14

772 67 23
                                    

"Hyung? Kau sedang memikirkan apa?" Heeseung sedikit terjingkat saat kedua tangan sang kekasih melingkari perutnya. Semakin mengerat, hingga perut buncit sang kekasih terasa menekan punggungnya.

"Tidak ada. Aku hanya sedang tidak bisa tidur saja." Ujarnya sembari mengusak surai yang lebih muda.

"Kenapa kau sudah bangun?" Yang lebih muda melepaskan pelukannya untuk beralih duduk atas dipangkuan.

"Apa perutmu terasa sakit kembali?" Anggukan si manis membuat Heeseung mengulas senyum. Tangan kanannya melingkari pinggang yang lebih muda, sementara tangan kirinya mengusap-usap perut buncit sang kekasih dengan lembut.

"Apa hyung tidak senang aku datang kemari?" Lirihnya sembari menyandarkan kepala ke dada bidang yang lebih tua. Sontak saja membuat hati Heeseung mecelos.

"Apa yang kau bicarakan?" Yang lebih muda mendongakkan kepalanya, memperlihatkan kedua matanya yang sudah berair dan memerah. Menciptakan denyutan nyeri di dada Heeseung.

"Aku bisa merasakannya hyung. Terlebih responmu saat aku memberitahumu bahwa aku tengah hamil membuatku sedikit khawatir." Heeseung terdiam, perasaannya mendadak tak karuan, isi kepalanya kacau.

"Sebenarnya hyung tidak menginginkan anak ini kan?" Perkataan yang lebih muda membuat Heeseung tertegun. Dengan segera ia membawa sang kekasih ke dalam pelukan hangatnya.

"Maafkan aku." Lirihnya disela isak tangis, hatinya bergemuruh sesak tak tertahankan. Usapan lembut yang lebih muda pada punggungnya seakan menjadi sengatan rasa sakit yang melumpuhkan.

"Aku benar-benar brengsek. Aku bahkan melakukan hal itu dengan orang lain disaat kau sedang di Amerika dan kondisimu sudah hamil." Heeseung bisa melihat bahwa pemuda manis itu tengah menyembunyikan rasa terkejutnya dengan senyum getir, perasaannya pasti hancur.

"Hyung sudah tidak mencintaiku lagi, ya?" Tenggorokannya terasa tercekat. Lidahnya kelu, hanya air mata yang mampu mewakili penyesalannya.

"Aku benar-benar meminta maaf."

"Sepertinya memang seharusnya aku tidak kemari." Heeseung mendekap erat saat pemuda manis itu hendak beranjak. Tangisnya pecah, ia lemah setelah mengakui kesalahannya.

"Sejak kapan Heeseung hyung yang kukenal menjadi cengeng seperti ini?" Ujarnya sembari menangkup wajah yang lebih tua, dengan telaten menyeka setiap jejak air mata yang tersisa, sebelum akhirnya menatap dengan sorot penuh cinta.

"Jangan pergi, jangan tinggalkan aku." Jay terkekeh saat Heeseung semakin mengeratkan pelukannya, membuat tubuh mungilnya seolah tenggelam dibalik punggung sang kekasih.

"Baiklah, aku tidak akan pergi, tapi kau harus merubah kebiasaan burukmu itu! Mengerti!" Heeseung mengangguk patuh layaknya anak anjing, kedua mata dan pucuk hidungnya yang memerah membuat Jay kegemasan, jarang sekali ia melihat kekasihnya yang gagah berubah menjadi anak anjing penurut seperti ini.

"Sebenarnya aku tidak masalah jika kau tidak mau bertanggung jawab atas bayi ini. Masih banyak laki-laki di luar sana yang mengejarku. Aku bisa saja mendapatkan laki-laki yang lebih tampan, gagah, dan tentunya lebih kaya darimu." Perkataan si manis membuat Heeseung mengerucutkan bibirnya.

"Berhentilah mengoceh atau aku akan membuatmu hamil setiap tahun!" Godanya sebelum pukulan cukup keras mendarat di dahinya.



















"Astaga, anak Ibu cantik sekali dengan pakaian ini." Yeonjun menundukkan kepala, menyembunyikan rona merah dipipinya akibat perkataan sang ibu. Belum lagi sang adik yang menatapnya sambil menganga lebar.

"Gyu, lihatlah Kakakmu ini. Dia benar-benar cantik. Beruntung sekali laki-laki yang akan menjadi pendamping hidupnya nanti." Yeonjun berdecak sebal, ia benci sekali dengan pujian seperti ini, membuatnya salah tingkah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Andai Saja Aku Tahu [BEOMJUN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang