Elena membuang napas. "Uff, kau membawaku kemana, Marti?"
"Marti lagi?" Ruschel mendengus, "di kepalanya hanya tersimpan nama anak itu saja."
Mereka sudah kembali ke The Wolves. Ruschel menopang tubuh gadis itu memasuki mansion, dan pria itu mengenakan masker. Elena masih sesekali meracau tidak jelas dan terus memanggil Ruschel dengan nama Marti. Rosemary segera menghampiri dan keheranan melihat keadaan Elena.
"Apa yang terjadi? Oh, dia mabuk?" kata Rosemary. Tangannya bergerak ingin memegang Elena.
"Biar aku saja. Kau bawa saja anti pengar ke kamarnya." Tiba-tiba saja Ruschel mengangkat tubuh Elena ke atas pundaknya.
Gadis itu meronta sesaat minta diturunkan, tapi kemudian dia pasrah. Ruschel membawanya ke lantai atas. Diturunkannya gadis itu di ranjang tidur. Lantas Elena merebahkan diri di tempat yang empuk itu. Dia memejamkan mata sambil memegang kepalanya, mengeluh pusing.
Ruschel menekuk lututnya untuk melepas heels yang dikenakan Elena. "Permisi, Nona Elena."
Kemudian mengangkat kedua kaki mulusnya ke atas ranjang. Ruschel juga mengatur bantal agar Elena nyaman membaringkan kepalanya. Elena membuka matanya dan melihat ke sekeliling dengan tatapan sayu.
"Marti, ini rumah barumu? Sehr cool!" kata Elena dan mengacungkan kedua ibu jarinya seraya tersenyum.
▫️(sangat keren)
Ruschel tersenyum meski tidak terlihat, namun dari gestur tubuhnya ia tampak terhibur dengan tingkah Elena. Ruschel duduk di tepi kasur dan membuka maskernya. Terlihat Elena menatap lurus ke arahnya. Entah apa yang sedang berputar di kepalanya saat ini. Ruschel belum ingin menunjukkan wajahnya pada Elena, namun gadis itu tanpa sadar menarik topengnya di atap cafe dan memujinya dengan sebutan dewa. Seharusnya dia marah ketika ada orang melakukan itu, tetapi jika orangnya adalah Elena Leutrim, ia tidak bisa. Ia yakin Elena takkan ingat setelah ia sadar nanti. Meski Elena ingat itu bukan masalah.
"Oh, apa kau baru saja berpesta dengannya?" Mendadak Felix datang. Pria berpenampilan streetwear itu masuk dengan senyum sumringah.
Dia datang tidak sendiri, Rosemary bersamanya. Kepala pelayan mansion itu membawa nampan berisi segelas air dan obat anti pengar. Ruschel meraih kedua benda itu dan menyuruh Rosemary pergi.
Felix menepuk pundak Ruschel. "Aku tidak menyangka gadis pemalu sepertinya bisa mabuk juga. Dia minum berapa botol atau gelas, bung?"
"I have no idea," jawab Ruschel dan membantu Elena untuk duduk.
"Jadi ... kau tidak berpesta dengannya. Lalu bagaimana ..."
"Joanne mengajaknya berpesta dan ... dunno what happened."
"Putri Samuelson itu, dia memang tidak bisa diam."
Felix duduk di sofa. Ruschel meminta Elena minum, gadis itu meneguknya. Namun ketika Ruschel memintanya mengunyah anti pengar, Elena tidak menurut.
Elena menggelengkan kepala. "Marti tidak!"
"Marti?" Felix mengernyit dan tertawa. "Ahahaha! Damn, Ruschel! Dia mabuk berat."
"Aku Ruschel, Elena. Ruschel. Kau bisa tidak menurut pada Marti, tapi tidak padaku. Du verstehst?" Ruschel terdengar posesif. "Buka mulutmu!"
▫️(kau mengerti)
"Lalu dimana Marti? Kemana dia?" tanya Elena dengan linglung.
Elena ingin beranjak dari kasur. Ruschel memaksanya untuk tetap di tempat. Beberapa detik kemudian tiba-tiba saja Elena muntah dan itu mengotori Ruschel. Tangan dan pangkuannya ternodai cairan menjijikan. Felix yang melihatnya terkejut dan menutup mulutnya. Elena terlihat tidak bersalah dan berbaring, ia menutup matanya. Ruschel melihat pakaiannya yang kotor dan tersenyum sembari menggelengkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
OWNED by a DON (Mafia Romance)
RomanceKecelakaan di pegunungan Alpen, membuat remaja bernama Elena diculik oleh Mafia Don yang memiliki ambisi besar padanya. Ditandai oleh Don Ruschel sejak pertama pertemuan tidak sepenuhnya menyenangkan. Hidup bersama bos besar mafia seperti dia seakan...