02

4.1K 433 36
                                    

"Hah?!! A-apa yang kamu lakukan disini?!!" pekik Zhang Hao.

Hanbin hanya menatap sekilas pada Zhang Hao dan tidak menghiraukannya.

"Salam Kenal. Saya Sung Hanbin, putra dari Sung Gwangju. Mulai hari ini saya akan tinggal disini, Ibu"

"Idih! Dia kan Ibuku!!" seru Zhang Hao tidak terima.

"Aduh, Hanbin. Kamu tidak perlu kaku begitu, kita kan sudah jadi keluarga"

"Baik, Ibu"

"Semoga kamu harus akrab dengan Zhang Hao ya"

"TIDAK MUNGKIN!!"

Selama memasak Zhang Hao masih terus menggerutu seorang diri di dapur sementara Ibunya dan Hanbin menunggu sambil berbincang di meja makan.

"Tugas OSIS memang sebanyak itu ya?" ujar sang Ibu.

"Memang biasanya seperti ini"

"Anak yang rajin. Kamu pasti sudah lapar ya? Zhang Hao sengaja memasak banyak hidangan spesial untuk kamu lho, Hanbin"

"Spesial apanya! Jika tahu ini untuk Hanbin aku tidak akan memasak sebanyak ini"

"Sudah jadi. Silahkan dinikmati" ujar Zhang Hao lalu menaruh semua masakan di atas meja makan.

Mereka masih melanjutkan perbincangan mereka sambil memakan hidangan masakan Zhang Hao.

"Berdasarkan dari tahun berarti Hanbin jadi adiknya dan Zhang Hao jadi kakaknya ya" ujar sang Ibu.

"Baik" jawab Hanbin.

"Pasti senang ya kamu Zhang Hao, punya adik yang tampan seperti Hanbin"

"IDIH!" batin Zhang Hao lalu melirik malas pada Hanbin. Mata mereka bertemu, Zhang Hao langsung membuang pandangnya dari Hanbin.

"Tadi dia memelototiku? Tajam banget!"

"Wah, Zhang Hao kamu pemalu juga ya"

"Ibu yang peka dong!"

"Ngomong-ngomong selama ini kamu tinggal dengan kakekmu ya?" tanya Ibu.

"Tidak, Aku tinggal disini, aku ke rumah kakek saat Ibu sedang pindahan" jawabnya.

"Lho. Bukannya Gwangju jarang pulang karena urusannya di luar negeri ya?"

"Benar. Aku sudah lima tahun tidak bertemu dengan Ayah" tutur Hanbin.

Jujur Zhang Hao dan Ibunya cukup terkejut dengan pengakuan dari Hanbin barusan.

"Apa Ayahmu tidak menghampirimu saat melakukan pekerjaannya disini?" Ibu Zhang Hao bertemu dengan Ayah Hanbin di tempat kerja. Mereka hanya melakukan pernikahan sederhana tanpa ada acara apapun.

Hanbin hanya diam tidak menjawab pertanyaan barusan.

"Kamu anak yang hebat ya, Hanbin. Hidup sendirian pasti repot"

"Tidak juga. Ada Kakek yang membantu masalah keungan"

"Selama ini dia tinggal sendirian? Apa dia tidak kesepian?"

"Oh iya. Kalau tidak salah beliau adalah kepala sekolah di sekolahmu itu ya?"

"Benar"

Tunggu? Jika Hanbin adalah cucu kepala sekolah berarti otomatis sekarang Zhang Hao juga cucu dari kepala sekolah itu. Zhang Hao tersenyum lebar membayangkan kehidupan elit dan mewahnya di masa depan nanti.

Tanpa disadari Hanbin sudah membereskan meja dari peralatan makannya.

"Lemot" ujar Hanbin lalu membawa peralatan makannya ke dapur.

"Apa sih!"

Setelah menyelesaikan makannya Zhang Hao membersihkan diri dan mandi guna menyegarkan pikirannya kembali. Di guyur air shower cukup membuat Zhang Hao rileks setelah melewati satu hari yang melelahkan.

"Hanbin..."

"Walau dia bersikap biasa di depan Ibu tapi kelakuan aslinya..."

Tanpa sadar Zhang Hao menyentuh bibirnya sendiri, "Ciuman itu bagaimana rasanya?" sekelibat bayangan di otaknya membayangkan kalau Hanbin menciumnya seperti mencium guru tadi di sekolah.

Zhang Hao segera mematikan showernya dan mengambil handuk.

"Sepertinya aku jadi gila karena terlalu lama diguyur air..."

Zhang Hao memasuki kamarnya dan melihat Hanbin masih dengan seragamnya sedang membaca sebuah novel. Wajahnya cukup serius, Zhang Hao jadi penasaran seperti apa wajah Hanbin ketika tersenyum.

Zhang Hao berusaha memulai obrolan dengan Hanbin agar bisa menghilangkan rasa canggung diantara mereka.

"Wahh. Kamu baca novel itu-"

Hanbin langsung menutup novel itu.

"Dih?" Zhang Hao masih berusaha sabar.

"Novel itu-"

Hanbin langsung memasukkan semua bukunya kembali ke dalam tas.

"Dia sengaja?"

"Ck. Dasar! Sung Hanbin!"

"Apa?"

"Aku juga mengerti sudah banyak hal yang terjadi hari ini yang membuat kita canggung seperti ini" Zhang Hao mengulurkan tangannya pada Hanbin, "Tapi bagaimanapun mulai hari ini kita menjadi saudara tiri. Tidak masalah jika hanya di luarnya saja tapi yang penting kita harus bisa akrab"

Cukup lama mereka saling bertatapan lagi. Hanbin tidak merespon dan malah bangun dan melewati Zhang Hao begitu saja.

"Dicueki?! Mau bagaimana lagi, akan kubuat kamu berbicara walau dengan sindiran"

Zhang Hao duduk di kasur lipatnya sambil mengeringkan rambut coklatnya dengan handuk.

"Hari ini kamu berciuman dengan guru perempuan ya di belakang sekolah kan? Memangnya tidak apa jika seorang ketua OSIS melakukan itu? Atau malah kamu makin napsu kalau ada yang memergoki ya? Bisa bahaya sih kalau ada-Eh mau apa kamu? EMPHH!!"

Hanbin mendorong tubuh Zhang Hao ke kasur dan menahan kedua lengan dan kaki Zhang Hao mengunci pergerakannya sementara bibir mereka sudah bersentuhan.

Dengan kasar Hanbin mencium Zhang Hao dan menyesap bibir tipis Zhang Hao sekali-sekali menggigit pelan bibir Zhang Hao.

"Engmphh!!" Zhang Hao berusaha memberontak namun tidak bisa. Hanbin terlalu kuat.

"Angh-" Hanbin seketika menyambar rongga mulut Zhang Hao dan menjelajahi seluruh gigir dan beradu lidah dengan Zhang Hao.

Hanbin melepaskan ciuman itu lebih dulu sementara Zhang Hao masih berbaring dengan napas yang terengah-engah dan wajah yang sudah merah merona.

"Seperti itulah rasanya ciuman" ujar Hanbin lalu keluar kamar meninggalkan Zhang Hao yang masih shock dengan ciuman itu.

Zhang Hao menggenggam erat sprei kasurnya geram dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Orang gila! Apa-apaan sih Dia?!"

Ciuman pertama dengan wanita cantik yang sudah Zhang Hao dambakan sejak dulu sudah direnggut oleh laki-laki yang baru saja menjadi adiknya.

To Be Continued...

- 05.03.2023 -

[✓] ATTENTION | BINHAO FT. HARIBOZ ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang