5 - Jatuh Cinta

257 12 0
                                    

"Apa aku jatuh cinta padanya?" gumam Anggit dalam hati sembari mengulum senyum. Menatap wajah Dipa yang terlelap di hadapannya. Meski wajah itu mirip dengan Nyonya Erika–yang sama sekali tidak menerbitkan rasa hormat atau simpati, Anggit tak peduli. Karena versi di hadapannya telah membuatnya mabuk kepayang.

Begitu mudahnya cinta menelusup masuk ke dalam relung hatinya, meski sebelumnya dia menolak pernikahan ini. Dipa sudah membuatnya menjadi wanita paling bahagia di dunia ini. Meski mereka hanya melewatkan waktu bersama di tempat tidur semalaman, di kamar hotel mewah, hadiah dari Om Kusumo.

Kata ibunya, Nyonya Erika dulu seorang penyanyi lokal. Terkenal cantik, dan berhasil menaklukkan Papa Dipa–padahal saat itu Tuan Kusumo sudah beristri. Statusnya sebagai istri kedua yang diakui oleh istri pertama benar-benar membuatnya beruntung, karena tanpa menyanyi lagi dia sudah bergelimang harta.

Maka tak heran, wajah Dipa mempesona Anggit dalam satu malam saja. Dan hingga hari ketujuh pernikahannya, Anggit tak ingin pindah ke rumah Dipa–meski suatu ketika suaminya itu akan membawanya. Berada di antara Dipa dan Nyonya Erika, seperti berada antara surga dan neraka.

"Kau jatuh cinta padaku?"

Anggit tersentak. Dipa membuka mata dan mendapati Anggit memindainya. Anggit menarik badannya yang sejak tadi berada dalam dekapan suaminya, tapi Dipa menahan dengan tangan kekarnya.

Dipa kembali menenggelamkan wajah di leher istrinya. Entah kenapa, semalam bersama Anggit tiba-tiba membuatnya tidak ingin beranjak dari sisi istrinya. Selintas teringat janji pada mamanya, tapi jiwa lelakinya menuntut hak atas miliknya. "Harusnya kita checkout pagi ini, tapi kurasa, aku akan memperpanjangnya ..."

Anggit merasa wajahnya menghangat. Hanya dalam semalam, Dipa sudah membuatnya jatuh cinta. Seumur hidupnya, dia hanya mendengar kata "kamu cantik" hanya dari ibu dan mendiang bapaknya. Namun sejak kemarin, kata-kata itu puluhan kali terdengar dari mulut Dipa, di sela-sela bibirnya yang sibuk menjelajahi sekujur badannya.

"Anggit, kamu wangi ..." gumam Dipa, lalu menatap sepasang mata Anggit yang menatapnya pasrah. "Kamu cantik."

Anggit merasakan jantungnya bertalu-talu, asmara sudah memabukkannya. Namun, mungkinkah Dipa–anak majikannya–jatuh cinta padanya dalam semalam setelah mereguk manis madu dirinya? Karena dia tak mendengar pengakuan itu dari bibir Dipa. Yang ada bibir lelaki itu merajai tubuhnya penuh nafsu tak terbendung.

Namun saat ini, dia tak peduli dengan itu semua. Dia milik Dipa, dan Anggit menyerahkan sepenuh jiwa dan raganya pada lelaki yang sudah sepekan ini menikahinya.

Tiba-tiba Anggit teringat sesuatu. Perlahan dia melepas diri dari pelukan Dipa dan menyibak selimut. "Astaga, aku lupa kalau hari ini aku harus masuk kerja! Aku cuma ijin tujuh hari."

Namun Dipa kembali menariknya dalam pelukan, membuat kulit mereka kembali bersentuhan dan napasnya menderu di telinga Anggit. Napas membara yang dipenuhi nafsu yang seolah tidak terpuaskan sejak kemarin.

"Jangan harap bisa pergi dariku, Anggit. Kecuali aku mengijinkan. Kau milikku." Perintah itu terdengar arogan sekaligus manis di telinga Anggit. Dia merasa tersanjung. "Seharusnya sejak hari pertama kita berada di sini. Kenapa Mama menyibukkan kita dengan urusan pemberkasan warisan yang bertele-tele hingga kita hanya punya waktu semalam saja?"

Dipa menggumam sembari menyusuri leher Anggit dengan bibirnya, membuat Anggit kembali mabuk.

Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu. Sepasang pengantin baru itu berniat mengindahkannya, namun ketukan di pintu tak kunjung berhenti dan semakin kencang suaranya.

Sembari menggerutu kesal, Dipa menyibak selimut dan meraih celana panjang yang tergeletak di lantai. Mengenakannya dengan tergesa dan menuju pintu.

Seraut wajah wanita separuh baya dengan alis bertaut marah menatapnya saat pintu terbuka separuh, dan wanita itu langsung merangsek masuk. Wanita yang membuat ekspresi wajah Dipa seketika berubah.

Mantan Istri MOST WANTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang