Chapter 2 : About Her News...

546 180 4
                                    

"Anda memanggil saya sir?"

Draco memutar kepala nya pelan ke belakang ── berjumpa dengan sosok Vante yang datang sangat cepat seperti kilat. Tapi Draco kembali memutar kepala ke depan.

"Saya ingin kamu membantu saya mencari informasi tentang mantan kekasih saya." ucap Draco bernada dingin dan dagu di angkat sambil mengamati pemandangan jalanan kota Madrid yang luas.

Vante nyaris tersedak air liur sendiri. "Maaf sir, mencari informasi tentang... mantan kekasih anda?" tanya Vante memastikan. Semoga Vante tidak salah dengar.

Draco langsung mengangguk kepala cepat tanpa membalas dengan suara. Vante melebarkan kelopak mata melihat Draco menganggukkan kepala. Apakah berarti Draco sungguh ingin Vante mencarikan informasi mantan kekasih nya? Sejujurnya tidak pernah Vante di suruh menguruskan masalah pribadi seseorang. Apalagi seseorang nya itu adalah sang boss Draco Scott.

"Mengapa... harus saya sir? Dan apa tujuan anda menyuruh saya melakukan hal itu? Bukannya sama saja anda stalking her privacy?" ucap Vante masih sedikit terkejut tapi mencoba bersikap tenang.

Draco menghela napas kasar. "Lakukan perintah saya, Vante. Saya sudah muak memikirkan kondisi mantan saya. Lebih baik saya lihat langsung kondisi nya daripada memikirkannya di benak. Belum tentu kondisi nya baik-baik saja." balas Draco sedikit ketus.

Vante menarik napas pelan. Vante tidak punya pilihan lain. Draco adalah boss atasannya. Jika Vante masih menolak, sudah pasti ia akan langsung di pecat dan Vante pun sama sekali tidak mau hal itu terjadi. Sayang sekali bukan bekerja di kantor seorang CEO terkenal sebagai sekretaris selama 2 tahun? Vante walaupun sudah 2 tahun bekerja disini, namun dirinya lah yang selalu dapat penghargaan di banding karyawan lain. Itu pun karena Vante adalah pria yang bekerja keras tanpa memandang lelah. Dan juga Vante sudah di beri kepercayaan seratus persen oleh Draco.

Jangan sayangkan kepercayaan ini menjadi rusak.

"Baiklah sir. Apakah saya mencarinya lewat laptop sendiri atau-"

"Lewat laptop saya saja. Kau gunakan laptop abu-abu itu untuk mencari informasi tentang nya." ucap Draco masih bernada dingin dan tanpa menoleh. Vante ngangguk kepala lalu segera berjalan ke arah laptop milik Draco di atas meja kantor.

"Sir, siapa nama lengkap mantan kekasih anda?" tanya Vante sebelum ia mengetik sesuatu di website.

Draco memejam mata. Sejujur-jujurnya setiap Draco menyebut nama sang mantan kekasih ── pasti semua kenangan indah dulu, wajah nya, mata indah nya, senyuman indah nya, tawaan merdu nya langsung kembali teringat di dalam benak. Ini yang membuat Draco semakin tidak bisa fokus bekerja. Ia terlalu mencintai Alysha sehingga sangat susah sekali melupakannya.

"Alysha Charlett. Itu adalah nama mantan kekasih saya. Nama yang sangat indah dan... merdu jika di sebutkan di orang yang tepat."

Draco mengatakan itu dengan penuh rasa percaya diri, bangga diri. Draco menghirup udara dingin di ruangan kerja lalu tersenyum simpul. Vante meliriknya ngeri.

"Alysha Charlett? Sepertinya nama itu terdengar familiar di saya sir." ucap Vante pelan dan itu membuat Draco langsung berbalik badan dengan sedikit tegang.

"Maksud mu?"

"Um... Alysha Charlett. Bukannya dia adalah seorang dokter anak di salah satu rumah sakit kota Madrid? Adik perempuan kecil saya sebelumnya pernah di rawat oleh dokter anak yang bernama Alysha Charlett. Dan katanya juga dokter itu adalah dokter paling baik daripada dokter lain."

"Bagaimana kau tau itu?!" seru Draco langsung menghampiri Vante dan kedua kelopak matanya mulai melebar seolah benar-benar tak percaya dan terkejut karena Vante lebih tahu soal itu di banding Draco sendiri.

Sementara Vante melanjutkan penjelasannya dengan santai. "Begini sir, mantan kekasih anda bernama Alysha Charlett, katanya telah bekerja sebagai dokter anak di salah satu rumah sakit selama 6 tahun. Dia sekarang sudah memasuki S2 menjadi seorang dokter. Mungkin biar lebih sopan saja saya panggil dokter Alysha, dia belum menikah. Dokrer Alysha mengenal saya karena saya pernah berkunjung sebentar untuk menjenguk adik saya yang di rawat."

"Dan... Menurutmu, dia orang nya seperti apa?"

"Menurut saya, dokter Alysha adalah wanita yang suka tersenyum ramah kepada siapapun. Cara dia berbicara pun sangatlah lembut, sopan tutur kata nya, tidak pernah menggunakan nada keras atau tinggi kepada pasien. Dokter Alysha juga cara memeriksa kondisi pasien itu halus. Adik perempuan saya sempat mengatakan bahwa dia menyukai dokter Alysha. Maksudnya cara dia berperilaku kepada nya sangat baik. Dan juga dokter Alysha selalu memberikan motivasi kehidupan dan kesehatan kepada adik saya. Adik perempuan saya dan seluruh anggota keluarga saya menerima baik motivasi itu."

"Sehingga, dokter satu-satunya yang keluarga saya percayai termasuk saya, hanyalah dokter Alysha. Kami lebih mempercayai dokter Alysha daripada dokter yang lain. Selain dokter Alysha bisa menjadi dokter anak, dia bisa juga memberi obat resep kepada dokter spesialis dalam karena bapak saya juga sempat di bawa ke rumah sakit sebab penyakit paru-paru nya, dan syukurlah berkat kebantuan dokter Alysha, kondisi bapak saya mulai sedikit sembuh. Walaupun setiap hari rabu masih harus berkunjung ke rumah sakit untuk konsultasi."

Sebuah tetesan air mata turun terjatuh di salah satu pipi Draco. Draco benar-benar tercengang, tak menyangka jika mantan kekasih nya selama ini sudah bekerja menjadi dokter yang paling berpengaruh di salah satu rumah sakit kota Madrid.

Sial. Sekarang Draco menyesali perbuatannya dulu dimana ia memutus hubungan dengan Alysha. Seharusnya ia tidak melakukan hal keji tersebut! Tapi sudah pasti sekarang Alysha melupakannya kan? Karena dia kini sibuk bekerja menjadi dokter.

Oh Alysha. Oh my love.

Draco nyaris memukul dada sendiri seolah ia benar-benar terpukuli terhadap diri sendiri.

"Um Vante. Rumah sakit apa Alysha bekerja?" ujar Draco yang nyaris mengeluarkan suara seegukan.

Vante memperhatikan kedua mata Draco yang ada sedikit kemerahan. Vante mengerti perasaan Draco saat ini.

"Rumah sakit nya yaitu Hospital Universitario Fundactiòn Jimènez Dìaz, sir. Apakah anda punya tujuan akan datang kesana?"

Draco sengaja tidak membalas itu. Pria itu kembali berdiri di depan jendela besar ruang kerja nya ── sambil mengingat kembali arah jalan rumah sakit yang disebutkan Vante tadi. Sebenarnya Draco tau rumah sakit tersebut karena terkenal dengan fasilitas lengkap nya. Tetapi Draco tidak pernah kesana, mungkin sekedar lewat saja. Lagipula Draco selama ini selalu sehat ── tidak pernah sakit.

"Rencana nya saya ingin kesana bertemu dengan mantan kekasih saya. Saya sangat merindukannya. Tapi saya sadar diri, Vante. Setelah kami berpisah dalam waktu 6 tahun, saya pikir dia sudah melupakan saya. Tapi untuk saya sendiri, entah kenapa saya masih belum bisa melupakannya. Apakah berarti saya adalah pria sejati yang benar-benar cinta dengan satu wanita?"

Vante sebaliknya sengaja tak mau membalas perkataan dalam itu. Draco benar-benar pria yang sayang terhadap kekasih. Namun, salahkan Draco yang meminta putus ── alhasil cinta pertama nya tidak akan kembali lagi.

Jika kembali, maka beruntunglah Draco. Tapi tidak tahu juga. Vante tak pernah merasakan cinta itu seperti apa. Tapi melihat posisi Draco saat ini kehilangan cinta pertama nya sebab keputusan ceroboh nya sendiri, ini sudah membuktikan bahwa cinta memang menyakitkan.

DRACO'S POSSESSION

DRACO'S POSSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang