masalah baru

34 12 1
                                    

Hai prenn

Malam minggu klaian ditemani empatheia niehhh .. asoyyyy

Gak mau panjang lebar, cepet baca ikuti alurnya. Jangan lupa vote dan komen yaaaaa

Happy reading

"Apa alasanmu Megumi? Bagaimana dia bisa masuk kesekolah kita? Dengan seragamnya? Sungguh apa dia tidak malu?" Pertanyaan bertubi-tubi dilontarkan oleh lelaki tua bernama Riki, yang kuketahui beliau adalah salah satu guru BK di sekolah ini.

Lelaki dengan beberapa kerutan disekitar matanya itu tampak tersulut emosi. "Saya tidak akan mempermasalahkannya jika ia, masuk dengan izin. Ini tidak temanmu itu melewati pagar belakang, bahkan melompatinya!"

Pak Riki menggelengkan kepalanya tak percaya,"dan kamu Awan! Sebagai salah satu anggota osis, kenapa kamu tidak tahan saja mereka berdua?!"

Lelaki itu nampak menunduk diam duduk di sampingku. "Kemarin saya sudah mencoba menahannya, namun lelaki brengsek itu malah membawa lari dia pak." Jelas Awan dengan suara rendah.

Pak Riki nampak membenarkan kacamatanya yang merosot. "Sekolah kita dipandang baik oleh dunia luar, jangan pernah membawa orang lain yang tidak kami undang. Apalagi bertindak senonoh seperti kemarin! Kami tidak ingin jika sekolah ini dipandang sebelah mata! Dan juga ini bukan untuk yang pertama kalinya bukan?" Pak Riki terus terang.

"Bapak masih tidak mempermasalahkan hal kecil ini," ucapnya tersenyum padaku. "Namun, jika kamu membawa temanmu itu lagi, saya tidak akan memberikan toleran lagi." Pak riki meninggalkan kami diruangannya.

"Stop Awan! Jangan ikutin gue!?" Bentak ku pada Awan, membuat beberapa orang yang sedang berada disana berkumpul menyaksikan kami.

"Apasih Yol? Lo kenapa?" Lelaki itu malah menanyakan hal aneh.

"Lo yang kenapa? Tuli lo! Kemarin lo-- ucapan ku tercekat membuat Awan memiringkan kepalanya seolah penasaran.

"Kemarin apa?"terlihat banyaknya pertanyaan yang terlihat dari matanya.

"Kemarin-- udahlah tinggalin gue sendiri!" Aku beranjak pergi menjauh dari lelaki bermarga Aditama itu.

Dua sisi yang berbeda, baru kali pertama ini aku melihat sosok Awan yang kukenal terlihat seperti kemarin. Apakah ada faktor yang mempengaruhi sikapnya kemarin?

°°°

Langit mulai menampakkan warna aslinya, air mulai bercucuran jatuh mengenai tanah. Angin berhembus kencang membuat kulit serasa membeku.

Aku menunggu kehadiran seseorang, yang sudah ku hubungi sedari tadi. Namun, lelaki bernama lengkap Areksa Pedrana itu tak juga memunculkan batang hidungnya.

Lagu terputar, masuk keindra pendengaran ku melalui sepasang earphone yang terpasang dikedua telingaku.

Langkah kecil ini membawa tubuhku duduk di sebuah halte yang bersebrangan langsung dengan sekolahku, sebelum suara klakson motor yang tidak kukenal terdengar mengejutkan.

"Rama," ucapku spontan saat ia berdiri di hadapanku. Alfrendo Rama, orang yang pernah menaruh rasa padaku saat kami duduk dibangku SMP. Namun, hal itu tak berselang lama sebelum ia diharuskan pindah ke kota lain.

"Sendiri? Ikut gue!" Ia mempersilakan aku menaiki motor sport kebanggaannya namun, aku menolaknya keras.

"Balik sendiri? Jalan juga? Cowo lo mana?" Pertanyaan bertubi-tubi itu terlontar dari mulutnya dengan nada yang sangat rendah.

empatheiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang