Pukul 07.00 malam. Sudah 2 jam Richard dalam perjalanan. Karena macet yang lama jadi belum sampai juga.
"Shit! Menjadi sopir memang menyebalkan,"
"Kenapa tadi ga minta sopir aja yang nyetir?! AKHHHH,"
"Macet macet kntl! Ga abis-abis Ng*td!"
Yah, seperti itulah keadaan sepanjang jalan. Disapa oleh pengucapan Richard yang sangat ramah didengar. Beruntung tak terdengar sampai luar. Kan malu nanti.
Melihat Gmaps, ia menelusuri jalan tersebut. Ternyata sekitar 15 menit lagi ia akan sampai.
Lupakan umpatan Richard sekarang. 15 menit kemudian, ia telah sampai di sebuah rumah. Megah. Asri. Halaman luas. Lebih luas dari mansionnya.
Richard menatap kemegahan rumah itu,"se-sukses apa dia?"
Richard turun dari mobil. Oh ya, tak lupa ia menggunakan kacamata supaya terlihat seperti orang masih kuliah.
Berjalan pelan. Lalu memencet tombol bel.
Disana ada semacam spiker yang menghubungkan suara pemilik rumah dengan spiker luar.
"Siapa?"
Loh? Siapa apanya? Ni gimana gue ngomongnya?
Richard gelagapan harus menjawab bagaimana. Sementara ia tak tahu harus menekan tombol apa supaya suaranya terdengar di dalam rumah.
Lalu Richard berteriak,"SAYA RICHARD EL CAPON!"
Suara itu bukan hanya terdengar oleh dalam rumah. Namun tetangga yang membuat tetangga sebelah keluar rumah.
"Hei kau! Kenapa malam-malam begini kau teriak hah?!"
Bapak itu membawa tongkat bisbol. Richard menelan ludah sambil membenarkan kacamatanya yang melorot.
"M-maaf kek. Saya ga tau cara jawabnya," ujar Richard gelagapan.
"Kakek?! Apa kau lihat jenggot dalam daguku?!"
Richard menggeleng kuat. Eskpresi tegangnya menampilkan dirinya bahwa ia ingin menghindari bapak itu.
"Berani-beraninya kau. Sudah berteriak malam terus menghinaku!"
Bapak itu mendekat dengan tongkat besbol itu.
Richard mematung. Berpikir dalam otak. Hei! Biasanya dia tak pernah takut dengan apapun. Tetapi kenapa sekarang ia gelagapan hingga mematung?. Dimana nama Richard itu yang suka menyiksa dan kejam?
Ceklek
Richard menoleh lalu berlari dan bersembunyi di balik tubuh gadis itu.
"Tolong saya!"
Gadis itu menatap apa yang Richard tunjuk. Ternyata bapak itu lagi, pikirnya.
"Pak! Tunggu pak," gadis itu menahan pergerakan tetangga sebelah yang hendak bertindak ke Richard.
"Apa hah?! Dia sudah menghinaku Castella!" Ujar tetangga Castella menunjuk Richard menggunakan tongkat bisbol.
"Baik pak. Sebentar yah, Castella bicara dulu sama orang ini," ujar Richard.
Castella berbalik, menghadap Richard. "Hei, cepat minta maaf,"
Richard menunjuk mukanya sendiri," untuk apa? Saya ga buat salah,"
"Kalau kau berani melawan dia, lawan sendiri," ujar Castella hendak masuk rumahnya. Mengancam.
Bukan karena takut melawan tetangga itu. Namun ia tak mau identitasnya diketahui oleh gadis ini yang membuat gadis ini tak mau diajak pergi. Karena kalau dia sudah melawan sudah seperti dia Richard yang berada di 'ruangan khusus'.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA [ COSA NOSTRA ]
Teen Fiction🚫BOCIL DILARANG BACA🚫 🔴MENGANDUNG UNSUR+++🔴 Tak ada yang bisa lari dariku, termasuk dirimu manis-Alphonse Richard El Capone Aku benci Richard El Capone! - Castella Bernardita