Tian merasa senang sekaligus heran melihat putrinya yang tampak bahagia akhir-akhir ini. Tian mencoba mengingat kembali, sejak kapan Yafara berubah seperti itu. Ah, Tian ingat. Gadis itu tampak berbeda, setelah pertemuan dengan para nctzen beberapa hari yang lalu.
"Ayah!"
"Kenapa? Tugasnya susah?"
Yafa menggeleng. "Bukan tugas!"
"Terus?"
"Kakak mau minta anterin ya? Boleh?"
"Kemana?" Tanya Tian penasaran.
"Ke rumahnya kak Donita."
"Donita? Siapa itu?"
"Itu loh, yang kapan hari rebutan kursi sama ayah!"
Tian tercenung. Matanya menatap Yafa dengan pandangan menyelidik. "Sejak kapan, kamu deket sama dia?"
"Pas kita di rumah sakit." jawab Yafa santai.
"Kapan? Kenapa ayah nggak tau?"
"Ayah kan, masih di ruangan dokter waktu itu. Terus, kakak ketemu sama kak Donita. Kebetulan, dia juga lagi jenguk temennya yang abis lahiran! Rencananya, kakak mau ke rumahnya hari ini. Dia bilang, dia mau ajak kakak liat bayinya temennya. Ayah tau kan, kakak suka adik bayi?"
Tian hanya diam.
"Tapi, selain liat bayi, kakak juga mau tukeran PC! Dia punya PC Winwin, yang ayah nggak punya, tau! Jadi, kakak mau tuker sama PC Johhny! Soalnya, kak Donita itu johfams. Anterin ya?"
Tian terlihat bimbang. Haruskah ia menuruti permintaan putrinya? Sedangkan dia sendiri sudah bisa menebak maksud dan tujuan Donita mendekati putrinya.
"Ayah! Dengerin kakak nggak, sih?" Yafa mengguncang pelan bahu Tian.
"Emang kamu nggak ada temen lain gitu, kak?"
"Emang kenapa?"
"Kenapa kamu percaya sama kak Donita itu?"
Yafa berpikir sejenak. "Dia baik. Orangnya seru, humble, ramah, dan enak buat diajak curhat. Kakak ngerasa nyaman, kalo udah ngobrol sama dia! Yaaahhh, walaupun kita cuma ngobrol seputar NCT. Oh iya, kakak juga mau racunin dia biar suka sama Seventeen! Jadi, kalo Seventeen mau konser, kita bisa berangkat bareng, deh!" Jelasnya dengan antusias.
Ada perasaan senang dalam diri Tian, melihat putrinya punya seseorang yang bisa membuat nyaman, selain dirinya. Dia bisa melihat, mata Yafa yang begitu bahagia, saat bercerita. Tetapi, ada juga perasaan bimbang dan khawatir. Tian takut, jika apa yang ia khawatirkan, akan terjadi.
Bagaimana jika, Donita pergi begitu saja, setelah berhasil mendapatkan lahan kosong miliknya? Lalu, bagaimana dengan nasib putrinya nanti, yang sepertinya sudah terlanjur merasa nyaman? Melihat Yafa yang begitu antusias menceritakan tentang Donita, Tian tau, jika wanita itu sudah berhasil merebut perhatian putrinya.
Tian paham bagaimana sifat Yafa. Gadis kecilnya itu, tidak akan pernah dekat dengan siapapun, jika seseorang yang mendekatinya tidak bisa memahami dirinya. Persis seperti apa yang ia rasakan dulu, setelah kejadian yang membuat Yafa hanya berdiam di rumah. Dengan Tian sendiri, yang terpaksa harus selalu bekerja dari rumah, agar bisa dekat dengan putrinya. Dan mengikuti jejak gadis itu, dengan ikut-ikutan menyukai boygrup kesukaannya.
Kepala Tian menggeleng kecil. 'Sampai kapanpun, aku nggak akan jual lahan itu, sebelum tujuanku terpenuhi.' tekadnya.
"Ayah tau nggak, apa yang paling bikin kaget?"
"Apa?"
"Kak Donita umurnya enam tahun lebih muda dari ayah! Tapi, wajahnya kayak masih dua puluhan, kan? Masih cantik, sama muda banget, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FANBOY! [Miss Independent Series]
FanfictionILYOUNG GS LOKAL!!! AYO BELAJAR MENGHARGAI SEBUAH KARYA, DENGAN FOLLOW, VOTE & KOMEN!!! KARENA SEMUA ITU GRATIS!!! 🥰 Demi memperluas wilayah kantor bisnis waralaba miliknya, Donita perlu membeli lahan kosong di sampingnya, yang akhir-akhir ini ia...