"Sialan, kau membuat pakaianku berantakan,"Aslan memberengut kesal karena Marven berhasil membuat kemeja mulusnya benar-benar terlihat begitu buruk dengan lipatan disana-sini.
Yang diberi umpatan justru hanya melempar senyuman, namun tangannya membantu Aslan merapikan pakaiannya— lelaki itu seolah tidak peduli kalau dirinya pun sama berantakannya. Rasanya ciuman tadi, seperti ciumannya dan Aslan yang dulu. Marven seolah ditarik pada gravitasi kenangan saat dia dan Aslan masih bersama. Keduanya memang selalu punya gairah besar dan hubungan panas ketika bersama. Dan Mile kira, dia tidak akan bisa mendapatkan hal itu dari hubungannya yang sekarang dengan Aslan, tapi siapa yang mengira Aslan sendiri yang mengawalinya.
"Setelah ini kita juga ada mengganti pakaian untuk acara malam, jangan terlalu dipikirkan."
Aslan memilih tidak menghiraukan Marven. Dirinya sedikit mendecak, melihat ke perpotongan lehernya dan melihat bekas merah keunguan hasil karya Marven tercetak jelas di sana. Dia menyesal karena memancing binatang buas seperti Marven.
"Kau meninggalkan bekas dimana-mana, bagaimana aku harus berpakaian nanti," Aslan memincing tajam lewat pantulan cermin, namun Marven justru terkekeh dan memeluk pinggang Aslan dari belakang.
"Kenapa baru protes sekarang? Kau tadi ikut mengerang enak saat aku melakukannya."
"Brengsek!" Aslan berusaha meloloskan diri dari dekapan Marven, tapi lelaki itu terus mendekapnya erat.
Cup
Satu kecupan manis mendarat sekali lagi tepat di pepotongan leher Aslan, di atas tanda yang Marven buat. "Jangan marah, kita bisa menutupnya dengan make up, atau ayo bersama-sama mengenakan turtleneck," usul Marven memberi solusi. Akhirnya Aslan hanya bisa mengangguk sambil menghela nafasnya. Dia harus bersabar, sesuai tujuannya Aslan ingin membuat Marven bertekuk lutut padanya.
"Sekarang lepaskan aku, kau membuatku sesak,"
Marven menggeleng, "Aku masih ingin menghirup aromamu,"
"Kau ini apa sih? Seekor anjing?" Aslan menaikkan alisnya, beradu tatap dengan Marven lewat cermin.
"Terserah apa katamu," Marven semakin menelungsuplan kepalanya pada lekukan jenjang leher Aslan, "Aku hanya ingin begini sebentar, jadi jangan protes."
Aslan memang masih memasang wajahnya yang tertekuk masam, tapi tanpa sadar tangannya ikut mengelus tangan Marven yang masih setia melingkar di pinggangnya. Dalam diam Aslan memikirkan banyak hal, termasuk dia yang harus membentengi dirinya dengan baik, atau dia yang akan tenggelam dalam permainannya sendiri.
.
.
.
Dan seperti usulan Marven, Aslan terpaksa mengenakan turtleneck berwarna putih di balik jas hitam yang membalutnya. Sebaliknya, Marven ikut mengenakan pakaian bewarna senada, turtle neck hitam dengan jas hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIED MY BASTARD EX
Romance"The more you want to run, the more I won't let you go..." Marven Holloway Aston- The Devil Aslan Ex-Boyfriend yang hampir menikah dengannya. Anak kedua dari Aston Family, salah satu keluarga paling berpengaruh di dunia. Dia tidak adalah iblis dalam...