"Ana..." Giselle menatap wajah Ana dalam.
"Kenapa Sel?" jawab Ana sibuk dengan bacaan .
"Lo kemarin pulang bareng Roni?" tanya Giselle ragu.
Ana menatap Giselle sekilas sambil mengerutkan keningnya. Lalu menunduk kembali dan mengangguk.
"Cerita dong Na. Pokoknya ceritain apa yang terjadi waktu lo bareng Roni." ujar Giselle menggebu-nggebu.
Ana menghela nafas panjang, memberi batasan pada novelnya lalu meletakannya di laci meja.
'Aku ceritain gak ya?' batin Ana bimbang."Cerita dong Na."
"Roni kemain emm.. nembak aku!" ucap Ana lirih dan sedikit takut.
"Roni nembak lo?" jerit Giselle histeris, untungnya kelas sedang sepi.
"Hmm."
"Lo terima?"
Ana menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Giselle menghela nafas lega.
Ana mengarahkan bola matanya, entah kenapa ia hanya ingin melihat kesana. Ia sedikit mendongak bahkan tangannya ikut menyangga. Matanya tertuju pada cowok itu. Tepat setelah itu cowok itu menoleh. Tatapan mereka bertemu, tak ada yang ingin menghancurkannya. Mereka terdiam sambil menikmati luapan rindu yang diisyaratkan oleh mata.
'Astaga Ana. Ngapain juga kamu liatin dia? Sial. Sial. Sial. Kenapa mataku ini tak mau lepas darinya? Astaga. Ada apa denganku?'
Ana buru-buru memalingkan wajahnya dan menunduk. Ia menyembunyikan raut wajah malunya karena terang-terangan memperhatikan seorang cowok.
Tak berama lama, cowok itu a.k.a Rudy memasuki kelas dengan gaya biasanya, cuek. Dengan langkah pelan ia berjalan tanpa melirik Ana dan langsung menyenderkan punggungnya di kursi. Tatapan Ana masih tertuju pada Rudy. Entah kenapa rasanya, Ana ingin terus memperhatikannya. Rudy memasang earphone nya yang kemudian di ketahui Ana mendengarkan musik sambil menyedekapkan tangannya dan memejamkan mata diatasnya.
Ana melirik kesamping. Pria itu entah kenapa terus membuatnya penasaran. Tatapannya yang lembut, membuatnya meleleh saat mata itu menatapnya. Ana tak mengerti, jantungnya kini berdebar tak karuan.
Dia, kenapa terlihat cool saat seperti ini?
Ana masih memperhatikan Rudy, wajahnya yang tampan dan tegas. Hidungnya yang mancung. Rahang yang tegas, alis yang tebal. Sungguh, Rudy terlihat tampan. Ana tersenyum, membayangkan ia menyentuh wajah Rudy.
Tapi sejurus kemudian Ana menggelengkan kepalanya kuat, walaupun sudah dua tahun ia satu kelas dengan Rudy, tak pernah satukalipun ia berbicara padanya. Dan Ana yakin, keinginannya itu sangat mustahil.
It's impossible Ana!
Tiba-tiba mata Rudy mengerjap-ngerjap, buru-buru Ana membuka novelnya dan pura-pura sibuk membaca.
'Habislah aku. Kalau dari tadi dia sadar aku liatin gimana? Ana bodoh, bodoh. Kenapa coba aku dari tadi liatin dia? Tuh kan. Astaga. Jadi malu, ih.'
"Na."
"Hah?" Ana menjerit kaget ketika mendapati Giselle disampingnya sedang tersenyum menggoda. Matanya menari-nari humor siap menerkamnya.
"Hayoo lo... Ngliatin siapa hayo?"
"Emm.. Siapa?" Ana menyembunyikan wajah merahnya. 'Double sial. Gimana bisa aku lupa kalau sedari tadi Giselle disampingku? Gimana kalau Giselle dari tadi liatin aku? Matilah aku. Ketahuan kan kalau aku liatin Rudy dari tadi. Mau ditaruh dimana mukaku? Sial.'
![](https://img.wattpad.com/cover/40499771-288-k804152.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending for Alone On Editing (Completed)
RomanceTak selamanya seseorang itu sendiri. Tak selamanya seseorang itu terkena musibah. Sesuatu pasti indah pada waktunya. Tapi apakah itu benar? Mengapa gadis ini selalu dipermainkan keadaan. Seolah olah tak ada kebahagian yang tersisa untuknya. Kesalah...