"Seperti yang bisa kita lihat, ini adalah grafik penjualan kita selama tiga bulan terakhir. Dan sepertinya, angka ini akan terus naik ke depannya. Itu artinya, semua langkah promosi dari brand ambassador dan influence yang bekerja sama dengan produk kita, sangat berpengaruh. Jadi, kita bisa mempertahankan mereka."
Donita tersenyum puas, mendengar penjelasan dari karyawannya dari bagian penjualan yang sedang mempresentasikan hasil penjualan selama tiga bulan terakhir, setelah pembukaan kantor pusat miliknya.
"Boleh saya menyampaikan pendapat, bu?"
Kepala Donita mengangguk sekilas. "Silahkan."
"Melihat penjualan kita yang terus meningkat, bukankah lebih bagus, jika kita menambah karyawan untuk bagian produksi, agar pengerjaan paket usaha ayam ini bisa lebih cepat? Hitung-hitung, kita membuka lapangan pekerjaan bagi mereka yang sedang membutuhkan."
Donita tampak berpikir untuk mempertimbangkan ide dari karyawannya tersebut, yang menurutnya sangat bagus. "Masukan yang sangat bagus. Saya mau, setelah rapat ini, kepala HRD menghadap ke ruangan saya."
"Interupsi, bu Donita."
"Ya, silahkan."
"Jika memang kita harus menambah karyawan, bukankah itu artinya tempat produksi juga harus diperluas, agar pengerjaan juga bisa sesuai dengan target harian."
"Itu artinya, kita harus membeli lahan kosong di sebelah?" Tebak Donita.
"Iya."
"Akan saya usahakan untuk bicara dengan pemiliknya secepatnya."
"Tapi, bu..."
"Kenapa?"
"Menurut desas-desus yang saya dengar, si pemilik lahan tidak pernah mau menjual lahan kosong tersebut kepada siapapun."
Kening Donita mengerut. "Darimana kamu tau hal itu, Zizi?"
"Saya tau hal itu dari teman saya, bu. Dia pernah mencoba membeli lahan kosong tersebut, dengan penawaran yang fantastis, untuk membuka pabrik. Tapi, si pemilik tetap teguh dengan pendiriannya. Dia tidak goyah sama sekali. Sampai akhirnya, teman saya menyerah. Padahal, lahan kosong tersebut punya potensi yang sangat menjanjikan dimata para pebisnis."
"Mungkin lahannya dia gunakan di sektor pertanian. Pemiliknya seorang petani, kan?"
Zizi menggeleng. "bukan."
"Suka berkebun?"
Zizi kembali menggeleng.
"Jadi?"
"Lahan itu dibiarkan kosong. Tidak ditanami apapun. Itu sebabnya, banyak pebisnis yang mengincar."
"Kamu tau siapa pemiliknya?" Tanya Donita.
Zizi mengangguk semangat. "Saya punya beberapa datanya dari teman saya."
"Kalo gitu, saya mau data si pemilik lahan itu, setelah rapat ini selesai. Bisa, kan?"
"Siap, bu!"
"Ya sudah, rapat hari ini selesai sampai di sini. Selamat pagi semuanya."
Donita segera keluar dari ruang rapat, menuju ruangan pribadinya. "Cantika, tolong panggil ketua HRD dan bilang sama Zizi, saya mau datanya di kirim lewat email aja."
"Siap, bu!"
***
Raden Tian Mahendra
14 Juni 19821. Masih punya darah bangsawan.
2. Istrinya meninggal, dan punya seorang putri berusia 15 tahun, bernama Raden Ajeng Yafara Anindita Mahendra.
3. Punya 2 hektar tanah kosong, 3 hektar sawah, 5 hektar perkebunan sawit, atas nama pribadi.
4. Punya 5 rumah pribadi. 6 villa, dan satu pulau pribadi.
5. 3 showroom mobil.
6. Punya saham sebesar 10% di perusahaan mobil Tesla.
7. Mempunyai 3 perusahaan travel agent.
8. Setelah istrinya meninggal, diketahui sedang merintis perusahaan di bidang entertainment.
KAMU SEDANG MEMBACA
FANBOY! [Miss Independent Series]
FanfictionILYOUNG GS LOKAL!!! AYO BELAJAR MENGHARGAI SEBUAH KARYA, DENGAN FOLLOW, VOTE & KOMEN!!! KARENA SEMUA ITU GRATIS!!! 🥰 Demi memperluas wilayah kantor bisnis waralaba miliknya, Donita perlu membeli lahan kosong di sampingnya, yang akhir-akhir ini ia...