ANA sedang memperhatikan dirinya pada pantulan cermin yang memuat setengah badan. Gadis itu terlihat tampil sangat berbeda kali ini. Rambut yang dibiarkan terurai, polesan makeup smokey eye dengan riasan gelap dan dengan tambahan lipstik nude.
Gadis itu akhirnya merias wajahnya setelah sekian lama tidak menyentuh alat-alat makeup itu. Dibantu Loi tentunya. Loi sendiri yang menawarkan bantuan kepada adiknya. Padahal, Ana terlihat biasa saja walaupun dalam hati ia berteriak antusias. Ana lebih merasa gugup dan entah mengapa jantungnya berdebar kencang sedari tadi. Sedangkan Loi jadi yang paling heboh.
Loi merasa bahwa dia harus melakukan ini untuk adiknya sebagai seorang kakak yang tidak pernah berkencan. Gadis berusia dua puluh tahun itu berusaha membantu mempersiapkan segala sesuatu yang menurutnya adalah kencan istimewa sang adik. Walau sebenarnya tidak ada kencan.
Mata Ana melirik pada jam yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya. Jam menunjukkan angka enam. Itu artinya, sekarang sudah malam minggu dan sebentar lagi Martin akan datang menjemput dirinya.
Lelaki muda dengan gaya dewasa itu barusan menghubunginya dan mengatakan bahwa akan datang menjemput pukul enam lewat tiga puluh. Sebentar lagi dan hatinya semakin tak karuan.
"Wah ... kau cantik sekali. Aku yakin seribu persen kau akan terlihat bersinar di pesta malam nanti," ujar Loi mantap setelah membantu Ana menaikkan resleting gaun selutut berwarna hitam legam.
Ana tersenyum paksa. "Kau berlebihan. Tampilanku ini sebenarnya biasa saja. Aku yakin akan banyak wanita-wanita panas dan elegan yang hadir di pesta itu."
"Astaga ... kau ini memang tidak bisa dipuji ya." Loi tertawa sambil menepuk-nepuk bahu Ana.
Tak lama ponsel Ana bergetar menandakan bahwa ada panggilan masuk. Gadis itu mengira Martin menghubunginya. Tapi ternyata itu adalah panggilan grup dari para sahabatnya. Ana segera menjawab panggilan masuk dan membiarkan Loi yang masih menggodanya sampai kakaknya itu pergi dari kamar.
"Halo ... kalian pasti akan berkumpul malam ini, 'kan?" tebak Ana memulai percakapan.
"Awalnya begitu. Tapi setelah tahu kau ada janji dengan pria aneh itu ... kami perhitungkan ulang," ungkap Grafel.
Ana menepuk jidatnya. "Fel ... dia tidak aneh, kok. Menurutku dia pria yang kompleks. Tidak baik tapi juga tidak jahat." Ana terkekeh setelahnya.
"Sudah-sudah, kembali ke topik awal." Alinskie melerai perdebatan kecil mereka sebelum membesar.
"Jadi, kalian serius membatalkan acara berkumpulnya? Kumohon jangan batalkan hanya karena aku tak datang. Aku sama sekali tidak masalah jika tidak ikut serta." Ana merasa bersalah. Lagipula hanya sekali dia tidak ikut berkumpul dan itu di hari ini.
"Setuju! Aku juga sudah minta izin ke Mom. Sayang sekali jika kumpul-kumpulnya dibatalkan," ucap Soni yang rupanya hanya memikirkan dirinya sendiri.
"Dasar keparat," kata Alinskie jengkel. Hal itu membuat Soni menyemburkan tawanya.
"Baiklah kalau begitu. Kita akan tetap berkumpul di kafe Brimble's pukul tujuh. Yang penting salah satu member sudah mengonfirmasi dengan jelas, jadi tidak akan ada kesalahpahaman," putus Grafel pada akhirnya.
"Yes! Baik-baik ya, Ana. Jangan sampai pria itu macam-macam padamu." Soni menasihati Ana layaknya seorang Ayah.
Ana tertawa mendengar ucapan Soni. Tapi Ana tetap merekam dengan baik perkataannya. Secara dirinya dan Martin memang belum sedekat dan seakrab itu.
"Oh iya ... Angelia jadi ikut, 'kan?"
"Tentu saja. Si manusia es batu pasti ikut," sarkas Soni dengan tawa yang khas.

KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
Misteri / ThrillerSetelah mengalami teror yang tiba-tiba, Ana menemukan dirinya dihantui tepat satu tahun setelah Richard secara sepihak putus dengannya dan pindah ke Texas. Di tengah kekacauan, kehidupan Ana berubah secara tak terduga saat dia bertemu Martin, seoran...