Tingkah Donita yang sibuk mendengarkan musik lewat earphone miliknya sambil bersenandung, membuatnya menjadi pusat perhatian diantara teman-temannya.
Kelima wanita itu bahkan saling melirik satu sama lain. Membicarakan Donita hanya lewat tatapan mata mereka.
"Heh! Asik sendiri mulu, lo! Kita udah ngumpul, nih! Udah mau mulai rapatnya." Tenesya-lah yang pertama kali berani menegur Donita.
Donita tersadar, lalu meringis kecil. "Sorry ... sorry ... lagian, kalian lama amat datengnya?"
"Lo nggak liat, gue nambah buntut sekarang?" Tyara menunjukkan bayinya yang sudah berusia 3 bulan, sedang tertidur di gendongan Shua, setelah meminum ASI dari botol.
"Kalo elo, gue maklum. Yang lain, tuh!"
"Gue bukan single lagi! Gue punya bayi besar, yang mesti gue urusin dulu, sebelum jalan." jawab Hana.
"Elo kemana?"
"Gue?" Tenesya menunjuk dirinya sendiri.
"Siapa lagi? Soalnya Shua udah dateng dari tadi, bareng sama gue, Wanda juga masih dinas dulu tadi! Cuma elo doang, yang jam kerjanya kayak pengangguran."
"Abis dari puncak kemarin. Biasalah, healing." jawab Tenesya dengan santai.
"Kadang, gue nggak ngerti sama elo, deh. Lo tuh, kayak orang yang paling sibuk sedunia. Padahal kerjaan lo cuma terima duit bulanan dari anak kos, sambil ngurus skincare. Gue kenal sama Tian, yang notabene konglomerat, tapi, dia nggak sesibuk elo, tau nggak? Lo stres apaan coba, sampe healing segala?"
"Kebelet kawin! Pake nanya lagi! Kemarin tuh, gue tiba-tiba aja pengen suasana yang dingin gitu, terus pelukan sampai pagi."
"Masih aja, lo!" Sahut Wanda.
"Gue cuma pelukan doang kemarin! Nggak lebih!"
"Cowok mana lagi?" Tanya Shua.
"Ada, deh."
"Sok rahasia lo!"
"Udah, udah, mending kita mulai pembahasan klinik kita. Ngurusin dia, pasti bakal kemana-mana, dan nggak ada ujungnya." lerai Tyara.
2 jam lamanya, keenam wanita itu membahas mengenai klinik milik mereka. Hingga suara tangisan bayi mungil di pelukan Shua menginterupsi kegiatan mereka.
"Gue rasa, cukup sampai sini dulu, deh. Haus dia. Tapi, kalo kalian mau lanjut, silahkan aja." sela Tyara.
"Baru juga gendong ..." Shua tampak tidak rela, ketika Vano beralih digendongan ibunya.
"Lo udah gendong dia dua jam! Apanya yang baru aja!"
"Mending lo bikin anak lo sendiri, deh! Gemes gue lama-lama, ngeliat elo ngemong anaknya Tyara mulu." celetuk Tenesya.
"Gue nggak mau hamil. Ngeri! Maunya langsung punya anak aja." jawab Shua, yang memperhatikan bayi digendongan Tyara sedang menyusu lewat botol bayi.
"Ya udah, lo cari aja di panti asuhan! Adopsi anak dari sana. Kalo enggak, cari duda yang udah punya anak." saran Hana.
"Terlalu banyak aturan buat adopsi! Males gue!"
"Ada Wanda yang bisa bantu, tuh!" Sahut Donita.
"Gue mulu perasaan yang kena! Usaha sendiri! Kerjaan gue udah banyak, apalagi kasus akhir-akhir ini, yang makin nggak masuk akal! Bayangin aja, ada cowok nggak waras yang merkosa sepeda motor! Gila, nggak tuh? Udah nggak doyan sama lubang manusia!" Keluh Wanda.
"Manusia makin kesini, makin ada aja deh yang kayaknya keracunan kencing kuda!"
Wanda memutar bola matanya, mendengar ucapan Donita. "Bukan lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
FANBOY! [Miss Independent Series]
FanfictionILYOUNG GS LOKAL!!! AYO BELAJAR MENGHARGAI SEBUAH KARYA, DENGAN FOLLOW, VOTE & KOMEN!!! KARENA SEMUA ITU GRATIS!!! 🥰 Demi memperluas wilayah kantor bisnis waralaba miliknya, Donita perlu membeli lahan kosong di sampingnya, yang akhir-akhir ini ia...