Happiness

1.5K 26 0
                                    

"Bagaimana?" Tanya Richard El.

"Lancar bos, semua tidak ada yang terkendala. Tak ada yang tahu perjalanan kami," ucap suruhan Richard dibalik telephone.

Richard menyeringai,"Bagus! Lanjutkan perjalananmu,"

Richard menutup telephone. Pukul 8 pagi ini ia mendapat kabar baik. Sungguh suasana pagi yang mendukung.

Apa maksud percakapan mereka? Tentu saja 'pekerjaan' sampingan Richard El. Menjual dan mengirimkan beragam jenis pistol secara ilegal.

Ia melakukan ini sudah berpuluh-puluh tahun. Semenjak usia menginjak 17 tahun ia sudah mahir bahkan merencanakan situasi perjalanan kepada suruhannya tanpa diketahui oleh oknum hukum.

Kalaupun ada yang tahu dipastikan ia akan mendatangi kapalnya. Dan bagaimana caranya ia bisa melanjutkan perjalanan barang jualnya? Tentu saja memberi tips dan perkataan yang menguatkan supaya 'oknum' tersebut mau dan melanjutkan misinya tanpa ada anak buahnya yang ditangkap oleh 'mereka'.

Suara ketukan di pintu kantornya terbuka. Menampilkan badan kekar Sam yang menjulang tinggi. Tak membawa seberkas pun di tangannya.

Sam menunduk hormat,"Selamat pagi tuan,"

Richard menjawab dengan suara tegasnya,"Pagi Sam. Ada hal apa yang bisa membawamu kesini?"

"Seperti yang saya lihat di jadwal tablet saya, hari ini tidak ada jadwal meeting. Jadwal meeting yang sebenarnya akan diselenggarakan bersama Exfort Company dua hari lagi." Jelas Sam.

"Jadi saya hari ini bebas?"

"Tentu tuan," ujar Sam tersenyum.

Richard begitu semangat. Entah mimpi apa semalam ia bisa sangat bahagia. Hingga sebahagia ini.

"Aku hari ini sangat senang Sam. Hari ini aku bebas melakukan apapun."

"Jadi tuan hari ini mau apa?"

"Aku ingin lebih merasakan tambah bahagia lagi. Kirimkan 'gadis' ke hotel myongyang. Ada 'clien' pukul 8 nanti malam. Sekarang kita langsung saja ke hotelnya. Sambil menunggu kita berpesta bersama yang lain," ujar Richard bergegas keluar.

"Maksudnya gadis yang ada di rumah tuan?" Tanya Sam.

"Bukanlah! Dia masih sakit, jadi kalau dikirim tak ada tenaga. Clien pasti kecewa," jawab Richard kesal.

"B-baik tuan. Akan saya kirim wanita no. 45"

Richard mengangguk. Sungguh ia tidak sabar menikmati pemandangan yang menyejukkan mata. Merasakan nikmatnya lidah dengan air yang mengkobamkan.

Musik diiringi lampu kerlap-kerlip. Bergoyang di tengah mencairnya suasana. Dimana orang-orang berbahagia dengan kehidupannya sendiri tanpa memikirkan masalah yang ada di hidupnya.

...

Pukul 6 sore menjelang malam. Semburat mentari sudah mulai turun. Langit berwarna orange bergradasi merah. Sangat indah.

Castella sedang memandangi sunset di balkonnya. Tepatnya di balkon Richard El. Karena semenjak ia bertemu El dirinya tidur bersama lelaki itu.

"El dimana ya? Kok belum pulang?"

Castella bergumam. Memikirkan dan menunggu El pulang. Sebenarnya ia tak begitu memikirkan. Namun karena dirumah ini sepi jadi ia menginginkan El di sampingnya. Berharap ada orang yang bisa diajak bicara.

Ia sudah bosan karena terus berbicara kepada diri sendiri. Di mansion ini dirinya merasa kesepian. Walaupun ada waiters tetapi beda rasanya.

MAFIA [ COSA NOSTRA ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang