















Ting Tong~

"Sepertinya ada tamu." Yeonjun langsung meletakkan pisau yang ia gunakan untuk mengupas buah.

"Kakak duduk saja! Biar Tyun yang  membuka pintunya." Ujar bocah tersebut sembari menahan Yeonjun yang hendak berdiri. Bahkan ia memasukkan beberapa potong buah pir ke dalam mulut Yeonjun secara paksa.

"Kai, awasi Kakak!" Yeonjun tak mampu menahan tawa menyadari mulutnya menggembung dipenuhi buah, kedua bocah tersebut begitu overprotective padanya saat ia sedang sakit.

"Taehyunie, hati-hati saat menuruni tangga. Jika itu tamu Bibi, suruh dia masuk dan tolong beri tahu Bibi, Bibi ada di kedai."

"Baik Kakak!" Bocah tersebut langsung menuruni tangga dengan hati-hati, tak lupa untuk berpeganga pada railing tangga.


Andai Saja Aku Tahu [BEOMJUN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang