AMARAH

493 49 5
                                    



   Terlihat Sakura duduk  dengan gelisah. Perasaan nya tidak menentu. Pikirannya tertuju pada suaminya.
Ia perhatikan terus layar telepon selulernya.
Ia mulai menekan no suaminya.
Nada berdering terdengar tapi tidak ada balasan dari seberang.
Ini sudah ke enam kalinya ia menelepon Shikamaru. Namun tiada jawaban yang ia terima.

  Ia mengkhawatirkan suaminya.
Takut terjadi sesuatu pada pria itu.
Kekhawatirannya muncul ketika sudah jam pulang kerja tetapi Shikamaru tidak juga menjemputnya dari rumah orangtuanya.
Sudah berkali - kali ia menghubungi suaminya. Nihil. Tiada hasil.


  Hingga akhirnya hari mulai petang dan ia memutuskan untuk pulang dengan taxi online.
" Kenapa Shika tidak menjemput ku?"
" Apa dia lembur?"
" Tapi kenapa ponselnya tidak dia angkat" batin Sakura.
Bermacam pertanyaan berputar di kepalanya.
" Semoga tidak terjadi apa-apa padanya.

  Hingga taxi yang ditumpanginya berhenti di depan rumahnya.
Ia turun dari mobil itu dan membayar biaya argo.
Langkah kakinya berhenti di depan pagar rumahnya ketika ia melihat kendaraan suaminya terparkir di halaman rumah.
Sedikit lega perasaannya. Setidaknya suaminya ada di rumah.

  Ia melangkah melewati halaman dan mulai membuka pintu.
" Aku pulang" ucapnya .
Tiada jawaban .
Ia mulai masuk rumah dan netra nya melihat sosok pria yang dirindukannya sedang duduk tegak di sofa panjang ruang tamu.

  Ia segera bergegas menghampiri pria itu dan duduk di sampingnya.
" Shika aku menunggumu".
" Kenapa kau tak menjemput ku?"


  Shika hanya duduk terdiam dengan pandangan tajam ke depan tanpa menatap Sakura.

  " Kenapa kau tak mengangkat teleponku"?.
" Berkali-kali aku menghubungi mu tapi kenapa tidak kau angkat?".
" Aku khawatir sekali"

" Benarkah kau mengkhawatirkan ku"?
" Bukankah kau sedang bahagia menikmati waktu bersama lelaki lain, Sakura" jawab Shikamaru sambil menoleh menatap Sakura.
Ia tersenyum meremehkan.
" Bagaimana kau sampai tidak mengetahui kehadiranku, Sakura"?.
" Oh iya, aku lupa mungkin kau terlalu asyik menikmati waktu bersama pria itu sampai tak sadar kedatanganku" kekeh Shikamaru.

" Apa maksudmu? tanya Sakura sambil mengerutkan kening.

" Kulihat kalian tersenyum lepas dan bahagia".
" Kau tertawa lepas ketika pria itu mengelus perutmu".

Shikamaru mulai berdiri sambil menatap Sakura di bawahnya.
Ia mengepalkan kedua tangannya.
" Pernahkan kau tertawa padaku seperti ketika pria itu mengelus perutmu?"
"  Ingat kah kau, aku harus meminta izin mu untuk sekedar menyentuh dan mengelus perutmu".
" Kau akan selalu membuang mukamu saat aku melakukan nya"

" Shika...aku bisa jelaskan semuanya" cicit Sakura.

" Kurasa semua sudah jelas Sakura".
" Aku memang pria bodoh, berharap kau akan bisa mencintaiku"
" Di sini hanya aku saja yang berusaha memperjuangkan rasa cinta ini"
" Rasa yang tidak pernah kau balas ".
" Jangankan membalas untuk melihatku saja kau tidak sudi".
" Aku harus selalu mengemis perhatian padamu" kata Shikamaru dengan nada tinggi.

" Dari dulu, kau membuat dinding yang tinggi dan sulit untuk aku hancurkan".
" Tidak kah kau sedikit saja mencintaiku Sakura?".
" Kurasa TIDAK".
" Mengingat bagaimana kau menolak sentuhanku waktu itu ".
" Oh iya aku lupa, kau pernah mengatakan pada ku bahwa kau jijik padaku "
" Kau jijik pada pria ini, pria yang membuatmu mendesah kan  namanya ketika kau ku setubuhi"
" Pria menjijikan yang bisa membuatmu orgasme berkali - kali dalam semalam".

" Shika...kumohon hentikan".
" Aku bisa jelaskan" cicit Sakura.

" Jelaskan apa lagi"? teriak Shikamaru.
" Bahwa aku pria miskin yang tidak pantas bersanding denganmu?"
" Kulihat pria kuning tadi berasal dari keluarga terhormat".
" Ibumu terlihat sangat menyukainya eh...Sakura"
" Kalian terlihat sangat serasi " kata Shikamaru dengan tatapan tajam.


Tentang rasa dan kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang