10❤️

279 34 1
                                    



Push tiba di depan ruang kerjanya, seperti biasa ia mendorong pintu ruangannya perlahan seraya berdoa di dalam hatinya agar pagi ini ia tidak mendapati Saint di ruang kerjanya.

Doa yang ia panjatkan pagi itu terkabul.
Tidak ada Saint di sana tetapi ada ibunya yang
menatapnya dengan tatapan dingin.

"Begini caramu memimpin perusahaan?" tanya Lucy yang duduk di kursi kerja Push, menyandarkan punggungnya di sandaran kursi dengan nyaman.

"Aku tidak terlambat," protes Push karena ia datang lima menit sebelum jam keria dimulai.

"Seharusnya kau datang lebih awal."

Diam-diam Push mengela napasnya, apa pun yang ia lakukan selalu salah di mata Lucy sejak Saint meninggalkannya ke New York.

"Sebenarnya aku atau Saint, anak kandungmu?"

"Jika boleh memilih, aku lebih memilih Saint." Lucy menegakkan punggungnya.

"Dan omong-omong tentang Saint...."

Push menelan ludahnya, pagi ini Saint tidak muncul di ruang kerjanya tetapi pria itu tetap saja membuatnya risih.

"Aku tidak ingin membahasnya." ucap Push sambil menarik kursi di seberang meja kerjanya.

Lucy menyipitkan matanya.

"Saint tidak tahu apa-apa, keputusan yang aku ambil adalah hanya pemikiranku sendiri."

"Kau tidak perlu melindungi Saint karena aku sama sekali tidak percaya," ucap Push, ia masih tetap dengan prasangkanya.

Lucy menggelengkan kepalanya.
"Begitu burukkah Saint dimatamu?"

"Aku tidak mengerti kenapa otakmu bisa dicuci oleh Saint."

Lucy tersenyum sinis. la tahu seberapa kerasnya Push.

"Aku bisa saja memecatmu tetapi aku bukanlah tipe ibu yang tega menelantarkan anaknya." Lucy mengambil sebuah pena di atas meja.

"Setelah aku berpikir sepertinya aku ingin memberikan kesempatan untukmu dan kekasihmu itu, kalian bisa menikah tetapi untuk menjadi sekretarismu, aku tidak mengizinkan."

Entah bahagia atau harus tertawa menghadapi keputusan ibunya yang menurut Push aneh karena Lucy seolah sedang memberikan restu kepadanya dan Bai tetapi ia tidak mengizinkan kekasihnya untuk kembali menjadi sekretarisnya.

"Jangan bermain politik denganku, Ma."

"Kau pikir aku bermain politik? Jika kekasihmu itu menjadi calon istrimu apa pantas dia bekerja sebagai seorang sekretaris? Seorang Nyonya harus belajar untuk menangani bisnis bukan menjadi sekretaris," sahut Lucy, nadanya datar dan dingin.

"Jadi, apa maksudmu?" Push tidak sabar karena ibunya bicara terlalu berbelit-belit menurutnya.

"Aku rasa kau harus mendidik istrimu untuk mengelola bisnis, kau mungkin bisa meletakkannya di salah satu perusahaan kita... salah satu cabang perusahaan kita, maksudku... kau bisa menjadikannya manajer atau sesuai dengan bidang pendidikannya." Lucy mengamati wajah Push lekat-lekat.

Push balik menatap ibunya, apa yang dikatakan ibunya sebenarnya ada benar tetapi antara dirinya dan Bai belum pernah ada pembicaraan masalah pernikahan dan mereka tidak pernah merencanakan itu, mereka justru sama sekali tidak berniat untuk menikah. Sepertinya begitu karena Bai tidak pernah menuntut pernikahan darinya.

"Aku akan memikirkan."

"Kau memang harus memikirkannya," ucap Lucy tajam.

"Oh, iya. Aku memiliki syarat, kau tidak kuizinkan membawa kekasihmu itu ke rumah sebelum kalian resmi menikah."

Me & You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang