Hai prenn💙
Apa kabar? Aku harap baik🤍
Balik lagi sama Yola si manusia setengah overtihnking. Jangan bosan-bosannya mantengin cerita ini karna akan ada banyak hal menarik yang akan dikulik.
.
.
.Diharapkan tidak untuk plagiat, karena cerita ini dipublis untuk menghibur readers bukan untuk plagiatan. Cerita ini mengandung bahasa kasar dan kotor yang tidak patut dicontoh‼️⚠️⚠️
.
.JANGAN LUPA VOTE KOMEN DAN FOLLOW fyolaaaa
💠💠HAPPY READING💠💠
Satu kata, peduli. Namun, tanpa kita sadari hanya karena hal itu benih-benih cinta akan muncul. Berawal dari peduli dan berakhir dengan peduli.
''Gara-gara lo!'' suaraku terdengar berbisik.
Lelaki itu nampak tak terima, memelototkan matanya sambil berkacak pinggang. ''Ini gara-gara lo, ngajakin gue lewat belakang!'' sinisnya tak terima.
''Salah siapa lo ngikut!'' aku yang tak terima dituduh.
''Y- ya karna, ah udahlah intinya gara-gara lo Akhhh!'' ringisnya saat tanganku berhasil mencubit bagian perutnya.
''Mampus lo!'' tawaku puas melihat lelaki di hadapanku ini kesakitan.
''Kurang ajar, liat pembalasan gue!'' ucapnya sedikit berbisik dan menunduk, melihat tinggiku yang hanya sebatas dada bidang nya saja.
Disinilah kami berdua sekarang, iya ditengah lapangan lebih tepatnya dihadapan tiang bendera. Dengan tanganku yang sentiasa membentuk sikap hormat kepada sang merah putih sebagai hukuman.
Berbeda dengannya, sedari tadi tangan kanannya itu tidak bisa diam. Mulai dari mencolek, menjambak, sampai mendorong-dorong tubuhku hingga terhuyung.
''MALVIN! JAGA SIKAP KAMU!!'' terdengar teriakan guru yang memantau kami dari kejauhan.
''Manpus lo,'' timpalku dengan nada mengejek.
''Diem lah,'' ia tampak membuka resleting tasnya dan mengeluarkan sebuah topi. Yang awalnya kukira ia akan mengenakan topi itu, namun kenyataan sekarang benda berwarna kelabu ini terpasang dikepalaku, menutupi sebagian wajahku dari panas matahari yang menyengat.
Tetes demi tetes, peluh memenuhi dahiku. Aku merasa tidak enak, melihat lelaki di sampingku dengan wajahnya yang terlihat mengkilat karena keringat tentunya.
Benda itu kulempar jauh, agar merasa adil sepertinya aku harus melepasnya juga. ''Kenapa lo buang anj!'' tekannya dengan tetap menghadap tiang tanpa menoleh.
''Biar adil!'' balasku cepat, yang sudah tidak tahan lagi berdiri disini.
Bell istirahat sudah terdengar, seharusnya kami sudah menghabiskan masa hukuman. Namun karena lelaki di depanku,kami mendapatkan hukuman tambahan.
Terlihat 3 keroco itu mendekati kami dengan wajah mengejek. Terutama Rie, ia terlihat paling mencolok diantara lainnya. ''Acieee, lo pada berangkat bareng ya?'' Rie berdiri dihadapan kami.
''Nggak,'' jawab kami bersamaan. Kembali membuat Rie menutup mulutnya mengejek.
''Bohong banget ih,'' tawa mereka bertiga menggelegar. Sebal tentu, namun itu membuat kami lupa akan panas yang kini menyengat.
![](https://img.wattpad.com/cover/326889546-288-k211543.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
empatheia
Short Storyempati yang didasari keras kepala # 1- Empati (24 Des 2022) # 1- Fayola (24 Des 2022) Start 25 Nov 2022