Saint menikmati paginya dengan menata wajah tampan Perth yang tersaji di depannya, pria itu tampaknya masih dibuai mimpi.
la mengulurkan tangannya, jemarinya menyentuh alis tebal Perth, senyum bahagia mengembang di bibir indah Saint.Pemuda yang dulu ia kagumi di sekolah menengah atas kini menjadi miliknya, berada di atas ranjangnya, menjadi calon suaminya, dan mereka juga akan segera memiliki buah hati.
Masih seperti mimpi.
Terlepas dari segala konflik keluarga, kehadiran Perth bagi Saint memang seperti mimpi.
Seperti seorang pria biasa yang mendapatkan seorang pangeran berkuda putih di dalam dongeng anak-anak.Jemari Saint turun menyentuh sudut bibir Perth, matanya menatap bibir kenyal itu seolah ia sedang mendamba.
Perlahan ia mendekatkan bibirnya dan mengecup bibir Perth dengan sangat lembut, penuh cinta, dan tidak menduga jika Perth membalas kecupannya."Apa aku menggangu tidurmu?"
Dengan suara lirih Saint bertanya sembari tangannya menyingkirkan sejumput rambut di dahi Perth."Selamat pagi, Amor."
Perth membuka matanya, menatap Saint dengan lembut.Saint tersenyum.
"Kurasa ini adalah pagi terbaik dalam hidupku."Perth juga tersenyum.
"Akan ada pagi terbaik yang menunggumu sepanjang hidup kita."Mata Saint tampak berkilat penuh kebahagiaan.
"Kau benar. Apa yang ingin kau makan untuk sarapanmu, Calon suamiku?"
Perth membawa sejumput rambut ke belakang telinga Saint.
"Kau, Mi Amor."Saint menyeringai.
"Aku juga ingin memakanmu. Tapi, aku sangat lapar."Perth meraba perut Saint yang masih rata.
"Dua Minggu lagi jadwal pemeriksaannya.""Sebenarnya aku ingin bisa melihat pertumbuhannya setiap hari."
Saint meletakkan telapak tangannya di atas telapak tangan Perth."Bagaimana jika membeli alat USG sendiri?"
Saint tertawa kecil.
"Itu konyol."Perth juga tertawa kecil, ia mengelus perut Saint beberapa kali, lalu turun ke bawah.
Mengelus bagian di antara kedua paha Saint yang tidak terbungkus apa pun pagi itu."Bagaimana dengan lima menit?"
Perth menatap Saint penuh damba sambil ia dengan lembut menggeser salah satu paha Saint agar ia memiliki akses lebih untuk menggoda bagian yang mulai lembap.Saint berpindah ke atas tubuh Perth, ia langsung memosisikan dirinya di atas Perth yang telah tegang, keras, besar, dan siap memenuhi dirinya.
Saint mengerang saat Perth memenuhi dirinya hingga ia meremas kedua pergelangan tangan Perth dengan kuat.
Perth menatap Saint yang sedang menggigit bibir bawahnya dengan mata sedikit terpejam seolah sepenuhnya sedang menikmati olah raga pagi mereka.
Erangan Saint selaras dengan gerakan pinggulnya yang bergerak perlahan, teratur, namun menggoda Perth.
Perth menggeram karena rasa Saint yang terlalu mencengkeram dirinya, kuat, menjepit, dan hangat.
"Berikan semua padaku, Mi Amor."
Saint menuntun telapak tangan Perth untuk menyentuh dadanya yang mengeras, mendamba sementara pinggulnya bergerak beraturan.
Saint membuka matanya dan mendapati Perth yang menatapnya membuat kulit pipinya memerah.
"Jangan tatap aku seperti itu," rengeknya.
"Kau sangat cantik saat berekspresi seperti itu, kau harus tahu itu."