04. Harus sabar

3.5K 280 5
                                    

Untung saja Mark berhasil membelikan Jeno sup udang, Mark makan dengan tenang pagi itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untung saja Mark berhasil membelikan Jeno sup udang, Mark makan dengan tenang pagi itu. Untung saja Jeno tidak lagi menyalahkannya, ya walau Mark kena omel karena dia menyatukan makanan begitu lama.

Ingat Mark! Harus banyak banyak sabar, ini hanya untuk 9 bulan saja.

Sudah sekitar 3 hari Jeno di rumah sakit, hari ini dia akan pulang. Bersama dengan Mark tentunya juga.

"Mark, boleh ke makam mama terlebih dahulu tidak?" tanya Jeno sembari menoleh ke arah Mark dan menatap Mark dengan mata antusiasnya itu.

"Boleh sayang, ayo ke makam mama! Sekalian aku juga ingin meminta izin untuk merawat anaknya untuk selama lamanya," jawab Mark dan dibalas senyuman manis oleh Jeno.

Sesampainya di makam mama Jeno, Jeno pun membeli seburket bunga untuk ia taruh di atas makam sang mama. Sedangkan Mark hanya menurut saja, jika dia tidak menurut, Jeno akan mengomel lagi nantinya:) kepala Mark ingin pecah rasanya jika Jeno terus terusan mengomel karena kesalahannya.

"Mama, Jeno datang!!" ucap Jeno lalu berjongkok di samping makam sang mama.

"Ma, aku datang kesini membawa suamiku, Mark Jung. Dia adalah orang pilihan papa, papa memilihkan Mark untuk menjagaku," Jeno mulai bercerita sembari menaruh burket bunga yang ia beli tadi di atas makam sang mama.

"Halo, Mama mertua(?) saya Mark Jung, suami dari anakmu. Izinkan saya untuk merawat anakmu sampai tua nanti ya? Saya berjanji, saya tidak akan menyakitinya," kini Mark mulai membuka suaranya. Jeno hanya tersenyum menanggapinya sebelum dia meneteskan air matanya.

"Papa pernah mengatakan, mama meninggal karena melahirkan aku, Mark. Aku kira aku pembunuh, waktu itu aku sempat depresi.. Tapi entah apa yang papa lakukan padaku hingga aku dapat menghilangkan depresi ku ini," Jeno mulai kembali bercerita pada suaminya itu yang sedari tadi memeluk pinggangnya.

"Sayang, Mama meninggal bukan karena dirimu. Ini sudah takdir, jangan menyalahkan dirimu sendiri ya?" Mark mengecup puncak kepala Jeno.

"Iya, Mark. Aku ingin selalu menjaga kesehatan ku untuk bayi kita.. Aku tidak ingin dia bernasib sama seperti aku, aku tidak mau dia kehilangan orang yang sudah melahirkannya ke dunia. Aku ingin merawatnya bersamamu, sampai kita menua. Tolong kuatkan aku ya?" tutur Jeno sembari meraih tangan Mark lalu menggenggam nya dengan erat.

Suasana yang sunyi dan juga hembusan angin yang membuat suasana menjadi semakin sedih, mata Mark sudah berkaca kaca. Namun dengan cepat Mark mengedipkan matanya agar ia tidak jadi menangi, tidak! Mark tidak boleh menangis di depan suami kecilnya yang juga sedang menangis ini. Jika Mark menangis, siapa yang akan menguatkan Jeno nantinya?

"Iya sayang, aku akan bantu menguatkanmu. Maka dari itu selalu jaga kesehatanmu ya? Jangan sampai terjadi hal seperti ini lagi," tutur Mark sembari memeluk Jeno lalu mengusap usap punggung Jeno.

"Iya, Mark. Jika aku lupa, ingatkan aku ya!"

"Iya, sayang."

Setelah bercerita banyak dan mengobrol banyak bersama Mark di makam mama tercinta, Jeno pun mengajak Mark pulang karena mulai merasa hawa disini semakin panas karena cahaya matahari yang menyorot begitu terang.

9 Month 10 Days | MarkNo 2/2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang