Bab 19 || Anger

2.3K 185 37
                                    

"Tuan Marven akan membunuh kita kalau dia tau kita ada disini sekarang," Para pengawal itu merasa ketakutan saat ini, pasalnya Aslan mengancam akan menghancurkan vila kalau tidak diberi izin keluar. Sebagai seorang yang sudah menikahi sang Tuan Muda, tentu pada pengawal juga tidak mampu menolak keinginan dari Aslan, terlebih ketika Aslan menggunakan cara apapun agar mendapat persetujuan, termasuk dengan mengancam atau membuat gaduh seisi vila hanya demi keinginannya.

"Sudahlah, toh Tuan Aslan berjanji kalau dia akan melindungi kita kalau sampai Tuan Marven murka," balas salah satu pengawal yang lainnya, yang berambut coklat dengan mata terang. Dia adalah salah satu yang berdarah asli Italia, salah satu anak buah Marven yang bertugas menjaga Vila selama ini.

Dua yang lain hanya bisa diam, tidak ikut dalam percakapan dan hanya mengawasi Aslan dari jarak yang tidak jauh tidak juga dekat.

Setelah Marven meninggalkan vila, Aslan dengan sisi licik mulai menghambur dan membuat keributan di kamar mereka sampai para pengawal akhirnya terpaksa mendobrak kamar dan masuk, lalu sampai di dalam Aslan dengan aktingnya yang lumayan meyakinkan berhasil meyakinkan para pengawal untuk membiarkannya keluar dari vila dengan catatan Aslan harus kembali sebelum Marven kembali, dan dengan catatan harus ditemani beberapa pengawal. Jadilah Aslan ada disini, disalah satu bar yang ada di tepi pantai, dengan empat orang pengawal mengawas di dalam bar dan dua pengawal lain mengawas dan berjaga di mobil.

Untungnya para pengawal kelas S, yang merupakan tangan kanan langsung Marven semua ikut ke pertemuan yang sampai sekarang Aslan tidak diberitahu pertemuan apa itu. Mereka hanya mengatakan bahwa Marven tengah menemui salah satu rekan bisnis yang merupakan orang penting dan hal itu semakin membuat Aslan kesal.

"Memang siapa yang tahan dikurung dalam kamar seperti itu?" Aslan bermonolog sendiri memikirkan Marven yang berpikir bisa mengendalikannya. Kejadian Marven membawanya secara paksa ke negara ini juga sudah melukai harga diri Aslan, terlebih ketika Aslan yakin kalau Marven cukup paham Italia memiliki nilai sentimentil lebih dari negara lainnya.

Aslan juga bukan tipe penurut sejak dulu, walau dia yang mencintai Marven bahkan jatuh sendiri untuk pria itu, tetap saja Aslan adalah manusia dengan ego dan harga diri selangit, jadi mimpi saja dia enggan tunduk dan takluk dengan mudah. Aslan mungkin bisa terlihat tunduk saat Marven mengeluarkan sisi dominan kurang ajarnya, tapi tetap Aslan lebih suka melakukan apapun yang dia suka, walau nantinya dia sendiri yang akan menemui masalah. Tapi untuk apa juga dia takut pada Marven sekarang, toh pernikahan yang mereka jalani hanya sebuah kesepakatan bodoh yang tercipta karena ambisi dan sebuah kontrak kesepakatan.

"Hai... boleh aku duduk disini?" Mata Aslan melirik ke sebelahnya ketika bunyi derit kursi ditarik masuk dalam indra dengarnya-pertanyaan basa-basi itu terdengar begitu jelas. Aslan sudah sering menemui yang sejenis ini, bukan sombong tapi sudah dikatakan dia memiliki wajah bak dewa yang menarik dan sulit untuk orang yang melihatnya, melewatkannya. Beberapa kali Aslan bahkan pernah bertemu lelaki yang berniat menjadikannya suami simpanan, sugar baby, bahkan ada yang rela menceraikan pasangan sahnya hanya karena eksistensi Aslan yang begitu memukau.

"Untuk apa bertanya kalau kau sudah menarik kursinya dan berniat duduk di sana," balas Aslan sinis. Dia sudah hafal dengan tabiat lelaki semacam ini yang jelas mendekat hanya untuk menggodanya.

Lelaki dengan tinggi sekitar 190cm itu tersenyum segaris, manis- sayang bukan tipe Aslan yang lebih suka seseorang dengan senyum licik. "Kalau kau keberatan aku bisa membatalkan niatku duduk disini," lelaki itu tersenyum dibawah temaramnya lampu bar, berusaha mengeluarkan seluruh pesonanya berharap Aslan bisa tertarik dan tidak menunjukkan sikap apatis. Sayangnya lelaki itu terlalu memupuk tinggi harapannya.

Aslan terkekeh, bicaranya manis sekali tapi Aslan masih tidak tertarik tentu saja. Sebelum menjawab Aslan menoleh ke arah bodyguardnya yang terlihat siap mengambil ancang-ancang. Tangan Aslan naik, memerintah mereka untuk tetap dia di tempatnya, sebelum berbalik menatap lelaki dengan jambang cukup tebal di kedua pipi sampai dagu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MARRIED MY BASTARD EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang