8. Dia ... Kenapa?

420 81 4
                                    

Donita sedang mendengarkan musik. Musik jazz dan klasik yang biasanya terdengar dari kamarnya, kini berganti dengan lagu-lagu boygrup NCT.

"Si Tian kayaknya protektif banget sama anaknya. Padahal gue cuma pengen say hello doang. Kalo gini, gimana gue bisa rebut hatinya Yafara? Bapaknya sendiri aja nggak kasih ijin anaknya deket sama gue. Tapi, kenapa coba?"

Donita merenung, memikirkan segala kemungkinan yang ada. "Tapi ... si Yafa ini kan, anak satu-satunya, jadi kayaknya wajar aja sih, kalo Tian protektif. Tapi ... kalo emang gitu, gimana sama gue coba? Tapi, kan-"

Kedua tangan Donita mengacak rambutnya, merasa frustasi. "Kebanyakan tapi deh gue ..."

Ponsel Donita berbunyi, menandakan adanya panggilan masuk. "Kenapa, Han?" Tanyanya, setelah memeriksa siapa yang menelponnya.

Donita menjauhkan ponselnya, begitu mendengar suara Tenesya yang nyaring menyambutnya.

"KEMANA AJA SIH, LO? DARITADI DITELPON NGGAK DIANGKAT!"

"BIASA AJA, DONG! NGGAK USAH NGEGAS! BUDEK TAU, KUPING GUE!" Balas Donita merasa kesal.

"Ok, sorry! Mending lo ke rumah sakit deh, sekarang!" Titah Tenesya.

"Kenapa harus? Siapa juga yang sakit?"

"Makanya liat grup! Kita punya keponakan baru!"

Donita merasa bingung. "Keponakan baru?"

"Susah emang, kalo ngomong sama jomblo!" Cibir Tenesya. "Buruan kesini! Ntar gue share loc, Tyara udah lahiran!"

"HAH! YANG BENER LO!"

"Kaget kan, lo? Udah buruan kesini! Kita semua udah di sini, tinggal lo doang!"

"Ok, gue berangkat sekarang!"

"Nggak perlu buru-buru, Don! Santai aja!" Ucap Hana, begitu ponselnya sudah dikembalikan oleh Tenesya.

"Pastinya!"

"Ya udah, hati-hati!"

"Hm."


***


"Sorry banget baru dateng." ucap Donita begitu masuk ke ruang rawat inap Tyara. "Kapan lahirannya?"

"Tadi! Pas kita lagi ngumpul! Tiba-tiba dia ngerasa perutnya sakit, tau-tau ketubannya udah ngerembes aja." jawab Shua.

"Wah, panik dong kalian?"

"Nggak usah ditanya! Apalagi kita semua, nggak ada pengalaman melahirkan, jadi nggak tau harus gimana. Sampe pada lupa, kalo dia punya laki yang harus dihubungi." jelas Hana.

"Terus gimana?" Donita bertanya dengan bodohnya.

"Ya nggak gimana! Dibawa ke rumah sakit, lah! Masih nanya!" Sahut Tenesya.

"Tadi tuh, bener-bener chaos banget tau, nggak! Apalagi cara nyetir Wanda tadi bener-bener kayak mau bawa kita semua ketemu malaikat maut. Tapi, berkat dia yang teriak-teriak sepanjang perjalanan, sambil kepalanya keluar dari jendela mobil, orang-orang pada ngerti, kalo emang lagi urgent." Shua menunjuk kepada Tenesya.

"Gila! Tenggorokan gue jadi serak gini." Tenesya terbatuk-batuk beberapa kali, sambil memijat pelan tenggorokannya.

"Sorry ... gue sendiri nggak tau, kalo bakal langsung lahiran. Soalnya kata dokter masih seminggu lagi. Tapi, makasih banget ya, semuanya." ucap Tyara, yang masih terbaring lemah.

"Kayak sama siapa aja, lo! Toh, Jendral sama dua perintilannya, lagi beliin gue obat batuk sekarang."

"Sorry banget, gue jadi ngerasa bersalah, karena nggak bantu apa-apa." sesal Donita.

FANBOY! [Miss Independent Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang