"Jangan berharap lebih terhadap manusia, ingatlah setiap orang ada masanya untuk pergi"
-Kutipan1203
Eps 8
H
A
P
P
Y
R E A D I N G____________________________________
Meja yang sudah sedikit berdebu, ia tiup sekilas hingga debu-debu itu menyingkir. Meletakkan vas kaca berisi air dengan dihiasi bunga tulip merah pemberian seseorang yang spesial. Terletak di sudut kamar di samping pigura photo masa kecilnya bersama Gendra.
Jhea tersenyum simpul, ketika memandang ke pigura itu. Lucu sekali, dengan gigi kelinci milik Gendra dan rambut Jhea yang di kuncir 2, saling merangkul dan tersenyum lepas.
Menyapu dan mengusap pigura itu, "Sekarang 2 anak dengan sejuta suka dan duka sudah beranjak dewasa," batinnya.
Bayangkan saja, tumbuh dewasa bersama bukanlah hal mudah. Belum lagi ego yang saling beradu dengan sesekali pertengkaran kecil, namun sosok Gendra Sankara yang sering mengalah agar ikatan antara mereka berdua tidak terputus.
Kembali Jhea letakkan pigura itu di posisi semula, dan menatap dalam. Setelah itu, ia pergi keluar kamar untuk bergabung dengan anak-anak Clion yang lain. Katanya, hari ini Amar pulang dari rantauan, semoga saja selamat sampai tujuan.
***
Tawa Adenal dan Yoan nyaring dan keras, nyaris mereka hampir tidak bernafas hingga membuat kelopak bergelimang air mata. Kali ini mereka saling bermain menebak kata, tanpa harus berbicara tetapi memperagakan.
Saat itu, Gendra sedang mengisyaratkan tumbuhan putri malu. Bagaimana cara ia memperagakan mengatup dan membuka, cukup membuat semuanya tertawa. Raut wajah Gendra juga tidak bisa dikondisikan, ia bahkan ikut tertawa dengan perilakunya sendiri.
"Gini nih," ucap Gendra sembari memperagakan putri malu lagi.
Bahkan Adenal berguling dari atas sofa hingga ke lantai yang dingin karena lelah menahan rasa geli yang ada di perutnya.
"Sia ngecosplay saha?" Adenal bertanya dengan tawa yang tak henti-henti, "Buka tutup dari tadi ga jelas."
"Tiga"
"Dua"
"Satu"
Waktu habis, Davira memegang stopwatch dan Bastian berdiri di belakang Yoan yang menebak dengan tangan mengangkat kertas soal.
Yoan terduduk lemas, "Jadi ini soalnya apa?"
Kertas itu dilempar oleh Bastian dan mendarat di wajah putih Yoan. Ia mengambil kertas yang ada menempel di wajahnya, dan ketika dilihat ia kembali tertawa lebih keras, "Putri malu."
"Nggih, gitu doang ga bisa jawab lo!" ketus Gendra yang akan meneguk segelas air.
"Udahlah, lagian ini buat senang-senang doang kok," ujar Eysa untuk mencegah perdebatan tak berbobot.
Sekarang giliran Moel dan Eysa yang bermain, seperti biasa Bastian dan Davira yang memegang kendali.
Bastian dan Davira terlalu malas untuk ikut berpartisipasi, dan lebih baik menjadi pemegang kendali permainan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JHEANDRA [On Going]
General FictionTiap manusia, punya warna yang berbeda-beda yang ditorehkan untuk mewarnai dunia fana. Buruk atau Indahnya suatu lukisan tergantung seorang pelukis. Entah warna apa yang akan ia padukan, tetap akan menarik di binar yang tepat. Tak salah bukan, membu...