That Night

1.7K 62 6
                                    

Kringgg...Kringg...

Bunyi alarm jam di nakas kamar Mark sangat berisik mengganggu tidur indah Haechan. Ia menggeliat kemudian mendesis lirih karena merasa sakit pada pinggul dan pantatnya. Ia membuka kedua matanya dan menatap plafon kamar Mark kemudian menoleh ke samping kanannya dimana ternyata ada Mark yang tidur tengkurap dengan kepala yang menghadap kearahnya. 

Ia mencoba duduk namun kembali mendesis merasakan perih di sekitar pantatnya. Saat ia berhasil duduk dan bersandar pada headboard, ia dikagetkan dengan selimut ditubuhnya yang merosot sehingga menampakkan tubuh polosnya tanpa sehelai benangpun dan menampakkan area pahanya yang penuh dengan lebam kemerahan. 

Ingatan sekilas tentang kegiatannya dan Mark diatas tranjang bagai kaset rusak yang terus terputar di otaknya. 

"AAARRRGHH", teriak Haechan sambil meremas rambutnya kasar.

Mark yang kaget mendengar teriakan Haechan dengan segera bangun dari mimpi indahnya dengan kebingungan.

"Ada apa? kenapa?", tanya Mark dengan wajah bantalnya.

Haechan menatap tajam Mark kemudian memukul brutal tubuh Mark. 

"Jahattt.. jahattt.. jahattt!!!"

"Aww...arrghh, sakit. Haechan, kau ini kenapa? Hei, berhenti", pinta Mark.

Mark menahan kedua tangan Haechan yang memukulinya dengan brutal. 

"What's wrong? Hei baby.."

"Apa yang kita lakukan semalam?", tanya Haechan dengan wajah paniknya.

Mark tersenyum tipis, menangkup wajah Haechan, dan menatap dalam mata doe Haechan. 

"We? What'd you think baby? You drunk, you said that your body feel so hot tonight. So, what can i do hm?", Mark menyeringai.

Haechan menggelengkan kepalanya pelan, ia ingin menangis saja. Ia berharap apa yang ia pikirkan tidak terjadi.

"Exactly baby, you'rre so fucking hot and amazing last night", ujar Mark kemudian mengecup bibir Haechan. 

"Tid-tidak, ja-jangan lagi hikss, eomma.."

Tangis Haechan pecah, setelah kejadian Jaemin-Jeno yang menyentuhnya beberapa waktu yang lalu ia merasa terguncang. dan apa-apaain, kini hal serupa terjadi kembali dengan tokoh yang berbeda. 

Mark memeluk tubuh bergetar Haechan. Ia mengelus lembut punggung Haechan tanpa mengatakan apapun. Mark benci melihat Haechan menangis, namun ia juga merasa bahagia karena telah melakukan hal 'intim' dengan Haechan. Yah, walalupun lebih tepatnya 'melakukan hal senonoh' pada Haechan yang sedang mabuk. 

"B-bagaimana ini hikss..."

"Sssstt, it's okay. Listen", Mark mengangkat tubuh Haechan ke pangkuannya. Menyingkirkan kedua tangan Haechan yang menutupi wajah menangisnya. 

"You'rre gonna be okay. Hey, look! Hyung disini, hyung tidak akan meninggalkanmu hm. Hyung bersumpah. Hyung benar-benar serius mencintaimu, jangan pernah berpikir hyung bercanda dengan ucapan hyung semalam"

Haechan menatap mata Mark yang penuh kesungguhan dan ambisi. Ia paham bahwa Mark adalah orang yang benar-benar serius dengan ucapannya, tapi ia sangat bingung. Ia masih berproses dalam menerima Jeno-Jaemin, tapi bagaimana dengan Mark?

"Hyung, a-aku.. a-aku ti-tidak tau harus bagaimana. Kau tau sendiri bahwa aku sedang berusaha menerima Jeno-Jaemin disini. T-tapi bagaimana denganmu Hyung? Aku sangat kesulitan, dua hyung. D-dua orang itu saja terlalu banyak, dan kau memintaku untuk mene-... Ahh Hyung s-sakit".

Mark menatap Haechan tajam, ia tidak suka dengan perkataan Haechan dan tanpa sadar mencengkeram lengan Haechan sehingga membuat Haechan sedikit kesakitan.

"Listen! I dont care. Aku tak peduli dengan siapapun, dengan Jeno-Jaemin sekalipun. Kau. Milikku. Kau mengerti Haechan?", ujar Mark penuh penekanan.

Haechan mendesis sakit, dan mengangguk dengan ragu. 

Mark memeluk tubuh Haechan dan mengangkat tubuh mungil itu menuju kamar mandi. 


Dorm 127

Member 127 tidak dapat beristirahat dengan tenang karena sang maknae yang tidak kunjung kembali ke dorm hingga pagi. Mereka tahu bahwa sang maknae bersama Mark, tapi sialnya disini tidak ada yang tahu dimana Mark membawa Haechan. Keduanya meninggalkan ponselnya di dorm. 

Semalam mereka menjadi kalang kabut, menelpon member Dream dan WayV dan berakhir menularkan khawatir pada member berlabel NCT itu. Nihil, mereka tidak mendapatkan informasi apapun mengenai keberadaan Haechan dan Mark. Mereka tidak mungkin melaporkan ini pada manajer hyung, mereka cukup waras untuk tidak membuat keributan di agensi. 

"FUCK", umpat Jaehyun kesekian kali. 


Dorm Dream

"Bagaimana? Apa sudah ada kabar mengenai Haechan?", tanya Renjun pada Chenle. 

Chenle menggeleng lesu, "Aku akan menyuruh orang-orangku untuk mencari keberadaan Haechan Hyung". 

Sedangkan Jeno-Jaemin hanya diam dengan wajah mereka yang mengeras dan tangan mengepal menahan amarah sejak semalam. 

"Haaahh... kemana Mark Hyung membawa Haechan Hyung", lirih Jisung.

"Kalian berdua, lakukan sesuatu!", ujar Renjun pada Jeno-Jaemin. 

Jeno-Jaemin menatap tajam Renjun dengan mata merah dan wajah mengeras mereka.

"Aku akan membunuh Mark", ujar duo J itu bersamaan. 

Chenle, Renjun, dan Jisung terkesiap dan meneguk ludah kasar melihat duo J yang benar-benar dikuasai emosi. 

Back to Mark's Apartement

"Hyung suapi", ujar Mark yang melihat Haechan mengaduk acak makanan di piringnya.

Haechan hanya diam saja ketika Mark mulai menyodorkan makanan di depannya.

"Buka mulutmu", ujar Mark tegas.

Haechan tidak ingin membuat Mark marah maka ia membuka mulutnya dan mengunyah makanan itu. 

Tumbuh bersama Mark di agensi membuat Haechan banyak tahu tentang Mark. Ia adalah sosok yang keren, berwibawa, dapat diandalkan, religius, jenius, ambisius, workaholic, perfectionist, dan sedikit tempramen. Dulu Haechan menempeli Mark kemanapun karena ia sangat menyukai sosok Mark. Karena Haechan merupakan anak sulung di keluarganya, terkadang Haechan butuh tenpat perlindungan yang lain, dan ia banyak menemukan itu dalam sosok Mark sebagai Hyung di perusahaannya. Namun, disisi lain terkadang ia juga sangat takut dengan Mark. Mark yang tidak dapat dibantah, Mark yang marah, Mark yang agresif, dan satu lagi yang membuat Haechan sedikit menjaga jarak dengan Mark, Mark yang mesum. Ia baru mengetahui fakta ini. Ia bertanya-tanya, dimana sosok Mark yang religius dulu.

"Baby, apa yang kau pikirkan hm?", ujar Mark membangungkan Haechan dari lamunannya. 

Haechan menggeleng pelan dan segera menelan makanan dalam mulutnya. 

"Setelah ini kita akan kembalinke dorm untuk mengemasi barang-barangmu"

"H-huh?, k-kenapa?", tanya Haechan bingung. 

"Kita tidak akan di dorm lagi baby, kau akan tinggal disini, di apartemenku"

"A-apa? Hahaa, t-tapi Hyung, kita memiliki schedule tertentu yang -..."

"Sssttt, tidak ada penolakan. Aku akan mengurusnya". 

Haechan hanya dapat membuang nafasnya pasrah. 

Eomma, bagaimana ini?, batinnya. 





23/03/04

See you on next chapt ~

I'll be right back ASAP.

Thanks for your patience.


OBSESSIONWhere stories live. Discover now