"Sialan..." Saint mengumpat pelan."Daniel, antar aku ke rumah Push."
"Baik, tuan." Sopirnya dengan patuh mengejawantahkan perintah Saint.
Di depan pintu gerbang rumah Push, Saint hanya perlu memasukkan kode akses keamanan tanpa harus repot-repot memanggil siapa pun untuk membuka gerbang.
Teknologi sekarang sangat canggih, semua bisa di akses melalui ponselnya. Pria itu juga hanya cukup memasukkan kode keamanan pada pintu utama rumah mewah yang ditinggali Push lalu melangkah dengan langkah kaki panjang menuju tangga yang berbentuk setengah lingkaran di tengah-tengah ruangan.
Tiba di lantai atas ia langsung menuju kamar Push dan mendorong pintu dengan kasar membuat dua orang yang sedang bergumul di atas tempat tidur menghentikan aktivitas mereka dan memisahkan diri.
"Jadi, ini caramu menyambut tunanganmu yang baru kembali?" tanya Saint sambil menyandarkan bahunya di tiang pintu.
"Suruh pergi jalangmu itu atau aku sendiri mengirimkan bukti kepada Mama." la mengarahkan ponselnya menuju ranjang di mana Bai, kekash Push menutupi tubuhnya menggunakan selimut yang melingkar di dadanya.
"Saint, jaga bicaramu!" hardik Push. Matanya menyorot tajam Saint penuh kebencian.
"Pilihan ada di tanganmu, Push." Saint mengambil beberapa foto Push dan Bai.
"Aku tunggu lima menit, jauhkan kekasih tersayangmu itu atau foto ini sampai ke Mama." ancam Saint sambil menampakkan layar ponselnya kepada Push, menggoyangkan benda itu lalu membalikkan badannya meninggalkan kamar itu.
Terkutuklah kau, Push!
"Sudah kukatakan, kita tidak memiliki hubungan apa pun lagi, Saint." Push menipiskan bibirnya, menatap pria manis di depannya dengan cara yang teramat sinis.
Push baru saja mengantarkan Bai keluar dari rumahnya lalu ia sendiri menyusul Saint yang berada di dapur.
Tanpa menoleh ke sumber suara, Saint tersenyum manis. Berbeda dengan sikap sinis yang Push tunjukkan kepadanya.
"Aku tunanganmu, Push." lalu membuka lemari pendingin makanan lalu mengeluarkan sebotol minuman dingin.
Push menyipitkan matanya.
"Tidak lagi sejak kau meninggalkan aku, Saint."
Saint membuka penutup botol, menikmati air dingin yang mengalir melewati kerongkongannya kemudian menutup kembali botol di tangannya sebelum ia mencampakkan benda itu ke tempat sampah.
"Sayangnya aku tidak merasa kita telah berakhir, pertunangan kita masih berjalan seperti yang orang tua kita sepakati." ujar Saint sambil berialan melewati Push.
Saint meraih tas tangannya yang tergeletak di atas meja pantri lalu berjalan tanpa menoleh ke arah Push.
"Ganti semua isi kamarmu dan jangan coba-coba membawa Sabun itu ke rumah ini lagi karena aku, tunanganmu telah kembali," ucapnya dengan nada acuh seolah tidak pernah menyaksikan Push bergumul dengan Bai beberapa menit yang lalu.
Saint baru saja kembali dari New York setelah empat tahun lamanya menimba ilmu di sana dan mendapatkan gelar sarjananya.
Empat tahun yang lalu Push marah besar atas keputusan Saint karena lebih memilih studinya, mereka bahkan terlibat dalam perang dingin dan tidak pernah berkomunikasi selama itu.
Saint tidak pernah berusaha untuk menanyakan kabar tunangannya, begitu juga Push. Keduanya saling bungkam mempertahankan ego mereka.
Push adalah tetangga Saint, sahabatnya sekaligus penjaganya sejak ia masih kecil. Push selalu marah setiap kali Saint berdekatan dengan anak laki-laki atau gadis di sekolah tetapi Push sendiri, ia bergonta-ganti mengencani gadis yang tidak terhitung jumlahnya. Hingga mereka akhirnya memutuskan untuk menerima perjodohan yang di atur oleh keluarga mereka. Saint menerima, sedangkan Push tidak. Tepatnya begitu.