"Kalian menjijikkan,"
ucap Saint dengan nada jijik lalu tanpa ragu-ragu berbalik meninggalkan Nuk dan Rafa yang sama terkejutnya mendapati keberadaan Perth dan Saint di sana.Perth menatap ayahnya dengan tatapan lurus tanpa berkata apa-apa sedangkan Nuk, wanita itu segera menjauhi Rafa untuk menyusul Saint yang menaiki tangga menuju lantai atas rumah itu.
"Saint, dengarkan Mommy."
Nuk berusaha meraih pergelangan tangan putranya.Sayangnya Saint mempercepat langkahnya menaiki tanga lalu dengan kasar membuka pintu kamarnya.
"Sayang, dengarkan penjelasan Mommy."
Nuk berbicara dengan nada sangat lembut, nyaris memohon.Saint mengatur napasnya yang bercampur dengan emosi hingga membuat dadanya terasa seolah terimpit batu yang sangat besar.
Ternyata bukan hanya Push yang mendorongnya kepada Perth,
ibunya juga melakukan hal yang sama karena kepentingannya sendiri."Sejak awal mom tahu Perth adalah putra dari kekasihmu, mom adalah wanita yang menyebabkan orang tua Perth bercerai. Aku tidak menyangka mom ternyata wanita yang sangat keji."
"Sayang, tidak seperti itu...."
"Tidak seperti itu?"
potong Saint dengan cepat."Mom pikir aku lupa? Pria itu di New York bersamamu, dua bulan setelah aku berada di sana dan pria itu juga bersamamu saat di hari aku wisuda. Mom mengatakan jika anakya juga kuliah di universitas yang sama denganku."
Saint tidak bodoh untuk mengingat wajah pria itu karena dalam salah satu foto wisudanya, pria itu ada di dalamnya.Tidak ada kebetulan di dunia ini yang dialami oleh Saint, semua direncanakan dengan baik oleh Push dan ibunya sendiri.
Mungkin juga oleh Perth.Nuk menelan ludahnya.
"Saint... dengarkan Mommy."
Semua orang memiliki kepentingan sendiri-sendiri, semua orang akhirnya saling mengecewakan.
"Cukup, Mom! Mom wanita yang menjijikkan, aku tidak ingin berbicara denganmu lagi."
Saint hendak menutup pintu kamarnya tetapi sebuah tangan menahannya.Rafa Tanapon, pria itu berdiri di samping Nuk, menatap Saint dengan tatapan yang tampak teduh dan lembut.
"Saint, kau tidak boleh berkata seperti itu kepada mommy-mu," ucap Rafa.
Dengan tatapan tajam, Saint menatap pria yang berada di samping ibunya.
"Itu sama sekali bukan urusanmu, bagaimana aku bersikap terhadap wanita yang menjijikkan ini adalah urusanku sendiri."
"Saint!"
Nuk membesarkan bola matanya karena ucapan Saint yang dinilainya keterlaluan.Saint tersenyum sinis.
"Lalu bagaimana aku harus menyebut wanita yang menghancurkan rumah tangga orang lain? Apa pantas kau disebut sebagai wanita yang bermartabat?"
Nuk menggelengkan kepalanya dengan pelan.
"Saint, mom tidak pernah mengajarimu melupakan sopan santun."
"Sayangnya, aku telah melupakan sopan santun seiak hari ini."
Saint bersedekap sambil menatap ibunya, dadanya tampak naik turun tidak beraturan."Mom pilih saja pria itu atau aku, anakmu."
Bibir Nuk bergetar, ia menatap Saint lalu menatap Perth yang sedari tadi berdiri tidak jauh dari ketiganya sambil menyandarkan sebelah bahunya ke dinding.
Wanita itu menghela napasnya perlahan lalu berucap,
"Tentu saja mom memilihmu."
Saint mengedikkan bahunya.