9

642 75 23
                                    

"Kau bisa mengerjakan tugas matematikaku? Aku akan membayarmu 3 kali lipat." Yeonjun mendongakkan kepala, menatap seorang pemuda yang berdiri di samping mejanya. Ah, ternyata pemuda cabul itu lagi.

"3 tugasmu yang lain saja masih menunggu antrian, aku tidak ingin jika hanya 3 kali lipat." Ujar Yeonjun sembari mengemasi barang-barangnya karena memang sudah jam pulang, namun pemuda itu malah menyita waktunya yang berharga.

"Baiklah, 7 kali lipat. Tugas ini harus dikumpulkan lusa." Yeonjun mengangguk malas, walau dalam hati bersorak.

"Kenapa kau tidak menyuruhku mengerjakan tugas matematikamu terlebih dulu? Jam tidurku harus berkurang karenamu."

"Aku lupa, lain kali aku akan memberitahumu mana tugas yang harus dikumpulkan terlebih dulu." Yeonjun hanya menganggukinya, kalau bukan karena uang, ia tidak akan mau berurusan dengan pemuda cabul tersebut.

"Minggir, aku ingin pulang." Pemuda itu langsung menggeser tubuhnya untuk memberi jalan.

"Kau masih ingat tawaranku beberapa hari yang lalu?" Yeonjun menghentikan langkah dan langsung menatap sinis pemuda tersebut.

"Kali ini apa iming-iming yang akan kau berikan? Atau masih sama?"

"5 juta won, apa yang kau inginkan? Aku akan membelikannya untukmu." Yeonjun terkekeh sinis.

"Aku tidak akan mau kau tiduri hanya untuk 5 juta won."

"Aku sudah berbaik hati membayarmu 5 juta won, tapi kau malah menolaknya, sayang sekali. Aku tidak seperti Choi Beomgyu yang memintanya secara paksa." Perkataan pemuda tersebut sukses membuat darahnya mendidih.

"Ya! Choi Soobin! Tutup mulut sampahmu itu, atau kerjakan saja semua tugasmu sendiri." Sang lawan bicara mendecih.

"Hei, kau ini galak sekali. Baiklah, kalau begitu aku akan pergi, jika kau berubah pikiran, hubungi saja aku. Aku sudah tidak berteman lagi dengan Choi Beomgyu." Ujarnya sembari berjalan keluar dari kelas, Yeonjun hanya bisa menghela nafas panjang setelahnya. Disaat Choi Beomgyu sudah mulai berhenti mengganggunya, kini malah pemuda cabul itu yang merusak hari-harinya.



"Hei! Kau pulang sendirian?" Tubuh Yeonjun sedikit terhuyung ke depan saat seorang pemuda tiba-tiba merangkul bahunya dari belakang. Ia hanya bisa mengangguk lirih dihiasi senyuman, mencoba untuk tetap terlihat ramah.

"Apa hari ini kau sibuk?" Yeonjun mengerutkan dahi.

"Tidak juga, ada apa memangnya?" Sang lawan bicara tersenyum cerah mendengar jawabannya.

"Apa kau bisa membantuku untuk mengerjakan tugas matematika?" Yeonjun mengangguk lirih, membantu orang lain tak ada salahnya.

"Tentu, ayo kita kerjakan di perpustakaan." Perkataannya sukses membuyarkan senyum yang terpatri di wajah sang lawan bicara.

"Em... tapi saat ini aku sedang tidak membawa bukunya, ada di apartemenku. Kau tidak keberatan kan jika kita mengerjakannya di apartemenku?" Yeonjun terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk tanpa rasa curiga.

"Baiklah, tapi aku tidak bisa berlama-lama. Ada hal lain yang harus kulakukan."

"Tak apa, aku sudah sangat senang kau mau membantuku. Ayo! Kebetulan aku membawa 2 helm hari ini." Ujarnya sembari menggenggam pergelangan Yeonjun.


















Sejak memasuki gedung apartemen, Yeonjun terus berjalan mengekori Heeseung. Apartemen elit ini begitu memanjakan mata sekaligus mengejek kemiskinannya. Dan mungkin harga sewanya saja mampu untuk membiayai seumur hidupnya.

"Apa aku berjalan begitu cepat?" Ujarnya saat menyadari bahwa Yeonjun berada cukup jauh dibelakangnya.

"Ma-maafkan aku." Yeonjun menyudahi kekagumannya dan berlari kecil mengimbangi langkah yang lebih muda.

Andai Saja Aku Tahu [BEOMJUN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang