33

3.2K 435 26
                                    

Jatuh cinta, Naruto pikir itu adalah hal tertabu dan terbodoh yang bisa terjadi pada seorang pria sepertinya. Namun dirinya merasakan itu, dirinya jatuh cinta kepada wanita itu.

Wanita yang tengah berdiri di pekarangan, mendekap putranya dengan erat sambil tertawa.

Matanya yang indah, senyumnya yang terasa hangat, dan kecantikannya yang menyilaukan, justru bodoh rasanya karena terlambat merasa jatuh cinta.

Kemana dirinya selama ini? Apakah terlalu buta? Atau terlalu keras pada diri sendiri.

Naruto tersenyum simpul ke arah wanita itu. Bahkan jika harus menguras semua uang yang dirinya miliki, untuk bisa merasa sebegini jatuh cintanya, dirinya akan berikan.

Benar apa yang dikatakan semua orang, dua puluh juta dollar tak ada artinya dibandingkan dengan kebahagiaan yang dirinya dapatkan saat ini.

"Naruto." Kakashi menghampiri Naruto yang tengah duduk di rouka, menyesap cerutu sambil menatap anak dan istrinya yang sedang berada di pekarangan.

Naruto menyudahi lamunannya, dia tak menoleh namun tahu Kakashi yang datang. "Ada apa?"

"Pergilah menemui Toneri besok, dia akan berangkat ke Eropa." Kakashi telah dapatkan berita ini dari anak buahnya.

"Baiklah." Naruto mengembuskan asap cerutunya ke udara. "Terima kasih atas kerja kerasmu." Ucapnya secara pribadi kepada Kakashi.

"Apa kau akan membunuhnya?" Kakashi bertanya serius kali ini.

"Bukan aku, tapi ayahnya" Naruto tak akan mengotori tangannya, dia akan menuntun mereka untuk itu. "Tolong jaga Hinata dan Boruto saat aku pergi.

...

"Pakailah." Naruto melingkarkan sebuah kalung di leher jenjang istrinya. "Kubeli dari salah seorang rekan bisnisku dari Taipei"

Hinata terkesiap, dia menyentuh lehernya dan mendapati sebuah liontin batu berwarna hitam yang sangat indah dan selaras dengan emas putih yang melingkari lehernya. "Terima kasih."

"Kau tak perlu mengenakan kalung dengan liontin cincinku lagi, jadi aku harus menggantikannya." Naruto merasa bertanggung jawab atas itu, dia harus memberi istrinya hadiah, apalagi setelah wanita itu melahirkan seorang putra untuknya.

"Dengan apa aku harus membalasnya?" Tanya Hinata.

Naruto menarik sudut bibirnya. "tak perlu membalasnya, kuberikan itu karena kau sudah melahirkan Boruto untukku."

Hinata tak pelak lagi merasa senang mendengarnya. Pria itu banyak berubah sejak ingatannya kembali, bahkan rasanya seperti orang yang berbeda.

Naruto meraih satu coat berwarna hitam miliknya dan mengenakannya. Dirinya akan melakukan banyak hal hari ini. "beristirahatlah selagi aku pergi."

"Berjanjilah, hanya seminggu, aku akan menunggumu kembali." Hinata membantu pria itu mengenakan coatnya.

"Tentu, hanya seminggu." Ucap Naruto menenangkan.

"Kau pernah mengatakan hanya pergi tiga minggu, namun kau kembali tiga bulan setelahnya." Hinata merasa takut itu akan terulang, kali ini dengan dirinya yang tidak bisa menerimanya lagi.

"Aku akan mengirim surat jika kembali lebih lama." Naruto berucap menenangkan.

Hinata menatap dengan raut risau kali ini. "Tak bisakah kembali tepat seminggu saja?" Pintanya kepada pria itu.

Naruto mengusap kepala wanita itu dengan lembut. "Baiklah, akan kupastikan pekerjaanku selesai tepat waktu."

"Terima kasih." Hinata memeluk erat pria itu setelahnya. Pria itu nyaris tak kembali saat berpergian, melepasnya untuk pergi jadi terasa sulit sekarang.

As You RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang