18. Bunda Sakit

1.4K 168 17
                                    

Enjoy!

Windu membuka matanya dengan perlahan saat suara lenguhan Karina terdengar. Laki-laki itu melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul dua pagi. Lalu ia melirik ke arah istrinya yang tampak tak nyaman dalam tidurnya, dahinya berkeringat dan terus melenguh. Memang sejak semalam Karina terus mengeluh pada Windu kalau badannya tak enak.

"Panas," gumam Windu saat menyentuh dahi Karina.

Dengan perlahan Windu turun dari kasur dan memindahkan Gean ke kasur bayinya, ia takut si kecil akan tertular. Setelahnya, ia pergi menuju lemari untuk mengambil bye-bye fever milik Gean.

"Kamu pasti capek banget ngurus aku sama Gean, apalagi kamu harus kerja. Sampe sakit gini istri cantikku."

Dengan telaten Windu memasang bye-bye fever itu di dahi Karina, lalu menyelimuti si kesayangan hingga sebatas leher.

"Maaf, aku kurang perhatiin kamu sayang," gumam Windu sambil merebahkan dirinya di samping Karina, memeluk istrinya dengan erat dan kembali melanjutkan tidurnya.

Pukul 06.00 pagi

Windu sudah bangun karena tangisan Gean, dan kini laki-laki satu anak itu baru selesai memandikan si kecil. Sedangkan Karina masih terlelap di kamarnya, Windu tak tega jika harus membangunkan istri nya jadi ia membiarkan Karina beristirahat, ia juga tidak akan masuk kerja hari ini.

"Mam!"

"Iya Mam, anak Babah lapar banget ya?" Tanya Windu sambil menyuapi Gean dengan semangat.

"Mam babah!"

"Pesawat datang!"

Windu tersenyum melihat anaknya makan dengan lahap, Gean memang jago jika soal makan, bahkan berat badannya bertambah akhir-akhir ini.

"Yeay habis!"

Gean bertepuk tangan riang sambil menatap Windu dengan mata yang berbinar. Windu tersenyum sambil mengusap kepala anaknya.

"Aa tunggu disini ya? Babah mau beres-beres rumah sama masak. Jangan berisik, Bunda bobo, oke?"

"Ndaa bobo?"

"Iya, makanya Aa jangan berisik."

"Othe Bah!"

Windu meninggalkan Gean di ruang keluarga yang di sekelilingnya sudah di beri pembatas, jadi Gean akan aman dan Windu bisa mengerjakan pekerjaan nya dengan tenang.

Windu memulai pekerjaan nya dengan menyapu seluruh ruangan. Mulai dari ruang tamu, ruang keluarga, kamar Gean, kamar dirinya dan Karina, dapur, hingga halaman belakang Windu bersihkan.

"Huh, capek juga. Gimana Karina yang bersihin semua bagian rumah tiap hari," gumam Windu sambil terus menyapu.

Windu dan Karina memang tidak menyewa asisten rumah tangga, awalnya Windu menyuruh Karina agar menyewa art saja, tapi Karina menolak dengan alasan ia masih melakukan semuanya sendiri.

"Babah huaaaa!"

Windu segera berlari menuju ruang keluarga saat suara tangisan Gean terdengar, balita itu menangis karena kucing milik Karina duduk di atas kakinya, dan Gean sangat takut kucing.

"Itu cuman kucing A astaga, hahahahah." Ledek Windu sambil memangku Gean yang masih menangis.

Puk

Karena kesal di tertawa kan oleh Windu, gean memukul wajah sang Babah dengan tangan mungilnya. Windu yang merasa Gean bete segera memberhentikan tawanya.

"Aa duduk disini sambil nonton ya, Babah mau masak dulu."

Gean mengangguk dengan lucu dan sisa air mata di pipinya.

1000 TahunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang