(15)

67 8 0
                                    

15 February

Hari ini hari kelulusan kakak dari Senior High School jadi pagi-pagi sekali, aku dan ayah sudah sangat ribut merapikan diri kami masing-masing walau sebenarnya aku di bantu dengan ayah terkadang karena aku pasti tak akan menemukan
beberapa pakaian ku.

Contohnya seperti jas baru yang baru saja di belikan ayah dan memang itu khusus untuk di kenakan di saat hari kelulusan kakak tapi tiba-tiba saja menghilang membuat ku harus
memakai jas ayah dan untungnya ada yang muat.

Kakak sudah pergi sejak pagi sekali. Dia di antar ayah karna
kakak harus melakukan gladi kotor acaranya juga berfoto
dengan kelasnya.

Kami sedikit terlambat datang karna kemacetan yang tak bisa di hindari juga karna diriku yang tadinya terlalu panik karna dasi juga jas ku menghilang tiba-tiba.

Aku melambaikan tangan ku heboh pada kakak yang tengah duduk di barisan murid-murid.

Aku sangat senang karna akhirnya kakak bisa merasakan hari kelulusan sekolahnya dan kali ini, kakak tak memakai kursi roda lagi ke sekolah sebab kakinya mulai bisa berjalan dengan sangat baik.

Aku dan ayah bertepuk tangan heboh saat nama kakak di panggil ke depan karna kakak mendapatkan peringat sebagai siswa peraih nilai tertinggi di kelas juga angkatannya.

Aku dan ayah sangat bangga sampai-sampai ayah memeluk ku
dari samping.

Aku menitikkan air mata ku saat kakak menyampaikan speechnya juga sedikit perjalanan hidupnya yang mampu membuat ku teringat akan masa-masa kakak yang hampir 2
bulan sekali atau sebulan sekali kembali ke rumah sakit, meminum banyak obat, menjalani kemoterapi yang membuat kakak menangis juga kesakitan, operasi, di rawat berhari-hari di rumah sakit, menerima banyak suntikan hingga membuat
tubuhnya membengkak bahkan kakak banyak sekali kehilangan berat badannya dulu. Tapi sekarang, tubuh kakak sedikit demi sedikit mulai berisi seperti diriku ini.

Bukan aku saja yang menangis ternyata, ayah juga yang duduk di samping diriku bahkan ternyata semua orang-orang yang ada di ruangan ini.

Mereka mungkin tahu tentang kondisi kakak dulu yang tetap mau belajar walau terbatas dan kondisi yang tidak terlalu memungkinkan juga dia yang harus tetap memakai kursi roda
kemana-mana tapi kakak tak pernah menyerah dengan kondisinya saat itu.

Aku berdiri disini pun berkat doa dan semangat adik- adikku,”

“Dia sosok adik dan juga kakak yang benar-benar sangat merasa
membuatku beruntung bahkan adik ketiga ku.”.

Aku tersenyum malu saat kakak menceritakan tentang diriku.

Aku malu tentu saja karena diriku jadi pusat perhatian sekarang oleh semua orang yang ingin tahu dengan sosok yang kata kakak, orang yang membuatnya bisa sampai berdiri di atas panggung walau bangga sebenarnya karna kakak terus saja
membangakan ku. Tapi tak bohong jika diriku jadi malu juga.

Semua orang bertepuk tangan begitupun aku dan ayah, bertepuk tangan heboh saat kakak menyelesaikan speechnya.

Aku sempat bingung dengan kakak yang tak berjalan menuju bangkunya tapi malah berjalan ke arah ku dan ayah. Tapi aku segera mengerti saat kakak memasangkan mendali yang baru saja di dapatkannya di leher ku lalu memeluk ku erat sembari
menuturkan penuturan yang mampu membuat mata sipit ku berkaca-kaca.

"Terimakasih Jen, kakak sayang padamu. Ini hadiah dariku
untukmu. Kau lebih berhak mendapatkannya" tuturnya tepat di
telinga ku dan anehnya semua orang kembali bertepuk tangan sembari bersorak.

His Diary [Sekuel My Brother]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang