Epilog

4.6K 93 4
                                    

Author's POV

Rudy dengan malas memasuki salah satu kantor polisi yang berada di sekitar kompleks rumahnya. Sudah hampir empat bulan, Alvin –anaknya dinyatakan hilang. Dan kali ini ia harus kembali ke sana.

"Silahkan duduk pak!" Polisi bernama Norman itu tersenyum di kursinya dan mempersilakan kursi didepannya untuk Rudy. Rudy pun hanya mengangguk lalu mendaratkan bokongnya.

"Begini pak, pencarian saudari Alvin belum ada perkembangan. Kami sudah berusaha mencari jejak saudari Natasha dan Alvin namun hilang tak berbekas. Dan ini sudah empat bulan pencarian dilakukan namun tidak ada hasil. Apakah bapak berminat untuk melanjutkan pencarian saudari Alvin?"

"Tutup saja kasus ini pak. Seolah-olah tidak ada yang pernah hilang. Istri saya juga sudah melupakan Alvin. Saya tidak ingin terlalu larut dalam duka ini pak. Tutup seluruh pencarian dan tutup kasus ini segera." Rudy berujar mantap.

"Baik pak! Oh iya pak, ada sedikit kemungkinan jejak saudari Natasha. Pada hari hilangnya saudari Alvin, sebuah pesawat jet pribadi terbang ke Indonesia. Dan jam itu pula helikopter itu terbang ke Amerika Serikat, lebih tepatnya daerah Texas. Kemungkinan kecil, helikopter itu milik saudari Natasha. Karena kalau ia masih ada diindonesia, jejaknya pasti bisa di temukan." Tutur Norman.

"Baik pak. Terimakasih informasinya saya permisi dulu!" Rudy berdiri dan menyalami Norman kemudian keluar dari kantor polisi itu.

Baru saja Rudy keluar dari pintu, alunan musik terdengar merdu.
Nada dering lagu ellie goulding - burn berbarengan dengan saku celana Rudy yang bergetar membuat pemuda itu langsung tersenyum kecil. Ia memasang nada dering itu khusus untuk istrinya. Dan ternyata benar, ketika ia membuka ponselnya wajah manis Ana yang sedang tersenyum dan tulisan 'Honey' sedang memanggilnya.

"Baru ditinggal sehari, eh udah kangen aja." Senyum masih terlukis du bibir pria itu sebelum memutuskan untuk mengangkat telfon. Sambil membuka pintu mobil dan masuk kedalamnya, Rudy menempelkan ponselnya pada telinga kanannya.

"Iya honey? Are you miss your husband?" Rudy terkikik geli ketika suara tak sabar terdengar di sambungan ponselnya.

"Iya-iya. Wait me a thirty minutes. Aku akan segera kesana. Kamu udah disana sayang?"

"Oke, aku jemput kamu lalu kita kesana sekarang. Oke, baby. I miss you!"

"Kamu dulu yang tutup telponnya!" Rudy tersenyum senang sambil menghentakan kakinya.

"Kalau gitu, bye sayang!"

"Tutt...." sambungan telpon terputus.

Rudy menghela napas, meletakan ponselnya dan mulai menstarter mobilnya. Hanya satu tujuannya, kembali ke pelukan istrinya tercinta.

.

Ana melirik jam besar berbentuk hati di atas kamarnya. Sedikit menggerutu kesal karena sampai saat ini suaminya belum pulang. Harusnya satu jam yang lalu suaminya sudah sampai kerumah.

"Rudy kemana sih? Jam 6 nanti kan acara pembukaan. Kenapa dia belum pulang?" Ana mondar-mandir dalam kamarnya gelisah. Kakinya terus mengetuk lantai marmer itu seiring dengan perasaan khawatir dalam hatinya. Ana pun mengambil smartphone yang dan mulai menyentuh nama 'My sweet husband' dan mulai memanggilnya. Foto kontak suaminya yang sedang tertawa lepas membuat Ana tersenyum di tengah kegelisahan hatinya menunggu jawaban Rudy.

"Akh akhirnya!" Setelah mendengar nada tersambung, Ana mendudukan bokongnya di kasur dan mulai berceloteh panjang.

"Rudy, kamu kemana aja sih sudah jam 5. Harusnya kamu pulang satu jam yang lalu." Ana marahi Rudy dengan cerewetnya.

Ending for Alone On Editing (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang