31

3.2K 453 29
                                    

Hinata pikir, mendapati Naruto mengatakan cinta dengan seluruh ingatan yang pria itu miliki adalah mimpi belaka, namun nyatanya itu bukan mimpi, itu adalah kenyataan!

Tapi sayang, kenyataan indah itu hanya mampu bertahan dalam hitungan detik saja, sebab setelah itu sebuah rasa sakit mengacaukan segalanya.

"Naruto!" Teriakan yang tak terdengar asing itu menyentak kesadaran Naruto seutuhnya.

Itu Kakashi, berlarian keluar dari mobil seraya menodongkan pistol ke arah pria gila yang menembakan satu peluru ke arah Hinata, mengenai tepat di punggungnya.

"Argh!" Toneri terkejut, ada pistol selain miliknya yang diletuskan tepat setelah dia menembak wanita itu. Bercakan darah membasahi aspal sebab lengannya terserempet peluru.

"Toneri keparat!" Kakashi berteriak frustasi setelah menembakan satu peluru yang sialnya meleset ke lengan atas keparat itu sehingga dia masih sanggup berlarian kembali ke mobilnya dan melarikan diri. 

Toneri menarik sudut bibirnya kala melihat Hinata jatuh terkulai dengan punggung merembeskan darah segar. Dia harap wanita itu mati, agar tak ada yang bisa memilikinya.

Naruto mendekap pundak Hinata dengan erat menggunakan satu lengannya, sedangkan lengan lain meraba punggung wanita itu yang jatuh terkulai menimpanya. "H-hinata?"

Perlahan cairan hangat itu mengalir deras membasahi pakaian terusan berwarna cokelat susu yang Hinata kenakan.

Kekalutan memenuhi benak Naruto, dia menyingkap surai wanita itu dan menahan bahunya untuk tetap tegak dan tak jatuh.

Hinata jatuh tak sadarkan diri tanpa sempat mengatakan apapun. Sepasang bola mata yang tadi bertatapan hangat kini harus disudahi sebab amethystnya semakin sayu dan terpejam.

"Bawa ke mansion, sekarang, Naruto!" Kakashi berteriak keras. Darahnya banyak sekali. Pendarahannya harus dihentikan atau Hinata mungkin akan mati.

Kakashi rencananya ingin pergi ke kota sebentar untuk menemui Tuan Saito dan mengatakan soal rencana penundaan keberangkatan mereka ke Osaka.

Namun begitu melintasi area kaki gunung, dia melihat Toneri melintas dengan kecepatan tinggi, kaca mobilnya dibuka lebar-lebar sebab sedang menyesap cerutu. Firasat buruk langsung menghantui Kakashi, dirinya bergegas membuntuti mobil keparat itu dan benar mendapatinya terus mengikuti mobil Naruto hingga ke area ladang.

Di sana lah dia melihat pria gila itu mengokang pistol dari dalam mobil dan menembak ke arah Naruto dan Hinata yang sedang berada di tepi ladang.

...

Kepala pelayan yang sedang duduk bersimpuh di samping keranjang bayi untuk menidurkan Boruto di kamar utama sangat terkejut saat tiba-tiba suara langkah berlarian menghampiri dan pintu geser terbuka dengan cepat.

Tuan Uzumaki mendekap Nyonya yang tak sadarkan diri dengan darah menetes ke lantai kayu.

"A-apa yang terjadi?" Kepala pelayan bergegas mengangkat tubuh Boruto yang nyaris terlelap di keranjang bayi, membuatnya menangis keras-keras karena terkejut.

"Bawa Boruto keluar." Kakashi berujar cepat kepada kepala pelayan. Anak itu tidak boleh melihat ini.

Naruto meletakan tubuh istrinya telungkup di atas ranjang, kemudian dangan tangan gemetar hebat dia meraih gunting di dalam laci nakas, dia menggunting pakaian yang dikenakan wanita itu untuk melihat punggungnya yang terluka. "Panggilkan Dokter, segera." Pintanya kepada Kakashi seraya menutup luka tembak di punggung Hinata dengan kain bersih di dalam laci.

Rumah sakit terlalu jauh dari sini, wanita itu harus segera mendapatkan pertolongan pertama.

Kakashi bergegas memanggil para penjaga dan memerintahkan mereka.

As You RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang