Sepucuk Surat Saat Fajar

41 40 18
                                    

"Sekecil apapun bentuk dan harganya, selagi dapat di terima baik oleh diri sendiri, apresiasi atas perjuangannya dalam membuat seseorang bahagia."

-Davira Nawasena

Eps 4

H
A
P
P
Y
Reading


_________________________________



Kala Arunika menampakkan wujudnya, sinar-sinar yang terang itu menembus jendela kamar. Saat fajar yang sejuk nan damai terasa hingga ke tulang-tulang, mereka jua membelenggu penghuni dunia fana untuk kembali ke aktivitas masing-masing.

Tatkala kelopak mata indah milik perempuan itu terbuka, mungkin berbunga-bunga lah hatinya. Sepucuk surat disertai secangkir teh hangat dan sepiring roti lapis blueberry adalah hadiah kecil dari Gendra pagi ini untuk Jheanara.

Saat perempuan itu masih sibuk bergelut dengan mimpinya, Gendra diam-diam mempersiapkan semuanya.
Pagi buta sekali Gendra sudah berangkat menuju kehidupan dunia luar, bekerja terlebih dulu di toko perabot Koko Beibei, barulah ia akan berangkat ke bangku perkuliahan. Sesibuk apapun dunia laki-laki ini, ia tidak akan pernah melupakan perhatian kecil untuk tiap-tiap orang tersayang.

"Dah jam berapa?" tanyanya pada diri sendiri. Jhea mengucek matanya yang gatal, binarnya terfokus pada jam dinding berbentuk beruang, "Masih jam 6."

Merenggangkan badan yang terasa pegal, lalu mengambil karet rambut dan menguncir rambutnya. Jhea berdiam diri sejenak, mengumpulkan nyawa yang belum terisi penuh diraganya. Melihat ke sekeliling ruangan dan tidak menemukan sosok laki-laki yang berada di sampingnya semalam. Sebentar, netranya memandang hadiah kecil di hadapannya.

"Ini apa?" Perlahan tangan Jhea mengambil sepucuk surat itu dan membacanya seksama, ada seukir senyuman yang terpampang di parasnya. "Makasih ya Gendra..."

Meninggalkan hadiah kecil lelaki itu, Jhea pergi melangkah ke luar kamar menuju kamar mandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meninggalkan hadiah kecil lelaki itu, Jhea pergi melangkah ke luar kamar menuju kamar mandi. Untung saja pagi ini Eysa belum mengguyurkan tubuhnya dengan air, jadi Jhea tidak akan menunggu lama.

Odol dan sikat gigi itu membersihkan rongga mulutnya, sabun cuci muka yang kemudian ia bilas membuat sedikit segar. Ini semua ia lakukan karena pesan Gendra, jika tidak mungkin ia akan langsung menyantap hidangan itu.

Setelah semuanya selesai, Jhea langsung kembali ke kamar. Baru saja ia membuka lebar pintu kamar mandi, sudah terlihat Eysa menyilangkan tangannya dengan raut wajah datar. Sudahlah, jika begitu mungkin Jhea sudah memahaminya.

JHEANDRA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang