(1)

355 14 2
                                    

Attention

Ini merupakan kelanjutan cerita dari Sorry My Brother and My Brother

_______________________________________

Mark yang tengah sibuk membaca buku baru yang di belikan
sang ayah menoleh ke arah sampingnya kanannya, dimana ada
sang adik yang tengah tertidur pulas sehabis pulang dari
sekolahnya.

Ia menyerngitkan dahinya heran dengan adiknya yang mulai
meracau bahkan dia juga menangis sekarang membuatnya
langsung menaruh telapak tangannya di atas kening Jeno,
takutnya Jeno terkena demam tapi ternyata tidak.

Suhu tubuh Jeno sangat baik. Tapi kenapa adiknya sekarang tertidur sambil meracau bahkan menangis?

"Tidak! Jangan bawa kak Mark"racau Jeno yang membuat Mark di buat semakin bingung saja sekarang.

Kenapa nama dirinya di bawa-bawa oleh Jeno, pikirnya.

"Jeno"panggil Mark sembari menepuk-nepuk pelan pipi Jeno
juga mengelap pelan air mata yang mengalir di kedua pipi mulusnya.

"kak Mark jangan di bawa kemana-mana hiks"

"Jen"

"Aku bilang tidak boleh!"

"Jeno, hey! Bangun"panggil Mark lagi dengan ia yang terpaksa menepuk lumayan kencang bahu Jeno agar Jeno mau membuka matanya karna sedari tadi, Jeno tak kunjung bangun
bahkan dia jadi semakin histeris saja menangisnya.

Kan Mark jadi khawatir dengan Jeno sekarang, takut hal buruk terjadi pada sang adik.

Padahal tadi sepulang sekolah sebelum Jeno ketiduran karna
kelelahan, dia tadi sempat menjailinya sampai Mark marah
padanya. Tapi hanya 2 menit, setelahnya ia dan Jeno kembali berbaikan, makannya Mark bingung dengan Jeno sekarang apalagi dia kini tengah menangis sambil membawa-bawa namanya.

Jeno sebenarnya mimpi apa tentang dirinya sampai-sampai menangis histeris seperti sekarang ini.

Jeno membuka matanya cepat, ia langsung mendudukkan dirinya lalu mengedarkan pandangannya ke segala arah sampai ia baru sadar jika ia tadi hanya bermimpi buruk tentang kakaknya.

Kakaknya ternyata ada di samping kirinya, tengah terduduk
dengan menatapnya khawatir. Jadi dengan cepat, Jeno menubruk kakaknya yang ada di sampinya
dengan pelukan eratnya membuat kakaknya semakin
kebingungan.

”kakak” Jeno menangis sembari memeluk erat sang kakak. Ia sangat takut dengan mimpi buruknya akan kakaknya yang menyerah.

Di mimpinya kakaknya sudah tak membuka matanya lagi bahkan kakaknya juga tak akan menampilkan senyuman manis sang kakak yang selalu membuat Jeno semangat menjalani harinya jika melihatnya.

“Ada apa? Kenapa menangis?” tanya Mark khawatir sembari.mengelus-elus punggung Jeno yang bergetar, berharap Jeno bisa tenang dan mau menceritakan apa yang sebenarnya
terjadi.

Ia benar-benar sangat bingung, kenapa Jeno sampai ketakutan seperti ini padahal dia habis tidur.

Apa Jeno mimpi sangat buruk dalam tidurnya, pikir Mark dengan terus berupaya menenangkan sang adik agar bisa menenang.

“kakak, kakak masih bernapas kan?” tanya Jeno lalu melepaskan pelukannya untuk menatap mata sang kakak yang terlihat sekali sangat khawatir dengan dirinya sekarang.

Jeno ingin melihat mata coklat kakaknya yang di mimpinya,
mata yang selalu menatapnya teduh dan lembut itu tak akan
lagi bisa dirinya lihat.

Mark menatap Jeno semakin bertanya. Ia aneh sekali dengan
pertanyaan Jeno yang menurutnya sangat tidak masuk
akal. ”Hah? Tentu saja Jeno. Lihat, kakak masih membuka mata
kakak dan bisa bernapas walau dengan bantuan selang cannula” balas Mark lalu Jeno lagi-lagi memeluknya erat, seakan-akan dirinya akan meninggalkannya.

His Diary [Sekuel My Brother]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang