09. PEMBELAAN

167 10 0
                                    

Selamat bermalam minggu!!

Jangan lupa vote sebelum membaca yaw!

Part ini di publish tanpa revisi, Tandai Typo!

HAPPY READING!♡

09. PEMBELAAN

Di sebuah rumah sederhana, ada seorang gadis yang telah siap dengan pakaian sekolahnya. Ia mengambil sepatu sekolah yang baru kemarin ia cuci dan memakainya di ruang tamu. Setelah selesai, gadis bernama Una itu langsung menyampirkan tasnya di pundak.

Una berjalan ke arah pintu dan ingin membukanya, Namun seseorang membukanya lebih dulu dari luar. Ia mundur beberapa langkah agar pintu terbuka sempurna, hingga Una melihat seorang pria paru baya berdiri di hadapan Una.

" Ayah " panggil Una dengan senyum yang mengembang.

" Una seneng, akhirnya ayah pulang " imbuh Una, seraya ingin memeluk Sutomo, Ayah tiri Una.

Pergerakan Una terhenti ketika sang ayah mundur beberapa langkah, menolak pelukan Una. " Saya bukan ayahmu " tegasnya, membuat senyum Una pudar.

" Ayah memang bukan ayah kandung Una. Tapi Una udah anggap ayah seperti ayah kandung Una " kata Una melirih.

" Saya kesini hanya ingin meminta uang. Sudah hampir satu bulan kamu tidak memberi saya uang " tuntut Sutomo, membuat Una terdiam.

Una menggeleng cepat, lalu menjawab. " Una ga ada uang, belum gajian " sungguh, Una gajian empat hari lagi.

" Kamu bilang, kamu menganggap saya seperti ayay kandung kamu. Tapi soal uang aja pelit " sindirnya, membuat Una menghela napas pelan.

" Una gak bohong, Una emang belum gajian " akunya kemudian. " Gak usah bohong! "

Una terkejut saat tiba tiba sang Ayah menarik tasnya dan mengeluarkan semua isinya. " Jangan di berantakin, Yah! Una mau sekolah "

" Diem kamu! " bentak Sutomo, membuat Una terdiam dengan tatapan menyedihkan.

Ayah Una mengeluarkan dompet milik Una dan membukanya. Ia tersenyum mendapati beberapa lembar uang berwarna ungu dan hijau. Dengan cepat Sutomo mengambil uang itu dan memasukkannya kedalam saku.

" Ini sedikit, tapi seenggaknya saya bisa bersenang senang dengan uang ini " ujar Sutomo sebelum akhirnya meninggalkan Una di depan pintu dengan tas dan peralatan sekolah yang berserakan.

Untungnya, ia masih menyimpan uang di kotak pensil. Jadi Una hanya perlu menghemat hingga empat hari kedepan.

---

" Hari ini, gue bakal ikuti si Una sesuai perintah lo, Sya "

Arsya mendengar itu tersenyum menatap sahabat setianya, Salwa. Setelah beberapa hari lalu melihat kedekatan Una dan Arga, Arsya memang menyuruh Salwa mengorek beberapa informasi mengenai Arga dan Una. Dan hari ini, Salwa diperintahkan untuk turun langsung dan mengikuti Una.

" Lo beneran gak mau ikut? " Salwa menaikkan sebelah alisnya. " Gak. Nanti lo kabarin gue aja, biar gue langsung kesana "

Keduanya tersenyum dan Arsya kembali fokus menyetir karena mereka sedang berada di mobil menuju ke sekolah. Tak hanya berdua, di jok belakang ada Ara yang duduk tenang dengan mata terpejam.

ARGAUNA [ Cinta dan Rahasia ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang