bersemu Merah -05

389 28 0
                                    

"Lo mau gue suapin?"

Eliza tersedak,wajahnya memerah karena malu dengan ucapan Daren. Daren berdecak,ia menyodorkan minumnya pada Eliza menggunakan tangan kiri.

Eliza memunum tandas air dari gelas Daren,wajahnya bersemu merah,sudah merah karrna malu,kini harus tersedak dan membuat wajahnya semakin memerah. Eliza tersenyum lebar.

"Sorry"

Daren berdehem,ia kembali melanjutkan makannya ,Eliza mengesampingkan sendok dan garpunya. Ia mengusap tangannya ke lap diatas meja dan makan menggunakan tangan sama seperti Daren.

Daren melirik Eliza,dan menahan tawanya melihat bagaimana tangan Eliza mengepal nasi dan lauk. Sekitaran mejanya dipenuhi butiran nasi. Eliza melahap nasi yang berada ditelapak tangannya.

"Heum! Enak juga ya pake tangan"

Daren tersenyum "Lo waras atau gimana sih El? Mana ada orang makan nasinya gak di kepalin diujung jari? Lo salah peletakan itu,harusnya gini"

Daren memperlihatkan cara yang benar mengepal nasi menggunakan tangan,ia mengudarakan kepalan masinya pada Eliza "Buka mulutnya"

Eliza terlihat bingung,Daren berdecak melihatnya "Buka mulutnya!"

Aaaa..

Eliza membuka mulutnya dan Daren memasukan kepalan nasi dan lauk ditangannya ke dalam mulut Eliza. Garis besar menggunakan tangannya!. Eliza entah sadar atau tidak ia tersenyum senang.

"Wahhhh!! Jadi gitu caranya,gue coba ah"

Eliza melakukan hal yang seperti yang dilakukan Daren. Ia mengepalkan tangannya dan meminta Daren membuka mulutnya,Daren mengangguk saja. Toh halal juga ia suap suapan dengan Eliza.

"Goodgirl! Yaudah lo cepet abisin makannya,habis itu istirahat"

"Gue pinjem handphone lo dong nanti,hp gue ada di Ayuloka"

"Hm"

Selesai makan,karena dirumah ini hanya ada Eliza dan Daren. Mereka memutuskan ke kamar masing masing setelah Eliza meminjam handphone untuk menghubungi Anam. Kini Eliza dikamar menatap atap atap kamar.

Ia masih asing dengan suasana rumah ini.

Tok,tok,tok.

Eliza beranjak dari kasur dan membuka pintu "Apa sih"

Wajah Daren terlihat datar "Lo udah sholat?"

Eliza berdecak,tak ayah nya tak Daren. Gemar sekali menanyainya sholat,bukankah sholat sebuah kegiatan yang harus diprivasi?

"Kenapa sih?"

Daren berdecak "Gue gak mau kamar ini kedatangan makhluk ghaib karena lo gak sholat"

"Dih,apa hubungannya coba"

"Ya karena rumah gue ini suci,jadi kalo lo gak sholat bisa mendatangkan makhluk ghaib,sholat dulu sana lo"

"Ntar aja gue dauble sama besok"

"Lo pikir sholat apaan? Udah ah cepet sana sholat,sebelum gue sholatin!"

"Besok aja"rengek Eliza.

Eliza hendak menutup pintu,namun ia menahannya ketika mendengar suara Daren " Rabia'ah bin Sibrah meriwayatkan dari ayahnya ia berkata,bahwa Rosulullah Saw bersabda:

'Perintahkan anak kecil untuk melaksanakan sholat jika sudah berumur tujuh tahun ,dan ketika sudah berumur sebelas tahun,maka pukullah mereka karena sholat,hadits diriwayatkan Ahmad ,Abu Dawud,dan Tirmidzi.

Daren tersenyum miring melihat wajah Eliza yang memucat "Karena umur lo hampir 18 tahun,hukuman pukulan gak mempan buat lo,jadi cambukan jalan terbaiknya,tunggu sebentar"

Husein DarendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang