Pukul delapan pagi
Lisa menarik handuk putih yang tergantung dibelakang pintu kamar mandi, mengelap semua tetesan air yang memenuhi badannya kemudian menutupinya dengan handuk yang lainnya. Lisa segera keluar dari ruangan kecil yang kini terasa beruap setelah dua jam lamanya ia gunakan. Kerutan kerutan pada jari dan telapak tangannya tampak jelas menjadi tontonan sejenak bagi Lisa mempertandakan betapa lamanya ia tersetuh dengan air.
Sayup sayup telinganya mendengar suara berisik dari luar kamar, terdengar seperti perbincangan antara beberapa orang dan sesekali terdengar nada tinggi dilayangkan.
Bisa Lisa tebak, sepertinya sang Grandpa sudah tiba kerumah ini. Tetapi hal itu tak sedikitpun membuat Lisa bergegas memakai bajunya untuk pergi keluar menemui kakeknya, ia lebih memilih duduk dikursi meja belajarnya yang disana sudah tersedia roti tawar dengan selai coklat dan satu botol air mineral yang dibawakan oleh Yudha tadi sebelum ia mandi.
Lisa menguyah rotinya dengan pelan hingga tanpa sadar membawa dirinya melamun terdiam sambil mulut bergerak menghancurkan makanan. Benar benar terdiam dengan pikiran kosong, hingga semua itu buyar karena suara notifikasi ponselnya menandakan pesan baru telah masuk.
Jhosua mengirimkan pesan singkat untuknya.
Boleh aku datang menjenguk mu?
Lisa membacanya sekilas, ia masih berusaha menghabiskan sarapan yang tinggal dua suapan lagi. Setelah selesai dengan roti dan botol minumannya, tiba tiba entah kenapa pikiran Lisa tertuju pada satu barang yang tersimpan dilemari kecil disebelah tempat tidurnya.
Dirinya bangkit memilih mengambil baju terlebih dahulu sambil sesekali matanya tertuju kearah lemari kecil diujung sana. Baju bersih terpasang, rambut tersisir, pelembab kulit dan lipbam terpakai dengan tambahan sedikit parfum beraromakan buah buahan manis selesai dipakai.
Lisa membawa dirinya berjongkok didepan lemari kecil tersebut kemudian membukanya. Menampilkan isi dalam lemari yang sempit penuh dengan barang barang yang entah kenapa bisa terpikirkan Lisa untuk menyimpan nya disana.
Satu barang menjadi tujuan matanya, kotak kecil yang dia dapatkan dari kejadian loker pertamanya.
Lisa membawa kotak kecil itu bersamanya duduk ditepi ranjang. Dia mulai membuka tutupnya mengeluarkan liontin cantik yang menghuni kotak tersebut.
Kalung milik Eliza
Bentuk abstrak dari benda sedikit berkilau itu menyapa pandangannya. Lisa mengeluarkannya dari dalam kotak mengamati dengan lebih jelas lagi visual pada kalung tersebut. Bandulan abstrak dengan sedikit tonjolan ditengahnya.
"Eliza" bisiknya
Pikiran Lisa kembali melayang pada satu minggu yang sudah dia lewati dengan mendapatkan banyak kejutan dan sebagian besar itu selalu terkait dengan sosok Eliza.
Banyak hal yang ia pikirkan tadi malam sejak Yudha memberitahukan padanya jika kejadian bangkai tikus itu bukan hanya dia yang pernah mengalami tapi Eliza juga pernah mengalaminya. Teror berulang pada dua orang yang berbeda tetapi sama pada beberapa alasan.
Lisa mulai memikirkan semua kejadian itu terutama pada sosok Eliza yang bahkan hanya secuil Lisa ketauhi kisahnya mengenai gadis itu.
Selama ini Lisa selalu menapik semua ucapan yang mengatakan keduanya adalah sepasang kembar. Entah kenapa rasanya sikap Lisa yang selalu menapik pernyataan hubungan mereka memiliki hubungan darah sebagai kembaran selalu menimbulkan rasa tersentil tak terima secara diam diam didalam dirinya.
Lisa merengut rambutnya yang sudah tersisir rapi, melampiaskan ketiadak jelasan pikirannya terhadap semua hal tentang Eliza.
"Satu, wajah kita mirip"
KAMU SEDANG MEMBACA
̶N̶o̶t̶ Twins (HIATUS)
FanfictionElisa Antonio Baskara, gadis pindahan dari luar negeri yang sukses membuat geger satu sekolah karena kemiripan wajahnya dengan salah satu siswa korban bunuh diri yang terjadi dua bulan yang lalu, Eliza Cahyani. Elisa dibuat kebingungan dengan semua...