3

3.3K 449 20
                                    

Sore menjelang malam itu semua penghuni mansion baru kembali dari kuil untuk menghadiri upacara pernikahan Tuan Uzumaki beserta puan mereka Uzumaki Hinata. Kini boleh dipanggil begitu, sebab mereka telah merampungkan upacara pernikahan yang sudah dilaksanakan sejak pagi tadi.

Kini mansion ini bukan lagi mansion Hyuuga tapi mansion Uzumaki. Kemarin pria itu juga mengirim beberapa orang pelayan ke sini.

Naruto melangkah cepat, memimpin istri dan para pelayan kembali ke mansion. Upacara pernikahan yang sangat merepotkan! Padahal hanya perlu menenggak beberapa cawan sake suci, tapi para penjaga kuil menyusun acara pernikahan yang begitu rumit dan melelahkan.

"Siapkan air hangat di kamar untuk berendam." Perintah Naruto begitu menginjakan kakinya di dalam rumah. Sedangkan tangannya sibuk membuka ikatan di kimono hitam yang dia kenakan.

Hinata hanya menatap punggung pria itu, tak dia sangka pernikahan ini benar-benar terjadi. Di rentang waktu persiapan pernikahan, Hinata benar-benar tidak bisa mengelak lagi. Pria itu bersikap begitu dingin kepadanya dan memutuskan segala hal soal pernikahan, tanpa berdiskusi dengannya.

"Pergilah menemaninya, Nyonya." Kepala pelayan resmi mengubah panggilan untuk puannya. Sebab dia bukan lagi putri di rumah ini, melainkan istri dari tuannya.

Hinata melihat pria itu memasuki ruang kerja. Ternyata pria itu benar tidak mengubah ruang kerja milik mendiang Ayah, hanya saja dia mulai menggunakannya juga untuk mengurus pekerjaan.

Perempuan itu melangkah mengikuti jejak suaminya. Dia tahu apa yang pria itu akan minta kepadanya malam ini, dan ketakutan itu terasa semakin nyata dia rasakan.

Naruto bergegas meraih cerutu di dalam laci meja kerja dan mengisapnya. Sepanjang hari dirinya berada di kuil itu, duduk bersimpuh hingga kakinya terasa nyaris patah.

Baru satu embusan asap putih itu keluar dari bibirnya, pintu geser ruang kerja dibuka dan istrinya melangkah masuk.

Hinata memalingkan wajahnya saat mendapati pria itu sudah melepaskan ikatan depan kimononya hingga dadanya terekspos begitu saja sambil menyesap cerutu.

"Menikahimu ternyata adalah hal yang merepotkan." Ungkap Naruto seraya bersandar di tepian meja kerja.

"Maaf membuatmu harus bersimpuh di kuil." Hinata tahu pria itu tidak terbiasa. Dia menampakan raut wajah dingin di sepanjang upacara pernikahan berlangsung.

Tak seperti pernikahan pada umumnya, tak ada senyuman bahagia hari ini, semua terjadi begitu saja.

"Ayahmu adalah penulis skenario yang andal, dia menyeretku sampai hari ini." Naruto benar-benar tidak habis pikir, hidupnya bisa disetir sebegini rapinya oleh pria tua keparat seperti Hiashi.

"Tolong jangan membawa nama ayahku lagi." Pinta Hinata. Meski Ayah menipunya, menjebaknya, mengorbankan dirinya untuk dinikahi pria asing ini, Hinata terima. Bagaimanapun juga Ayah adalah orangtuanya yang sangat dia hormati.

"Kau ingat permintaanku, Hinata?" Naruto balas bertanya. "Jangan meminta dan jangan mengeluh. Aku bisa mengumpat ayahmu kapanpun aku mau sebab dia telah menipu dan menjebakku."

Hinata menatap mata biru pria itu dengan kekecewaan. Kini dia tahu pembalasan pria itu kepada ayahnya baru akan dimulai dan dirinya yang akan jadi pelampiasannya.

"Tuan, Nyonya air hangatnya sudah siap." Pelayan mengetuk pintu ruang kerja dan menginterupsi pembicaraan sepasang pengantin yang baru menikah itu.

Naruto beranjak lebih dulu dari tempatnya bersandar. "Buka pakaianmu, kutunggu di bathtub." Ucapnya seraya melewati perempuan itu. Akan dia tunjukan kegunaan perempuan itu sebagai imbalan yang sesungguhnya.

As You RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang