Ceklek.
Daren dan Eliza masuk kedalam ruangan dimana Shafi dirawat. Diruangan hanya ada Shafi,mungkin Huda mencari sarapan. Shafi yang mendengar pintu terbuka membuka matanya,wanita itu tersenyum menyambut kedatamgan putra dan menantunya.
Eliza tersenyum gugup menatap wajah wanita yang terbaring diatas brankar "Assalamualaikum,umi"
Daren mendekat dan mencium ta'zim punggung tangan Shafi,lalu memberi kecupan dan pelukan ringan untuk umi nya.
"Wa'alaikumussalam"
"Sein"lirih Shafi
Daren tersenyum "Ada menantu umi"bisik Daren .
Eliza ragu ragu mendekat,ia berdiri didekat Daren "Assalamualaikum tante"
Daren menahan senyumnya "Wa'alaikumussalam sayang,panggil umi saja"
Eliza meraih tangan Shafi dan menciumnya "Iya u-umi"
Daren duduk di soffa yang ada diruangan,sedangkan Eliza diajak ngobrol oleh Shafi. Walau terkadang gadis itu mencuri curi pandang pada Daren yang sibuk memainkan handphone.
"Assalamualaikum!"
Semuanya menoleh "Wa'alaikumussalam!"
Huda datang menentang plastik putih berisi bubur,Huda mendekat ke arah istrinya dan mencium kening. Lalu ia menyodorkan tangannya pada Eliza untuk dicium,setelahnya ia mendekat pada putranya.
"Mau gak Sein?"Daren menggeleng.
Huda membuka bungkus bubur lalu menyuapkan sesendok bubur kedalam mulutnya "Bismillah"
"El mau bubur?"
Eliza menoleh "Gak usah om,tadi dirumah udah sarapan sama Darendra"
"Kok om? Panggil abi aja"
Eliza mengangguk ragu,ia kembali lagi menatap wajah Shafi "Umi sakit apa?"
"Umi sakit biasa kok,El ndak usah khawatir"
"Sakit biasa kok sampe dirawat gini,umi harus jaga pola makan umi biar gak sakit. El juga punya penyakit maagh,makanya ayah selalu pastiin El makan tepat waktu"
Shafi tersenyum "Iya,maagh itu harus dijaga biar tidak merambat sayang. El cantik sekali"
Pipi Eliza memanas,jadi begini rasanya dipuji oleh seorang wanita lebih tua darinya. Terlebih ia memanggilnya sebutan umi.
"Umi juga cantik,cuma wajah umi pucat"
"Ayah bagaimana kabarnya? El tau tidak,kalo umi ini sahabat dari bunda El"
Eliza terkejut,ia tidak tau akan hal itu "U-umi sahabat bunda El?"
Shafi mengangguk pelan "Iya,umi punya sedikit cerita tentang bunda El,mau dengar?"
"Mau umi! El mau dengar tentang bunda!"ucap Eliza antusias jika menganai wanita yang telah melahirkannya.
"Laisa tuh dulu nakal banget,nakalnya masyaAllah banget sampe bikin umi pusing tujuh keliling! Laisa tuh cantik kayak kamu,walaupun kepribadiannya gak mau diem dan suka teriak teriak. Bunda kamu dulunya susah diatur,bahkan sering bolos kelas madrasah"
"Pantes aja El gitu"gumam Eliza
Shafi tersenyum "Sikap Laisa berubah saat bertemu ayahnya El,dia berusaha memperbaiki diri agar pantas bersanding dengan ayahnya El. Karena waktu itu,ayah El itu dinginnya minta ampun,terlampau cuek. Walaupun begitu,bunda El tetap berusaha mencairkan hati ayahnya El."
"Laisa perlahan demi perlahan mengubah dirinya,awalnya dia berubah hanya demi mendapatkan perhatian dari ayahnya El,sampai suatu waktu,harapan bundanya El pupus saat tau ayahnya El mengirim CV Ta'aruf pada salah satu ustadzah dipesantrennya umi,dari situ munculah sikap pendiam Laisa"
KAMU SEDANG MEMBACA
Husein Darendra
General FictionHusein Darendra Al-Manaf harus menikahi seorang gadis pendiam yang ternyata menghanyutkan dalam keterdiamannya itu. Mampukah Daren mengubah sikap gadis yang akan menjadi istrinya kelak? "Jadi pacar gue!" "Ooohhh,ternyata muka adem lo gak menunjukan...