̶N̶o̶t̶ Twins #11

1K 153 10
                                    

Kembar

Itu lah satu kata yang kini sukses memenuhi pikiran Lisa hingga membuat dirinya terdiam lelah pasca menerima kenyataan jika selama hampir tujuh belas tahun ia hidup ternyata Lisa adalah seorang kakak dari satu adik perempuan yang tak lain dan tak bukan ialah kembarannya sendiri.

Eliza Cahyani atau mungkin sekarang bisa disebut sebagai Eliza Cahyani Baskara, sama seperti dirinya.

Berjam jam Lisa meraung menangisi kenyataan yang selama ini ditutupi oleh Sarah dan Antonio. Setelah aksi membabi buta Lisa menjambaki dirinya sendiri demi melampiaskan amarah, Sarah dan Grandpa akhirnya memilih untuk menceritakan semuanya.

Menjelaskan semua hal yang selama ini ditutup rapat oleh keduanya. Tentang Erwin dan juga tentang Eliza, kedua hal yang kini sudah tak dapat lagi Lisa temui secara langsung. Meninggalkan sesal dan sakit karena keterlambatannya mengetahui semua hal tersebut.

Bak tertampar kenyataan dan rasa bersalah Lisa menangis sejadi jadinya merutuki dirinya sendiri dan juga Sarah beserta Antonio karena telah menyembunyikan hal sebesar ini terhadap dirinya.

Seandainya saja jika Lisa mengetahui tentang Liza lebih cepat beberapa tahun atau setidaknya beberapa hari sebelum kecelakaan kembarannya itu terjadi mungkin saja saat ini Eliza dan Elisa akan terlihat saling tertawa berpelukan mengobati rasa rindu bertahun tahun antara satu sama lain layaknya anak kembar pada umumnya. Tetapi kembali lagi pada awalan kata pada kalimat ini 'Seandainya' hanya seandainya.

Sarah datang menghampiri Lisa dengan segelas air hangat ditangannya, setelah melewati semua penjelasan dan ledakan amaran seorang Elisa kini keadaan sudah lebih tenang meskipun keadaan ruangan keluarga masih sama kacaunya dengan serakan beling pecahan vas bunga.

"Ini air nya, diminum dulu yah" pinta Sarah menyodorkan gelas berisi air tersebut.

Lisa yang sebenarnya masih lemas hanya diam menuruti permintaan sang mama, ia langsung menenggak habis air tersebut, benar benar terasa melegakan tenggorokannya.

Kedua mata Sarah tak henti hentinya menatap pada Lisa, rasa bersalah itu masih tetap ada dalam pikirannya ditambah lagi ia ingat begitu jelas bagaimana ekspresi kecewa dari Lisa ketika mengetahui semua hal yang Sarah tutupi selama ini.

Ada alasan tersendiri kenapa Sarah bisa menutupi semua ini dari Elisa begitu lamanya. Trauma dan rasa kehilangan lah yang menjadi penyebab nya. Sarah hanya ingin ia yang menyimpan hal berat ini sendirian tanpa harus Lisa ikut mengetahuinya, terlebih lagi semua itu bisa dikatakan bukan lah hal baik menurut Sarah untuk diketahui oleh Lisa.

Anak mana yang akan menerima begitu saja keburukan dari ayah kandungnya sendiri seperti perihal pecandu aklkohol, pemain wanita, pria kasar hingga menimbulkan trauma serta depresi pada istrinya sendiri, pelaku utama dari hilangnya sang anak, dan yang terakhir kabar terburuk terkait kematian saudara kembar Elisa itu sendiri.

Suatu kepergiaan yang terlalu menyakitkan bagi Lisa jika ia mengetahuinya. Tetapi dengan terpaksa kini Sarah harus membaginya.

Tangan Sarah mencoba mengelus pelan rambut Lisa yang masih saja diam tak menggubris keberadaan Sarah. Keduanya terdiam cukup lama hingga kedatangan Grandpa menarik perhatian mereka.

Pria tua itu baru saja kembali dari luar rumah pergi entah kemana, tetapi sepertinya sekarang Lisa tau kemana perginya Grandpanya itu tadi.

"Minum lah, setelah itu cuci muka dan ganti baju mu. Kita akan pergi sebentar lagi"

Cih obat itu lagi

Lisa memalingkan wajahnya setelah melirik pada beberapa butir benda kecil yang diserahkan oleh Grandpa padanya, obat penenang.

 ̶N̶o̶t̶ Twins (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang