Bab 18 || Blurry

2.3K 219 46
                                    

Aslan masih diam saat Marven memberitahunya bahwa sekarang mereka sedang dalam perjalanan ke Italia, negara impian Aslan untuknya dan Marven menghabiskan waktu bersama, terlebih ketika Marven menjelaskan betapa indahnya negara itu. Sayangnya sejalan dengan rusaknya hubungan mereka, Aslan turut membenci Italia sama seperti dia membenci Marven. Bahkan ketika Aslan harus melakukan perjalanan bisinis kesana, Aslan hanya akan fokus pada pekerjaan dan tidak pernah tertarik untuk pergi mengitari kita atau ke tempat-tempat yang direkomendasikan rekan bisnisnya.

"Soal pekerjaan jangan kau khawatirkan, aku sudah meminta Nathan untuk membantu Leo menghandlenya, Daddy mu juga setuju soal ini," 

Melihat Aslan masih terdiam Marven mencoba mengatakan sesuatu, suasana menjadi semakin berat sesaat setelah dia mengungkapkan bahwa mereka akan pergi ke Italia sekarang. 

"Aku ada beberapa pekerjaan disini, jadi kupikir tidak masalah kalau kita sekalian pergi kemari untuk bulan madu, karena Mommy mengancam akan membuatkan rencana bulan madunya kalau aku tidak mengambil inisiatif," lanjut Marven menjelaskan alasannya terpaksa 'menculik' Aslan dalam perjalanan ini.

Sejujurnya Marven bukan memiliki rencana khusus untuk mereka melakukan bulan madu, karena tentu saja dia juga tidak menyukai gagasan itu sama seperti Aslan. Tapi Quenna jelas tidak akan membiarkan hal itu terjadi, dan bahan Quenna mengatakan bahwa dia sudah menyiapkan perjalanan bulan madu Aslan-Marven untuk satu bulan lamanya, yang tentu saja langsung di tolak Marven mentah-mentah. Akhirnya Marven terpaksa mengatakan bahwa dia sudah punya rencananya sendiri, meski harus menyeret Aslan dengan cara ekstrim mulai dari memaksa Aslan mengkonsumsi obat bius, lalu membawanya menggunakan helikopter yang menjemput mereka di atas pesiar dan memindahkan perjalanan ini dengan jet pribadi miliknya.

"Kau tidak ingin mengatakan apapun?" Marven sebenarnya cukup senang karena Aslan tidak lagi seperti kucing liar yang suka membuat keributan di sana dan disini, tapi melihat Aslan hanya diam dengan tangannya yang masih menggenggam selimutnya erat ternyata berhasil mengusik Marven lebih menyebalkan.

"Aslan,"

"Kau, kenapa kau selalu seenaknya?" Aslan tidak mau terlihat lemah, meski dia mengatakan segala kenangannya dan Marven sudah terlupakan tanpa sisa, jelas tidak mudah saat Marven dengan sengaja kembali menarik kenangan-kenangan itu tanpa memikirkan betapa sulitnya Aslan mengubur semuanya hingga tak berjejak.

"Aku benci Italia, aku benci harus pergi kesini denganmu bajingan,"

Marven menghela napasnya panjang, kenapa melihat Aslan yang kelihatan yak berdaya sangat menyiksa hatinya. "Aku juga tidak suka perjalanan ini, tapi kita harus melakukannya— kau tau Mommy—"

Brug!

Aslan melempar bantal ke arah wajah Marven, dan saat Marven hendak berteriak marah dia bisa melihat air mata Aslan yang menetes, meski sesaat karena Aslan langsung menyekanya cepat dan membalikkan tubuhnya membelakangi Marven.

Deg… deg… deg…

Jantung Marven berdegup cepat, tubuhnya menegang dan mendadak Marven merasa lidahnya kelu. Semua kalimat yang sudah ada di ujung lidahnya dia gulung kembali, tertelan mentah-mentah. Marven tidak pernah merasa seburuk ini. 

"Aslan," dengan perlahan Marven melangkah mendekat dan dengan hati-hati lelaki itu duduk tepat di belakang punggung Aslan yang sedikit bergetar. 

Aslan menangis, dan meski ini bukan pertama kali dia melihat Aslan menangis, namun ini adalah kali pertama dia melihat Aslan menangis setelah pertemuan mereka lagi. Setelah Aslan selalu menunjukkan bahwa dia adalah seorang yang kuat dan tidak bisa dijatuhkan oleh apapun, oleh siapapun.

MARRIED MY BASTARD EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang