Kediaman Nyonya Ling malam itu dikejutkan dengan kedatangan sepasang tuan dan nyonya Uzumaki.
Naruto membawa istrinya ke kediaman Nyonya Ling sebab wanita itu merintih sambil memeluk perutnya, jadi dia pikir sesuatu terjadi kepada bayinya.
Pria itu meletakan kepala Hinata di atas pangkuannya, sedangkan Nyonya Ling sibuk memeriksa perut wanita itu yang tubuhnya dibaringkan di atas futton salah satu kamar di bangunan besar itu.
"Ada dua kemungkinan, alergi atau keracunan." Nyonya Ling merasa yakin bahwa gejala yang dialami Hinata jelas mengindikasikan alergi atau keracunan.
"Alergi atau keracunan?" Naruto membiarkan Hinata mencengkram lengannya dan menenggelamkan wajah di pinggulnya sambil merintih kesakitan. "Dia memiliki alergi kacang."
"Apa dia tak sengaja menelannya?" Nyonya Ling mengambil beberapa tanamahan herbal kering dan memasukannya ke wadah tumbuk untuk membuat ramuan tradisional.
"Kami menyantap sup untuk makan malam, tidak ada kacang di dalamnya." Naruto memberitahu Nyonya Ling soal makan malam mereka.
Nyonya Ling menarik sudut bibirnya. "Kau yakin pelayanmu tak meletakan sesuatu di dalam sup? Serbuk kacang misalnya."
"Semua pelayan sudah kuperingati untuk tak memasak menu dengan kacang di rumah. Entah apa mereka melakukan kecerobohan lagi. Tapi akan kuperiksa nanti." Naruto pikir kecerobohan itu tak mungkin terulang. "Apa ini akan mempengaruhi bayinya?"
"Tentu saja, kemungkinan besar bayinya memiliki alergi yang sama dengan ibunya." Nyonya Ling memasukan air hangat ke dalam ramuan herbal yang tadi dia tumbuk. "Minumlah, ini untuk menetralkan alergi."
Naruto meraih gelas bambu itu dan menyingkap surai istrinya yang menutupi wajah cantiknya.
Seluruh bagian wajahnya mulai memerah karena menahan sakit. Naruto menghirup aroma ramuan di gelas bambu itu sebelum menyodorkannya ke bibir Hinata. "Minumlah."
Nyonya Ling hanya merasa maklum saat pria itu memeriksa ramuannya sebelum memberikannya kepada istrinya. Nampaknya dia adalah tipikal pria yang berhati-hati. "Keadaannya akan segera membaik, meski mual itu mungkin akan mengganggunya sepanjang malam."
Hinata menyesap minuman itu sedikit demi sedikit meski seluruh tubuh terasa menggigil, perutnya sakit sekaligus mual yang membuat sesak hingga ke dada.
"Biarkan dia beristirahat di sini hingga besok pagi, aku akan memeriksanya jam delapan." Nyonya Ling hendak beranjak dari posisi bersimpuhnya.
"Bisa aku bertanya?" Naruto menahan kepergian wanita paruh baya itu.
"Ada apa?" Nyonya Ling bertanya.
"Apa aku bisa mengetahui jika bayinya laki-laki atau perempuan?" Naruto bertanya dengan serius.
"Em, nanti bisa diperiksa saat usia kandungannya sudah cukup." Nyonya Ling mengangguk.
"Baiklah." Naruto mengangguk.
"Bayi perempuan pun tak akan membuatmu kecewa, kala ibunya secantik istrimu." Nyonya Ling selalu takjub pada kecantikan Hikari, istri mendiang Tuan Hiashi yang diturunkan secara genetikal kepada putrinya, Hinata.
...
Naruto menyesap teh di dalam cawan kecil yang dihidangkan pelayan Nyonya Ling, dia menatap wajah Hinata yang nampak sangat gusar dalam tidurnya. Sesekali dia mengusap kening wanita itu yang terus berkeringat.
Hinata meraih tangan pria itu untuk di genggam sebab dirinya sangat kedinginan dengan rasa mual yang sulit di tahan.
"Kau membutuhkanku, Hinata?" Naruto bergumam seraya membalas genggaman kuat di tangannya, sesekali dia membelai wajah cantik itu dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
As You Remember
FanfictionSemua orang mengatakan pada Hinata, untuk menipu pria itu di momen dia melupakan segalanya. Buatlah skenario seakan-akan sejak dulu hingga hari ini semua baik-baik saja, toh pria itu tidak akan tahu.