12 - Ana will Wander

82 37 7
                                        

Tahun 2016 - Kota Gloucester, Inggris

TERIK sinar matahari begitu menyengat. Riuh jalanan salah satu county di Inggris selalu ramai setiap harinya. Tapi entah kenapa, akhir-akhir ini Gloucester muram, bau wangi hujan atau hangat mentari terasa tidak lagi sama. Semua berubah, atmosfernya berbeda.

Sudah satu tahun serangkaian peristiwa buruk menimpa Ana. Dan, dalam kurun waktu satu tahun itu, nyawa orang-orang yang tersayang pergi satu persatu.

Ana saat ini sedang berada di salah satu kafe di Gloucester, kafe Brimble's. Itu adalah tempat yang dulunya sering dijadikan sebagai tempat berkumpul Ana dengan para sahabatnya.

Ana menyesap espresso macchiato miliknya. Walaupun asap kecil masih mengepul pada lingkaran cangkir kopi itu, dirinya tidak peduli. Panas yang menjalar di lidahnya tak seberapa dengan panas yang menjalar di pikiran serta hatinya.

Gadis itu memilih duduk di ujung dekat jendela sambil menikmati indahnya kafe bernuansa abad ke-19 ini, dengan sesekali menyesap kopinya. Setidaknya gadis itu masih diberi kesempatan untuk ke tempat ini, sebelum ia pergi meninggalkan kota dengan beberapa kenangan buruk di dalamnya.

Tiba-tiba suara deringan ponsel menandakan adanya panggilan masuk membuyarkan lamunan Ana. Nama 'Loi' tertulis jelas di atas benda tipis persegi panjang itu.

"Ada apa meneleponku, Kak?" ujar Ana tanpa basa basi.

"Kau masih di kafe itu? Jangan berlama-lama dan segeralah pulang ke rumah. Kita akan membahas mengenai kuliahmu ke kota Waco di Texas."

"Apakah kampusnya sudah ditentukan?"

"Iya, Universitas Baylor. Kau hanya tinggal mengurus dokumenmu."

"Aku segera ke sana." Panggilan pun terputus.

Ana segera menegak espresso macchiato miliknya yang masih banyak dan berusaha menahan hawa panas yang menjalar di tenggorokannya.

TRIINGG~

Bunyi lonceng pintu kafe berdenting nyaring saat Ana melewati pintu keluar untuk pulang.

Gadis itu mengendarai sepeda miliknya. Karena jarak antara kafe ke rumahnya tidak terlalu jauh, sekitar 1,1 km. Hanya memerlukan waktu sekitar delapan menit untuk sampai ke rumah.

***

"Akhirnya kau sampai juga," ujar Loi yang membuat Ana terkejut saat akan berbalik menyimpan sepatunya. "Ayo, ke ruang keluarga."

Ana mendahului Loi menuju ruang keluarga dan di sana sudah terdapat Adrieto dan Laetitia.

"Apa kau yakin ingin kuliah di Waco, Nak?" tanya Laetitia setelah Ana dan Loi mendaratkan bokongnya di atas sofa ruang keluarga.

Ana lalu tersenyum dan mengangguk. Dia tahu bahwa orang tuanya belum siap berpisah jauh dengan dirinya. Secara Ana dan Loi tidak pernah pergi keluar dari Inggris sebelumnya, kecuali ke Kota Edinburgh. Itupun masih bersama kedua orang tua.

Sejak kecil, Ana dan Loi juga tidak pernah bersekolah di luar kota Gloucester. Kakaknya Loi bahkan menyelesaikan pendidikannya dan bekerja di kota ini juga. Loi menghabiskan separuh hidupnya untuk kota Gloucester. Sisanya untuk kacang rebus.

Adrieto menghela napasnya sebentar lalu memberikan paspor serta dokumen-dokumen yang mungkin akan diperlukan oleh Ana.

Ana tak perlu membuat paspor karena dia sudah memilikinya saat akan ke Skotlandia empat tahun yang lalu. Dia hanya perlu memperpanjang masa berlaku paspornya. Setidaknya beban Ana berkurang sedikit. Sedangkan untuk visa, sedang diuruskan oleh Loi dari seminggu yang lalu dan masih dalam proses pengerjaan. Mungkin dalam waktu satu bulan akan selesai dan itu di bulan depan.

INEFFABLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang