Naruto melangkah masuk ke ruang penyimpanan di samping dapur, membawa sebotol air. Dia mengunci pintunya setelah masuk ke dalam. Pelayan muda itu telah terkapar di atas lantai kayu, setelah tiga hari dibiarkan tanpa makanan dan minuman.
"Bangunlah." Naruto duduk di kursi yang ada dekat pintu.
Dirinya ingin tahu soal apa yang pelayan itu lakukan kepada istrinya semasa kehamilan.
"Apa kau menganggap remeh diriku karena tak bisa mengingat sesuatu hm?" Naruto melihat pelayan itu masih membuka mata, meski nampak tidak sanggup beranjak. "Kuberikan satu kesempatan untukmu bicara, siapa yang memerintahkanmu?"
"M-maafkan aku tuan." Lin bahkan tak sanggup lagi menangis.
"Akan kuberikan sebotol air setelah bicara." Naruto meletakan botol itu di lantai dan menunggu. "Kudengar kau dengan sengaja meletakan serbuk kacang ke dalam sup, meski tahu istriku alergi."
"Aku hanya diperintahkan." Ucap Lin, tenggorokannya terasa terbakar dan perutnya terasa perih. Ternyata siksaan seperti ini yang akan dirinya dapati dari Tuan Uzumaki.
"Kau juga meminta Dokter menipuku, membuatku mengira bayiku perempuan, agar aku membenci istriku?" Naruto berucap dingin. "Itu juga diperintahkan?"
"B-benar Tuan." Lin merangkak menuju tuannya, dia akan bersujud jika perlu.
"Siapa yang memerintahkanmu?" Naruto menatap tajam ke arah pelayan itu.
"Tuan Otsutsuki." Ucap Kin seraya bersujud di hadapan tuannya. "M-maafkan aku."
Naruto menarik sudut bibirnya, seperti apa yang Kakashi katakan kepadanya, ternyata benar keparat bernama Otsutsuki itulah orangnya. "Kau merusak kepercayaan istriku terhadap semua pelayan, mengkhianatinya, berencana membunuh putraku, ingin menghancurkan keluargaku, dan kau meminta maaf?"
Lin meraih kaki tuannya dan menundukan kepala. "Ampuni aku, Tuan."
Naruto meraih botol air yang tadi dia letakan di lantai, kemudian menuangkannya di lantai begitu saja dan tak memberikan setetespun kepada pelayan itu. "Mintalah bantuan kepada Tuan Otsutsuki itu, seperti dia meminta bantuan kepadamu." Dia lalu beranjak berdiri.
"T-tuan.." Lin menatap tak percaya kepada tuannya, dirinya sudah berkata jujur dan inilah yang dia dapati.
"Pengkhianatan bukan suatu hal yang bisa ku maafkan." Naruto kemudian melangkah ke pintu. "matilah dengan tenang." Ucapnya seraya keluar dari ruangan.
"Tenggelamkan di sungai, pastikan dia mati atau kalian yang mati di tanganku." Ucap Naruto kepada dua penjaga di depan pintu.
Lin berteriak dengan sisa suara yang dia miliki saat dua pelayan itu masuk, mengikat kakinya dengan bongkahan besi dan menutup kepalanya dengan kain hitam, kemudian membawanya ke tempat di mana air akan menenggelamkan dirinya.
...
Kakashi menatap putra Naruto dengan wajah jengkel yang tak bisa dia hindari. Anak itu membasahi coat kesayangannya. "Jangan berani menatapku seperti itu."
"Bi, bantu keringkan coatnya." Pinta Hinata seraya mengambil alih kembali bayinya yang tadi sempat didekap oleh Kakashi. "Maafkan Boruto, dia tidak sengaja melakukannya."
Kakashi melepaskan coatnya kemudian memberikannya kepada kepala pelayan. "Karena wajahnya sangat mirip dengan Naruto, aku tidak sanggup memarahinya."
Hinata terkekeh, dia lalu mengganti pakaian putranya setelah anak itu buang air kecil di waktu yang tidak tepat. "Naruto terlihat seperti ini saat masih kecil?"
KAMU SEDANG MEMBACA
As You Remember
FanfictieSemua orang mengatakan pada Hinata, untuk menipu pria itu di momen dia melupakan segalanya. Buatlah skenario seakan-akan sejak dulu hingga hari ini semua baik-baik saja, toh pria itu tidak akan tahu.