||mantan?||

23 18 3
                                    

Hai prennn 💙
apa kabar? aku harap baikkk

buat lanjut, jangan lupa vote, komen dan follow akun Yola wajib! fyolaaaa

plagiat, karena ini karya asli buatan Yola. Karya di publish untuk dibaca bukan untuk di plagiat!! Camkan

Absennn!!

Kalian dari daerah mana nih?

⚠️⚠️BANYAK KATA KASAR YANG TIDAK BAIK⚠️⚠️ UNTUK DITIRU, HARAP BIJAK DALAM MEMBACANYA

Okeee happy reading all

''Bangsat!'' umpatku melihat beberapa pesan yang masuk. Mataku melebar tak percaya, mataku terlihat memerah amarah dengan Genangan air menumpuk di pelupuk mataku.

Pantas saja lelaki itu mengatakan demikian. Ternyata ini yang ia lakukan, lalu yang kemarin Rie lihat, apakah karena hal ini juga?

Areksa Pedrana, orang yang sudah ku anggap sebagai seorang Kakak. Wajar aku telah bersamanya sejak berusia 4 tahun. Namun, lama-kelamaan rasa ini memuncak naik.

Awalnya, aku serasa ingin menutup rasa ini dalam-dalam. Tetapi, aku malah merasa lelaki itu semakin dekat denganku setelah aku merasakan hal yang memuncah itu. Entah aku yang besar kepala atau memang itu kenyataanya.

•••

Malam telah datang, langit seketika petang. Cahaya bulan sangatlah terang, gemerlapnya tak kalah dengan bintang. Photo itu masih dalam benakku, aku masih tidak tahu kebenarannya. Itu hanya kebohongan belaka atau memang kebenaran. Yang pasti, lelaki itu tidak memperlihatkan batang hidungnya sejak pagi tadi, bahkan beberapa pesan yang  kukirim tidak ditanggapi.

Pikiranku mulai berpikir jauh, bagaimana jika itu kebenaran. Bukankah aku akan jatuh, namun jika hanya kebohongan belaka untuk apa orang itu memberi tahu padaku? Pikiranku semakin berkecamuk.

Suara ketukan membangunkanku dari lamunan, suara berasal dari jendela kamar. Sudah pasti, aku tahu siapa pelakunya. Namun, apa aku berani untuk menemuinya, sejak kejadian tadi ada sedikit  rasa janggal disini.

Dengan separuh hati, aku berjalan menuju jendela kamarku. Dengan hanya menyibakkan gorden aku bisa melihat lelaki itu bertengger di atas kuda besinya, dengan pakaian casual dan helm yang pas terpasang di kepalanya lelaki itu nampak gagah.

Aku membukanya, namun tak mengatakan sepatah katapun. Lelaki itu juga, memasuki kamarku dengan santainya. ''Jangan ganggu!'' tekanku melihatnya mengusik anak kecil yang tidur di atas kasurku.

Ia berdecak bangkit mendekatiku, mata elangnya menyorot tajam ke arahku yang tengah duduk di bangku kecil. Tiba-tiba ia mengangkat ku kemudian membuat diriku duduk di pangkuannya. ''Lo? Lepas gue gak mau!'' aku sedikit memberontak.

Pelukannya semakin erat, membuat baunya yang sangat khas itu tercium dari jarak sedekat ini. "Bisa diem gak?"

Ia menyusupkan kepalanya kecekuk leherku, terasa geli namun aku tak bisa mengendalikan tanganku yang malah mengusap-usap lembut rambut hitam nya. ''Jangan marah,'' ucapnya serak. Membuat siapapun geli, rasanya aku ingin muntah mendengar nada ucapannya.

Aku tak bisa menahan senyumanku, yang akhirnya sebuah senyuman kecil terbit. Kecil, sangat kecil hingga siapapun tak menyadarinya. Aku tambah memeluknya kencang sembari mengangguk, akan takut kehilangannya.

Pedra mengangkat kepalanya setelah beberapa menit bertengger di celuk leherku. Sorot matanya lekat menatapku dari dekat, dapat ku rasa hembusan nafasnya yang terasa mint. Ia kembali  mendekatkan kepalanya, hingga tak ada batas diantara kami. Aku sadar, begitu aku merasakan benda kenyal menempel di salah satu pipiku yang kemudian aku mendorong dadanya dan lompat turun.

empatheiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang