3 Januari
Aku menangis sejadi-jadinya saat aku tak sengaja mendengar telpon dari ayah yang sebenarnya menelpon papahnya Haechan jika kondisi kakak memburuk dan meminta papahnya Haechan untuk tak memberitahukan ini padaku. Tapi sayang, aku yang
saat itu ingin mengambil buku ku yang tertinggal di ruangan tengah rumah Haechan karna habis mengerjakan beberapa tugas, mendengar pembicaraan ayah dan papah Haechan di telpon membuat ku langsung berlari keluar rumah tanpa di ketahui Haechan yang tengah berada di kamarnya maupun yang lainnya dan berhenti di sungai Han ternyata.Aku tak tahu, kenapa diriku bisa berani sekali kesini karna aku kan tak pernah keluar jauh selain dengan ayah ataupun kakak ku dulu.
Pantas saja jika aku bertanya tentang kondisi kakak ku, ayah terlihat sekali menahan tangisannya bahkan kakak beberapa hari ini jarang menghubungi ku dan jika aku bertanya pada ayah, kenapa kakak tak menghubungi ku, ayah bilang kakak sedang tak di bolehkan memengang handphone dulu. Namun ternyata karna kakak kembali jatuh koma.
Rasanya aku ingin sekali ke Amerika sekarang juga tapi aku bingung bagaimana caranya aku kesana.
Aku memang punya kartu blackcard bahkan uang cash jadi aku tak perlu meminjam uang dulu pada mamah Haechan. Tapi melakukan penerbangan ke Amerika sendirian, aku benarbenar tak yakin bisa melakukannya karna aku tak pernah pergi jauh apalagi sampai ke negera lain terlebih negara Amerika kan
besar dan akupun masih di bawah umur.Aku semakin menangis, takut kakak menyerah disana apalagi kini aku tengah jauh dengannya.
Aku tidak mau itu sampai terjadi sampi-sampai aku memilih mendudukan diriku di rumput dan menyembunyikan wajah ku yang sudah banjir oleh air mata di kedua lutut ku yang ku tekuk dan ku peluk erat dengan kedua tangan ku.
Aku benar-benar ingin bertemu kakak dan menangkup tangannya seperti dulu.
Aku ingin memberinya kekuatan juga semangat tapi sayang, itu sangat sulit sekarang karena diri ku tengah jauh dengan kakak.
Aku mendongakkan kepala ku saat merasakan tepukan di bahu ku dan ternyata kak Jaehyun lah pelakunya jadi tanpa banyak bicara, aku langsung memeluknya erat dan menangis di pelukannya membuat kak Jaehyun sedikit bingung juga panik dengan diriku yang tiba-tiba menangis.
Setelah lebih baik, aku menceritakan apa yang membuat ku menangis pada kak Jaehyun. Terlihat sekali jika kak Jaehyun juga nampak sangat khawatir karna kak Jaehyun sudah menggangap ku maupun kakak adiknya.
Kak Jaehyun memberi ku nasehat juga pengertian jika kak Mark adalah sosok yang kuat dan tak akan melupakan janjinya pada kedua adiknya.
“Jeno tahu kan jika kak Mak itu sosok kuat? Kakak yakin jika
kakakmu bisa melewati masa kritistinya. Jangan menangis yah,
kakakmu pasti sedih kan jika adiknya menangis."“Tapi aku takut kak hiks, aku ingin di samping kakak hiks, aku
ingin ke Amerika kak, aku ingin menemui kakak."Aku semakin menangis karna rasa takut ku akan kehilangan kakak semakin besar juga takut jika kakak tak bisa menempati janjinya hingga kak Jaehyun dengan sabar dan setianya menenangkan ku juga terus memberiku pengertian hingga aku
akhirnya berhenti menangis walau aku masih saja terisak.Kak Jaehyun mengajak ku pulang ke rumahnya dengan sebelumnya mengabari paman Suho jika aku akan menginap di rumah kak Jaehyun beberapa hari juga mengabari ayah ku.
Kak Jaehyun berjanji padaku akan menemani ku juga mendengarkan keluh kesah ku jadi aku menyetujui ajakannya untuk menginap di rumahnya beberapa hari sampai suasana hatiku lebih baik.
Aku memang sedang butuh sandaran sekali sekarang.
“Tuhan, dengarkanlah doa-doaku Tuhan. Tolong jangan ambil
kakak ku dulu Tuhan. Aku ingin membahagiakannya juga aku
ingin kakak seperti dulu lagi. Sembuhkanlah penyakitnya
Tuhan, aku janji akan menjadi anak yang lebih baik lagi."

KAMU SEDANG MEMBACA
His Diary [Sekuel My Brother]
FanfictionDiary Lee Jeno yang tampan Diary ini bercerita tentang aku yang menunggu kesembuhan kakak tersayang ku, kak Mark. Walau cerita ini sudah tamat, tolong tetap berikan dukungan kalian yah dengan memberikan vote atau syukur syukur komen mengenai cerita...