Prolog

796 23 0
                                    


Benarkah seorang lelaki bisa melalui satu malam saja dengan seorang wanita dan melupakannya begitu saja? 

Tidak demikian dengan Dipa Rangga Kusuma ketika mamanya memaksanya menikah dengan anak pembantu mereka : Anggit Nova Saraswati demi mendapatkan warisan sebuah perusahaan.

Pernikahan satu pekan,  bagi Anggit menyisakan bahagia dan pedih yang menyiksanya. Memunculkan dendam sekaligus rindu yang menggelegak pada Dipa. Tanpa dia menyadari bahwa Dipa berusaha keras mengembalikan Anggit menjadi miliknya kembali.

---------

"Kau jatuh cinta padaku?"

Anggit tersentak. Dipa membuka mata dan mendapati Anggit memindainya. Anggit menarik badannya yang sejak tadi berada dalam dekapan suaminya, tapi Dipa menahan dengan tangan kekarnya.

Dipa kembali menenggelamkan wajah di leher istrinya. Entah kenapa, semalam bersama Anggit tiba-tiba membuatnya tidak ingin beranjak dari sisi istrinya. Selintas teringat janji pada mamanya, tapi jiwa lelakinya menuntut hak atas miliknya. "Harusnya kita checkout pagi ini, tapi kurasa, aku akan memperpanjangnya ..."

Anggit merasa wajahnya menghangat. Hanya dalam semalam, Dipa sudah membuatnya jatuh cinta. Seumur hidupnya, dia hanya mendengar kata "kamu cantik" hanya dari ibu dan mendiang bapaknya. Namun sejak kemarin, kata-kata itu puluhan kali terdengar dari mulut Dipa, di sela-sela bibirnya yang sibuk menjelajahi sekujur badannya.

Tiba-tiba dia teringat sesuatu. Perlahan dia melepas diri dari pelukan Dipa dan menyibak selimut. "Astaga, aku lupa kalau hari ini aku harus masuk kerja! Aku cuma ijin tujuh hari."

Namun Dipa kembali menariknya dalam pelukan, membuat kulit mereka kembali bersentuhan dan napasnya menderu di telinga Anggit. Napas membara yang dipenuhi nafsu yang seolah tidak terpuaskan sejak kemarin.

"Jangan harap bisa pergi dariku, Anggit. Kecuali aku mengijinkan. Kau milikku." Perintah itu terdengar arogan sekaligus manis di telinga Anggit. Dia merasa tersanjung. "Seharusnya sejak hari pertama kita berada di sini."

Dipa menggumam sembari menyusuri leher Anggit dengan bibirnya, membuat Anggit kembali mabuk.

Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu. Sepasang pengantin baru itu berniat mengindahkannya, namun ketukan di pintu tak kunjung berhenti dan semakin kencang suaranya.

Sembari menggerutu kesal, Dipa menyibak selimut dan meraih celana panjang yang tergeletak di lantai. Mengenakannya dengan tergesa dan menuju pintu.

Seraut wajah wanita separuh baya dengan alis bertaut marah menatapnya saat pintu terbuka separuh, dan wanita itu langsung merangsek masuk.

"Jadi mulai kemarin kamu di sini? Kau lupa janjimu sama Mama?" Nada tinggi dan melengking itu membuat Anggit menjengit terkejut. Suara itu baru dikenalnya sepekan ini. Suara yang tak pernah membuatnya merasa nyaman. Bergegas dia meraih baju Dipa yang tergantung di kursi dan dengan cepat mengenakannya.

"Mama, aku ..."

"Cukup. Kau lupa kalau Melisa akan datang ke hotel ini untuk jumpa fans? Kau mau dia tahu kalau ...."

"Selamat pagi, Mama Erika," sapa Anggita. Nyonya Erika menoleh pada Anggit, gadis yang baru menjadi menantunya sepekan ini. Sekilas memindai baju Anggit yang dipakai tanpa sempat dikancing.

Melihat pakaian anak dan menantunya, serta tempat tidur yang berantakan, Nyonya Erika tidak perlu menganalisa lebih dalam, kenapa selama 24 jam ponsel Dipa tidak aktif.

"Hari ini juga, kalian harus bercerai!" ucap Nyonya Erika sembari meninggikan dagu, lalu mengeluarkan secarik kertas dan sebuah buku tipis berwarna hijau. "Dipa, ini surat cerai kamu."

Dipa membiarkan surat itu melayang jatuh ke kaki Anggit.

"Mas Dipa?" Anggit menatap Dipa tak percaya. Baru semalam mereka mereguk manisnya malam pertama, pagi ini dia sudah berstatus janda? Seketika Anggit menyadari posisinya sebagai anak pembantu Nyonya Erika yang layak untuk dipermainkan dan dicampakkan.

Dipa sama sekali tidak menatap Anggit. Dia meraih jaket yang tergantung di kapstok dan melenggang keluar, seolah tidak pernah terjadi apapun di antara mereka berdua.

"Mas Dipa!" panggil Anggit putus asa, hendak mengejar Dipa yang sudah menghilang di balik pintu.

Namun tangan Nyonya Erika menahannya dan buku hijau tipis ditempelkan di dada Anggit yang terbuka. "Ini sertifikat rumahmu, sudah aku lunasi semua sesuai kesepakatan kita, sebelum pernikahan kalian."

Mantan Istri MOST WANTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang