Helaan nafas kembali terdengar, hembusan nya tampak berat sama persis seperti pikiran Lisa saat ini.
Kepala Lisa semakin terasa berat hanya karena memikirkan kedua kata, Eliza dan kehamilan. Fakta baru ini benar benar berhasil membuat Lisa tertawa stress karena nya, berkali kali gadis itu mengetuki kepalanya sendiri untuk menghentikan pikirannya yang selalu mencoba melayang ke dugaan dugaan yang buruk.
Tetapi sepertinya dunia sedang bercanda, hanya dugaan buruk itu lah yang paling cocok untuk jawaban dari pertanyaan sialan yang masih saja menghantui Lisa.
Sebenarnya apa saja yang selama ini Liza alami semasa ia hidup.
Gadis itu beberapa kali menendangi batu kerikil yang ia temui disepanjang jalan, Tangan Lisa kembali membuka bungkusan plastik pelindung dari permen jelly yang sedari tadi menemaninya berjalan tak tentu arah dipusat ibu kota. Mata Lisa memejam lega setiap rasa manis dari permen kesukaan teman sebangku nya itu berhasil meleleh dilidahnya, setidaknya rasa manis dari permen berbentuk hati dengan warna pink itu berhasil mengalihkan sedikit pikiran Lisa meskipun hanya beberapa menit.
Hembusan angin malam di tengah gelap nya jalanan ibu kota menerpa wajah Lisa yang masih saja cuek dengan kemana arah kakinya berjalan. Puluhan toko, ratusan orang, dan padatnya jalanan lah yang sedari tadi gadis itu temui.
Semenjak dirinya memutuskan pergi begitu saja setelah pertemuan antara ia dan Dokter Andrea yang tak berujung bagus, Lisa lebih memilih pergi begitu saja dan tak lupa juga meninggalkan sedikit tinjuan pada pipi sang dokter. Perkataan terakhir dari Andrea lah yang menjadi alasan kenapa Lisa bisa dengan ringannya melayangkan kepalan tangannya pada wajah pria dewasa itu, entah kenapa fakta baru yang disampaikan Andrea padanya tadi siang itu spontan memancing emosinya.
Seolah olah tak terima jika pada faktanya, Eliza meninggal dalam keadaan berbadan dua.
Lisa kembali gusar jika mengingat hal tersebut. Gadis itu menghentikan langkahnya setibanya diatas jembatan penyebrang jalan.
Sambil memandangi padatnya jalanan yang dipenuhi kendaraan dan suara berisik klakson saling bersautan terdengar memekakan telingan. Pikiran Lisa kembali melayang pada ingatan nya saat pertama kali ia datang mengunjungi Pantai Asuhan Bunda Rumi
Tempat dimana selama ini Eliza hidup membesarkan dirinya sendiri dan juga puluhan anak tanpa orang tua lain nya yang bernasib sama dalam satu atap rumah sederhana.
Flashback
--------------------Mobil itu terparkir apik ditepi jalanan yang bersebrangan langsung dengan sebuah rumah berukuran sedang dengan halaman luas yang kini tampak ramai oleh anak anak berusia balita serta beberapa yang diperkirakan mulai memasuki usia remaja dari penglihatan Lisa.
Gadis itu turun dari mobil bersamaan dengan Sarah dan Grandpa yang menjadi pelaku utama membawa Lisa ketempat ini. Suara berisik interaksi antara anak anak yang sedang bermain itu lah yang menyambut pertama kali pendengaran kedua telingan Lisa.
Mata Lisa memandangi satu papan yang terpajang didepan halaman tersebut, warna papan itu tampak kusam ketika Lisa membawa dirinya melihat lebih dekat.
Panti Asuhan Bunda Rumi, batin Lisa bertanya kenapa ia dibawa ke sebuah panti. Gadis itu membalikan badan nya menatap penasaran pada kedua orang dewasa yang berdiri dibelakangnya.
"Kita mau ngapain disini?" Tanya Lisa dibalik masker hitam yang ia gunakan demi menutupi wajah bengkaknya sehabis menangis lama beberapa jam lalu
Sarah dan Grandpa tak menjawab pertanyaan tersebut, keduanya hanya saling pandang hingga akhirnya sebuah suara yang Lisa kenal mengejutkan ketiganya atau lebih tepatnya hanya Lisa saja
KAMU SEDANG MEMBACA
̶N̶o̶t̶ Twins (HIATUS)
FanficElisa Antonio Baskara, gadis pindahan dari luar negeri yang sukses membuat geger satu sekolah karena kemiripan wajahnya dengan salah satu siswa korban bunuh diri yang terjadi dua bulan yang lalu, Eliza Cahyani. Elisa dibuat kebingungan dengan semua...