Hati gadis itu bergejolak. Langkah kakinya teratur. Menapaki koridor sekolah yang penuh tatapan mata.
Rambut gadis itu bergerak maju. Helaianya menutupi bagian depan wajah Ana. Dan beruntung, lingkaran hitam di bawah matanya juga mata sembabnya tak terlihat.
'Eh itu kan cewek pengrebut cowok sahabatnya malem itu kan?'
'Gilak. Tega, banget ya dia berkhianat sama sahabatnya.'
Cemooh-cemooh itu terdengar di setiap mulut siswa. Namun Ana tetap tegar menghadapinya.
Ia berusaha bersikap biasa saja. Berjalan acuh seperti nalurinya.
Dari kejauhan Ana melihat papan mading penuh sesak dengan siswa yang mengelilingi. Dahi Ana mengernyit. Sebegitu heboh kah sesuatu yang ditempel di mading sehingga semua murid berdesakan hanya untuk melihatnya.
Ana mengintip. Apa yang gerangan ditempel di mading. Sebuah, gambar lebih tepatnya foto. Dua orang yang berciuman mesra di lantai d-dansa.
Hah?
Tidak. Ana menelan ludahnya. Great! Kali ini dengan bukti sebuah foto. Semua murid pasti akan menggunjingnya.
Ana berjalan menjauhi papan mading itu. Ia mengumpat dalam hati. Memberikan sumpah serapah pada siapapun yang menempelkan foto-nya disana. Sekalipun, wartawan sekolah.
"Ergg.... Siapasih yang nempelin foto itu?" jerit Ana pelan. Ia sangat dongkol. Dengan itu, Ana yakin kalau Giselle akan semakin membencinya.
Seseorang mendekat. Berjalan dengan angkuh, dan mengangkat dagunya tinggi.
"Kalau gue bilang, itu perbuatan gue. Lo mau apa?" Mia berhenti tepat di hadapan Ana. Menatap Ana tajam dan penuh rasa benci.
"Kenapa kamu lakuin itu ke aku. Apa salahku sama kamu?" Ana masih berusaha sabar. Walaupun dalam hatinya dia ingin meneriaki Mia dan menjambak rambutnya.
"Salah? Banyak banget salah lo. Dengan lo ada di hadapan gue itu udah salah lo."
Mia masih terkekeh. Ana menduga dalam hati. Apa sebenarnya alasan Mia. Kenapa gadis itu selalu mengganggunya?
"Kamu mau apa dari aku?" Akhirnya Ana mengeluarkan kata-kata setelah sepersekian detik terdiam. Mencermati perang batin dalam hatinya.
"Cuma satu. Jauhin Rudy, karena dia milik gue. Bisa?"
Ana memutar bola matanya. Walaupun ia yakin Mia tak akan melihatnya.
Rudy. Apa hubungannya dia dengan Rudy? Kenapa Mia melarangnya berdekatan dengan Rudy.
"Gimana?"
Ana masih bingung dengan perkataan Mia. Namun satu hal yang diyakininya ia tak bisa. Ia tak bisa jauh dari pemuda itu. Ia sudah terlanjur nyaman berada di samping pemuda itu. Dan ia tak akan pernah menyiakan kesenpatan emasnya begitu saja.
Ana rela melakukan apapun hanta untuk dekat dengan Rudy. Dan ia tak mungkin menjauh begitu saja. Rudy sudah menjadi candu baginya. Satu hari saja tak melihat pemuda itu, rasa rindu langsung menyelusup relung jiwanya.
"Maaf. Aku gak bisa."
Mia tersentak menengar ucapan tegas yang dilontarkan Ana. Mia masih sangat terkejut mengetahui hal itu.
"Kenapa? Kenapa lo gak bisa?" Mia masih menuntut penjelasan Ana.
Ana terdiam. Tak ingin membahas alasan itu. Sudah cukup hati ini perih.
"Lo cinta sama dia?"
Ana tersentak. Gawat. Sangat gawat bila Mia mengetahui perasaannya yang sebenarnya. Ia terlalu takut jatuh dalam luka yang sama.
![](https://img.wattpad.com/cover/40499771-288-k804152.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending for Alone On Editing (Completed)
RomantizmTak selamanya seseorang itu sendiri. Tak selamanya seseorang itu terkena musibah. Sesuatu pasti indah pada waktunya. Tapi apakah itu benar? Mengapa gadis ini selalu dipermainkan keadaan. Seolah olah tak ada kebahagian yang tersisa untuknya. Kesalah...