18 ❤️

272 33 2
                                    







"Akhir-akhir ini kau sangat sibuk dan jarang datang ke sini,"
keluh Bai sambil meletakkan cangkir yang berisi kopi di meja lalu duduk di samping Push.

Push mengelus sebelah alisnya menggunakan ujung ibu jarinya.
"Ada proyek baru, aku sedikit sibuk."

Bai mengulurkan tangannya membelai dagu Push. "Kurasa ini jangka waktu terpanjang kita tidak bertemu."

Push menaikkan kedua alisnya, menarik napas dalam-dalam sambil meraih cangkir kopinya.
la menempelkan bibirnya di cangkir, mulai menyeruput kopi tanpa gulanya, dan diam-diam tersenyum di balik cangkir.

"Mama ingin bertemu denganmu, lusa," ucap Push sambil meletakkan kembali cangkir di tangannya ke tempat semula.

Bai ternganga.
"Mama?"

"Ya, Mama."

Bai menegang.

"U-untuk?"
Ada rasa gentar di dalam batin Bai mengingat pertemuan terakhirnya dengan ibu Push tidak bisa dikatakan baik-baik saja.
Andai ia menuruti egonya, pasti ia kan melawan Lucy.
Untungnya Nena selalu mendidiknya untuk bersikap patuh dan tenang di depan orang lain terutama para pria.
Ibu angkatnya mengatakan jika kaum pria umumnya menyukai gadis lemah lembut, tenang, dan terlihat jinak.
Sepertinya teori yang dicetuskan oleh Nena benar karena sejauh ini, ia dan Push tidak pernah bersinggungan.
la hanya cukup menuruti semua keinginan Push dan semua berjalan dengan baik.

Push menyandarkan bahunya di sandaran sofa.
"Aku rasa, Mama hanya ingin mengobrol denganmu."

"Oh, baiklah."
Meski sesungguhnya ia tidak yakin dengan ucapan Push.

Bai menaikkan kakinya ke atas sofa, menekuk kakinya lalu menyandarkan bahunya di sofa sambil ujung jemarinya menelusuri jahitan di jaket kulit Push yang masih melekat di tubuh kekar tunangannya.

"Kira-kira apa yang akan Mama bicarakan nanti?"
Push menoleh sekilas ke arah Bai.

"Ku pastikan tidak ada hal-hal yang akan menyinggungmu."

"Demi Tuhan. Push, aku tidak pernah tersinggung dengan ucapan ibumu, hanya saja kau tahu, jika ibumu menanyakan siapa ayahku... aku... akan kesulitan untuk meniawabnya."

Push mengerutkan kedua alisnya.
Bertahun-tahun ia bersama Bai, ia belum pernah mengulik terlalu dalam bagaimana orang tua dan keluarga tunangannya.

"Bukankah kau mengatakan Nena dan ayahmu bercerai saat kau masih bayi? Katakan saja seperti itu."

"Bagaimana jika orang tuamu mendesak?"

Push tersenyum hambar, ia jelas tahu jika ibunya tidak akan peduli dengan hal itu.
Yang ibunya inginkan hanya pernikahan yang menghasilkan keturunan untuk melanjutkan nama keluarga, di luar itu semua ibunya tidak akan peduli.

"Katakan saja jika Nena menolak memberi tahu setiap kau bertanya."

Bai berpura-pura menghela napas lega.
"Baiklah. Pash, aku perlu uang tunai."

"Aku akan mengirimkannya nanti," sahut Push cepat.

"Terima kasih. Aku mencintaimu," ujar Bai sambil meletakkan dagunya di pundak Push.

"Kurasa sudah satu Minggu kita tidak bercinta."

"Aku sedang tidak ingin, aku sangat lelah."

Bai mengalungkan lengannya di perut Push.
"Apa proyek barumu sangat besar?"

Push meletakkan satu lengannya di belakang kepalanya, ia sedang berpikir jika ada yang salah dengan dirinya.
Sejak kapan ia mulai berbohong kepada Bai dan sejak kapan ia benar-benar tidak ingin menyentuh Bai?
la bahkan merasa risih saat Bai mengalungkan lengannya di pinggangnya.

Me & You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang